"Aku mohon untuk kalian semua tunggulah sebentar lagi dan aku pastikan semua ini akan membaik," janji Naruto pada seluruh orang-orang tak bersalah yang terlibat dengan masalahnya ini.
"Naruto ...." Kyuubi memandang cemas sang pemuda di tengah rasa panas di dadanya. Sial. Sepertinya, tubuhnya sedikit terkena serangan si iblis itu.
.
.
.
Itachi sama sekali tidak ingin mengorbankan siapa pun di dalam akhir cerita ini meskipun Naruto selalu mengatakan masalah ini adalah ulahnya. Apa pun yang dilakukan Naruto di masa lalu, mengorbankan diri bukanlah solusi dari semua masalah ini. Lalu, apa yang harus Itachi lakukan? Ia tak memiliki kemampuan lagi untuk mempertahankan segalanya?
Untuk pertama kalinya, sang Uchiha yang selalu menjadi tempat akhir bertanya teman, orang tua, dan saudaranya tak dapat menjawab pertanyaan di dalam pikirannya sendiri sehingga pada saat Naruto mendorong dirinya ke samping untuk menyerap semua energi bunga jaksi, Itachi tak dapat melakukan apa pun.
Itachi terjatuh dan menatap tubuh Naruto yang terbakar karena secara langsung memasukan seluruh energi yang tersimpan di bunga jaksi. Sudah dapat dipastikan sahabatnya akan berakhir di tempat ini. Naruto yang hanya berpikir keselamatan orang-orang di sekitarnya, hendak melempar kekuatan bunga jaksi pada tujuh cakra hitam di depannya. Dengan tangan satunya lagi, ia pun siap menghancurkan peti emas di belakangnya.
Sang pemuda menyingkirkan Kyuubi dengan angin di tangannya. Namun, sedetik sebelum Naruto melemparkan kekuatannya, petir menyambar di sekitar tubuh Naruto. Sosok pemuda yang berhasil menarik pedang Palintang dan berdiri di atas peti loncat dan mengeluarkan kekuatan pedang itu ke arah energi bunga jaksi dan tujuh cakra itu. Akan tetapi, di saat pedang Palintang tersebut mengeluarkan kekuatannya, sosok asing berdiri di hadapannya. Sosok itu mengadang pembenturan energi di antara mereka.
Sang pemuda terkejut dengan kehadiran sosok itu. "KALA?!" teriak Sasuke sebelum semuanya---
Gelap.
.
.
.
Rasa empuk membuat Sasuke membuka mata. Ia mengerjapkan matanya dan menoleh kian-kemari, merasa bingung. Kenapa ... dia ada di kamarnya? Ya, walaupun Sasuke sudah lama meninggalkan tempat ini, tetapi Sasuke tak mungkin lupa kamarnya sendiri. Memang sudah terjadi perubahan, seperti lemari buku yang bertambah dan gordin yang berganti warna.
Sang pemuda mengerutkan keningnya heran. Ia turun dari kasur, ke luar kamar, dan menuju lantai satu. Di lantai ini sang pemuda mendengar suara keributan. Ia mendengar sesuatu yang selalu dia rindukan selama ini. Sasuke mempercepat langkah kakinya, menuju ruang makan. Jantungnya berdetak kencang dan ia hanya bisa memasang ekspresi terkejut saat di hadapannya kedua orang tuanya dan sang kakak sedang duduk mengelilingi meja makan.
"Apa yang kaulakukan di situ, Sasuke?" tanya Itachi. "Cepat, duduk! Kita akan kehilangan waktu untuk memperolok gadis judes itu di dalam pernikahannya."
Sambil memasang ekspresi bingung, Sasuke mengambil tempat di samping kakaknya. Ia melihat ibunya yang sibuk mengoleskan selai pada roti dan ayahnya asyik membaca koran. Pagi sangat sempurna di mata Sasuke, tetapi ... sang Uchiha tetap merasa kurang. Ia seperti kehilangan akan sesuatu.
"Setelah kita menghadiri pernikahan Konan, jangan lupa untuk mengambil data yang telah diperoleh Orochimaru, Itachi! Kita harus lihat hal apa saja yang bisa dikembangkan dari sektor pariwisata Indonesia," ucap Fugaku sambil membaca koran. Hal yang sering dilakukannya setiap pagi.
"Baik, Ayah!" ucap Itachi.
Fugaku membaca koran kembali. "Sungguh gelandangan yang beruntung. Hadiah yang dia peroleh dari penemuan telur paskah Romanov di tempat loak berhasil membuatnya memiliki banyak toko," gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sub Rosa
FanfictionPairing: SasuNaru Untukku, semua diawali dari tempat yang tidak terduga dan diakhiri dari tempat yang tidak terduga---Naruto Namikaze.