Sejak Sasuke tinggal bersama sang Namikaze, Naruto selalu mengantar tidur sang anak asuh dengan dongeng yang belum pernah Sasuke dengar di mana pun. Memang terdengar kekanak-kanakan, tetapi hanya di waktu itulah mereka bisa mengisi perasaan kosong di hati, akibat kehilangan orang-orang yang mereka sayangi. Hanya di waktu tersebut, Sasuke bisa kembali merasakan kasih sayang.
Mungkin banyak orang berpikir, Sasuke sungguh tak tahu diri karena memanipulasi Naruto agar terus memperhatikannya, tetapi Sasuke merasa dengan adanya sang Namikaze, ia tak kehilangan cinta.
Jadi, untuk menahan malu karena dirinya seperti balita, Sasuke terkadang bersikap sok apatis ketika Naruto berinisiatif datang ke kamar untuk membacakan dongeng. Lalu, saat sang ayah membuka suara, disitulah Sasuke sedikit demi sedikit mendekat ke arah Naruto dan menyimak cerita. Ya, setidaknya Naruto sampai sekarang tak tahu Sasuke---sangat---tertarik dengan ceritanya.
Sejujurnya, Sasuke menyukai semua kisah yang diceritakan oleh Naruto. Terkadang Naruto menceritakan kisah Momotaro, Aschenputtel, Archilles, Bukit Loreley. Akan tetapi, Naruto lebih banyak menceritakan tentang dongeng Nusantara. Dan, di antara semua kisah yang Sasuke gemari, cerita legenda Tangkuban Perahu-lah yang paling berkesan di hatinya. Entah karena Naruto sangat ekspresif saat menceritakan dongeng itu, atau Sasuke merasa ... tokoh utama yang menyukai ibunya, mirip seperti dirinya yang menyukai Naruto dari pandangan pertama?
Oh, ya! Perlu diketahui, Sasukelah yang memilih cerita itu untuk dibaca ketika Naruto melewati halaman buku yang mengisahkan cerita tersebut. Naruto seolah tak suka cerita itu dibahas, tetapi Sasuke yang melihat halaman cerita itu menolak untuk melewati cerita tersebut. Sasuke tipe orang tak bisa menerima jika pekerjaan tak dikerjakan secara teratur.
Naruto bercerita, terdapat seorang anak yang mencintai ibunya. Demi mendapatkan cinta yang telah melahirkannya, anak tersebut rela memenuhi keinginan sang ibu untuk membuat perahu dan membendung sungai hingga membentuk sebuah danau di dalam satu malam.
Namun, di saat pekerjaan sang anak hampir selesai, sang ibu yang tidak mungkin menikahi anaknya, memilih untuk melakukan tindakan curang. Ia membentangkan selendang saktinya sehingga selendang sang ibu menyerupai cakrawala di pagi hari.
Akibat kelicikan sang ibu, suruhan anak tersebut---atau orang-orang menyebutnya jin---pergi dan keinginan sang anak pun tak terwujud.
Demi melampiaskan kemarahannya, sang anak menendang perahu hingga terbalik dan membentuk gunung yang diberi nama Tangkuban Perahu. Kemudian, sang anak pun mengejar ibunya. Akan tetapi, sampai sekarang ... ia tak berhasil menangkap ibunya ketika sang ibu berubah menjadi bunga. Bunga jaksi.
Saat Naruto menceritakan semua itu, raut wajahnya berubah-ubah. Kadang terlihat sendu, dan terkadang juga terlihat menahan amarah. Semua ekspresi itu selalu menimbulkan tanda tanya besar di benak Sasuke, tetapi sang anak asuh memilih tak acuh. Sasuke berpikir, mungkin Naruto terlalu menghayati kisah tersebut sehingga terbawa suasana.
Sasuke berhenti melamun ketika mendengar suara mobil kepunyaan Naruto. Ia lekas berdiri dari kasur dan melihat perginya kendaraan tersebut dari jendela kamar.
Sasuke hendak ke lantai bawah untuk mengejar Naruto, tetapi mobil itu sudah melaju terlalu jauh. Pada akhirnya, Sasuke hanya diam di tempat.
Untuk apa orang ini pergi ke luar?
Apakah Naruto semarah itu sehingga pergi tanpa pamit?
Sasuke merasa lebih terpukul. Sepertinya, Naruto begitu marah kepadanya hingga tak mau lagi berbicara dengannya. Astaga, seandainya perasaan bodoh ini tak ada, pasti semuanya lebih mudah!
Ponsel Sasuke berbunyi.
Sasuke menoleh dan melangkah ke arah nakas. Ia mengambil ponselnya dan menggeser tombol hijau di layar.
"Halo?" sapa Sasuke pada seseorang di seberang sana.
"Sasuke?"
"Kak Kyuubi? Ada apa?" tanya Sasuke, berbasa-basi, saat dia tahu secara garis besar tujuan Kyuubi menelepon dirinya.
"Hm ... terkait dengan masalah di mobil, apakah kau ingin membicarakannya lebih lanjut?"
Sasuke melirik selintas ke arah pintu kamar. Banyak sekali yang dia pertimbangkan untuk menerima tawaran tersebut, salah satunya adalah perasaan Naruto. Apakah Naruto tak akan marah jika Sasuke pergi tanpa pamit? Apakah Naruto tak akan kecewa jika Sasuke menemui Kyuubi yang jelas-jelas sedang bertengkar dengan sang Namikaze karena topik yang akan dibicarakan Kyuubi dengan Sasuke sekarang ini?
Namun, di sisi lain, Sasuke berpikir, ia tak akan menemui titik terang jika tidak beranjak dari tempat ini. Ia pun tidak akan bisa bertemu dengan kakaknya. Oleh karena itu, Sasuke harus mempertimbangkan semuanya, apakah dia harus beranjak dari tempat ini atau ... tetap diam di tempat, sementara hubungannya dengan Naruto semakin jauh mundur ke belakang?
Lagi-lagi Sasuke menyalahkan perasaannya. Seandainya dia tak menyukai Naruto, pasti hubungan mereka jauh lebih mudah. Seandainya ia masih seorang Uchiha, tentu ia tidak perlu repot memikirkan dampak hubungannya dengan Naruto di mata masyarakat dan konsorsium.
Sasuke memaklumi, jelas Naruto tak akan menerima begitu saja hubungannya dengan Sasuke, mengingat posisi Naruto yang selalu dinilai orang luar.
Sasuke berpikir, sang Namikaze pasti memiliki ketakutan mengenai pandangan masyarakat pada seorang ayah yang menjalin hubungan dengan anak yang diasuhnya. Terlebih anaknya tersebut seorang lelaki.
Ya Tuhan ....
Sasuke pun sangat bimbang untuk menentukan jalannya ke depan.
Seperti abu di atas tanggul, Sasuke bagaikan seseorang yang berada di posisi sangat menyulitkan dan sekali saja salah melangkah, maka Sasuke akan terjatuh dan sulit kembali untuk bangkit.
Bersambung ke chapter 8 ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sub Rosa
FanfictionPairing: SasuNaru Untukku, semua diawali dari tempat yang tidak terduga dan diakhiri dari tempat yang tidak terduga---Naruto Namikaze.