6.1 Perdebatan

1.6K 261 16
                                    

Tak ada yang berani mengganggu Naruto saat si pemuda sedang di dalam mood buruk, selain gadis berhati baja, berurat kawat—Konan.

Sejak masuk ke dalam ruangannya, Naruto tidak kunjung berbicara. Ia langsung membuka laptop dan membolak-balik kertas di hadapannya untuk mulai bekerja.

Konan menatap heran sang bos.

Biasanya, Naruto akan berbasa-basi pada Konan untuk disiapkan air teh atau cemilan. Namun, di hari ini ada yang berbeda, Naruto bahkan tidak menyentuh ramen—makanan favorit—yang telah disediakan si gadis pada jam istirahat.

"Berhenti, uring-uringan!" tegur Konan ketika Naruto  menggerutu dan bergumam tak jelas selama berjam-jam ini. Tidak satu atau dua kali Naruto keluar ruangan untuk mengecek Sasuke, tetapi terlalu sering untuk ukuran bos rajin seperti dia. "Gadis itu hanya membantunya saja. Mau bagaimana pun Sasuke baru saja masuk ke tempat ini."

Ucapan Konan tidaklah membuat perasaan Naruto membaik. Ia semakin kesal, terutama saat mengetahui gadis berambut merah muda itu merupakan kakak tingkat Sasuke di universitas.

Gadis itu adalah pegawai magang di perusahaan ini dengan waktu masuk lebih dulu dari Sasuke. Jadi, tentu saja Sasuke dan si rambut merah muda itu akan cocok. Mereka berdua memiliki umur yang tak terpaut jauh dan mereka juga memiliki status yang sama di tempat ini. Sial.

Semua ini merupakan salah Nagato yang merupakan Kepala Divisi HR. Pemuda itu memberi izin pada Sasuke untuk bekerja di tempat ini karena rayuan sang anak asuh. Ia mempersilakan Sasuke untuk magang selagi jam kuliah luang. Sasuke berkata pada Nagato, ia ingin memiliki pengalaman yang baik di dalam CV-nya sehingga pada saat dia lulus kuliah nanti, ia lebih mudah diterima di dunia kerja.

Mentang-mentang Sasuke adalah anak asuh Naruto, Nagato juga ikut memanjakan pemuda itu dan dengan begitu saja mengizinkan Sasuke.

"Keluarkan surat pemecatan untuk Sasuke besok dan untuk si rambut merah muda itu juga," ucap Naruto. Tangannya sibuk membolak-balikkan kertas.

"Tidak." Konan menolak tanpa berpikir dua kali.

Dahi Naruto mengerut. Ia menatap Konan heran. "Kenapa?"

Konan melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku tidak memiliki alasan untuk memecatnya. Kau hanya membuat perusahaan ini melanggar Undang-Undang Tenaga Kerja jika memecat seseorang tanpa alasan yang jelas. Asal kau tahu saja, di hari ini Sasuke bekerja dengan giat dan baik."

Naruto mengetuk meja dengan penanya. Seandainya dia memiliki kesabaran yang sangat tipis, ia sudah melempar Konan dengan benda di tangannya. Apa peduli Naruto dengan Undang-Undang Tenaga Kerja? Jika Naruto memecat Sasuke, lalu orang-orang di Departemen Tenaga Kerja itu bisa apa? Naruto adalah orang tua asuh Sasuke dan sudah menjadi kewajiban Naruto untuk melindungi Sasuke, termasuk melindungi Sasuke dari si rambut merah muda itu.

"Kau, keluar saja! Ada dirimu di dalam sini membuatku pusing. Aku tak bisa mengerjakan pekerjaanku dengan benar," ucap Naruto. Fokusnya kembali teralihkan pada berkas-berkas di atas meja.

Kedua mata Konan memicing. "Sekarang waktunya kau pulang, dan perlu aku ingatkan, seluruh pekerjaanmu di hari ini sudah selesai. Jadi, tidak ada lagi hal yang bisa kau kerjakan."

Ya, tentu saja pekerjaan Naruto selesai karena si pemuda tidak kunjung keluar ruangan sejak tadi pagi. Naruto menghabiskan waktu di dalam ruang kerja untuk menahan emosi. Meskipun dia keluar ruangan, ia hanya melakukannya untuk mengecek si anak kesayangan.

"Tidak. Aku masih banyak pekerjaan." Naruto menggeleng keras kepala. Ia mengibas-ngibaskan tangannya, mengusir Konan. Sepertinya, pemuda ini tidak akan beranjak dari tempat duduknya ketika para karyawan—termasuk anak-anak magang—belum pulang. Padahal, biasanya Naruto selalu cepat-cepat pulang jika pekerjaannya selesai karena dia harus istirahat untuk menghadapi pekerjaan yang  datang tiba-tiba dengan jumlah banyak di keesokan harinya.

Konan hanya bisa mengembuskan napas. "Terserah dirimu sajalah." Ia menuju pintu untuk meninggalkan Naruto sendirian ketika pintu tersebut sudah diketuk lebih dulu.

Konan membuka pintu kemudian ia melirik ke arah Naruto. "Oh, Sasuke! Sepertinya kau pulang sendiri saja karena ayahmu sedang si—"

"Pekerjaanku sudah beres. Tolong matikan lampu ruangannya, Konan!" Tiba-tiba Naruto beranjak dengan keadaan siap untuk pulang.

Konan mengangakan mulut. "Kau pasti bercanda," gumamnya, ketika melihat tingkah antik Naruto saat berurusan dengan Sasuke.

Bersambung chapter 6.2 ....

Sub RosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang