5.3

1.6K 254 14
                                    

Naruto tertawa tenang sekaligus meledek. "Hanya untuk orang tertentu saja. Orang yang sudah sangat membuatku enggan untuk melihatnya. Asal kau tahu saja, kalau tidak ada angin bertiup, takkan pohon bergoyang. Aku tidak akan membenci seseorang tanpa ada alasan yang jelas."

.

.

.

Orochimaru sudah menduga jika berhubungan dengan Naruto yang sekarang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Naruto bukan tipe penjilat. Ia sama sekali tak tertarik untuk meningkatkan status di mata masyarakat. Naruto melakukan semua pekerjaan hanya untuk tanggung jawabnya kepada orang tua dan para karyawan. Ia menjalankan perusahaan ini sebagai bentuk penghormatannya pada orang-orang yang telah berusaha keras di dalam membangun tempat ini. Jadi, ketika seseorang sudah memiliki masalah dengan Naruto, maka orang tersebut akan sulit untuk menyuap Naruto.

"Bagaimana jika kita kesampingkan terlebih dahulu urusan pribadi kita dan kita berbicara baik-baik?" tawar Orochimaru. Harapannya sekarang hanya ada pada kebijaksanaan Naruto yang bisa memberi kesempatan pada orang yang dibencinya untuk berbicara.

"Memangnya kau datang ke sini tanpa membawa urusan pribadi? Wow, hebat sekali!" Naruto tertawa mencemooh. Ia bertepuk tangan.

Kabuto pasti sudah beranjak dan meninju wajah Naruto yang terlalu sombong jika tidak bisa menahan diri. Kuat burung karena sayap, mentang-mentang si pirang merasa memiliki kuasa yang lebih, ia bisa menghina orang yang tak disukainya dengan seenak ini.

Orochimaru memberi aba-aba pada Kabuto. Ia mencegah Kabuto untuk bertindak gegabah. Lebih baik, sekarang ini ia mengibarkan bendera putih. Sebagai pihak yang membutuhkan bantuan, ia hanya bisa merendahkan diri pada pemuda di hadapannya. Tidak ada salahnya mundur untuk menang, bukan?

"Baik, baik. Aku minta maaf dan menyerah, tetapi bisakah kau mendengar sedikit terlebih dahulu kabar yang ingin aku berikan padamu?"

"Cepat katakan, karena siang ini aku memiliki banyak pekerjaan!" seru Naruto dengan nada malas.

"Naruto ...." Konan menegur pelan Naruto. Mau bagaimana pun, Orochimaru ini lebih tua dari mereka dan sangat tak sopan jika mereka berbicara kasar. Lagipula, baru kali ini Naruto sulit mengendalikan emosinya.

Apakah kedatangan Orochimaru begitu mengusiknya?

"...." Orochimaru tidak mau membuang waktu lebih lama lagi. Ia meminta Kabuto untuk mengeluarkan foto dari dalam map cokelat yang mereka bawa.

Kabuto memperlihatkan foto-foto tersebut ke hadapan Naruto.

Awalnya Naruto terlihat malas melihat foto-foto tersebut. Namun, warna mencolok di foto itu membuat Naruto fokus. Ia memperhatikan isi foto tersebut.

Dari sisi mana pun Naruto melihat, foto tersebut merupakan daratan yang memiliki warna emas. Di mana Orochimaru mendapatkan foto seperti ini? Naruto mengambil salah satu foto itu dan memperhatikan foto tersebut baik-baik.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Orochimaru. Ia meminta pendapat dari sang Namikaze. "Aku yakin kau dan timmu bisa membongkar misteri dari tempat itu."

Dahi Naruto mengerut.

Orochimaru bukanlah orang bodoh. Ia merupakan penemu benda-benda antik atau purbakala yang berpengalaman. Lelaki yang sering dianggap sebagai lelaki ular oleh Naruto, tentu sangat mudah untuk mencari seorang ahli. Jadi, di saat Orochimaru memilih untuk merendahkan diri dan datang ke sini, pastilah dikarenakan belum ada orang yang berhasil untuk menemukan keanehan di tempat ini dan Orochimaru yang cukup tahu keakuratan tim Kyuubi di dalam mendeteksi sejarah benda-benda antik dan purbakala pasti berharap tim pemuda berambut merah itu dapat mengetahui sebab akibat dari keunikan tempat tersebut.

"Indah. Jangan bilang kau datang ke sini hanya untuk memamerkan tempat yang baru saja kaukunjungi. Jika seperti itu, maaf aku tidak tertarik." Naruto menaruh kembali foto itu di atas meja. Ekspresi tertariknya menghilang.

Orochimaru tahu, Naruto tidak akan pernah peduli jika hanya diceritakan tentang dataran emas. Naruto mungkin saja berpikir, dataran ini tidaklah lebih seperti gunung emas di Irian Jaya yang sekarang ini dikelola oleh perusahaan asal Amerika.

"Apa kau masih tidak tertarik jika aku mengatakan tempat ini berwarna emas karena kumpulan dari bunga?" tanya Orochimaru.

"Kumpulan ... bunga?" beo Konan yang sejak tadi menyimak perbincangan Orochimaru dan Naruto.

Orochimaru tersenyum saat ekspresi Naruto berubah penasaran. "Diduga, Bunga ini adalah bunga jaksi. Tentu saja, sebagai seseorang yang cukup hafal cerita rakyat di Nusantara, kau seharusnya pernah mendengar bunga legenda dari cerita terjadinya Tangkuban Perahu, atau kita sebut ... bunga hasil perwujudan Dayang Sumbi?"

Da—Dayang Sumbi?

"Kau pasti bercanda," gumam Naruto dengan tatapan sulit diartikan.

Bersambung ke 5.4 ....

Sub RosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang