BAB 5 - Bagian 2

20 4 0
                                    

Matahari sudah terbenam beberapa jam yang lalu, dan langit sudah berganti malam.

Ini sudah 3 jam sejak keberangkatan Clara dan Pascal dari tempat dimana mereka bertemu sebelumnya. Saat ini sudah hampir tengah malam, dimana biasanya orang-orang bersiap untuk istirahat untuk melanjutkan aktifitas nya esok hari.

Tapi tidak untuk sepasang anak muda ini. Mereka berdua saat ini sedang berada ditengah hutan yang gelap, tidak ada cahaya selain dari cahaya bulan dan lampu senter yang ada ditangan.

"Clara, tunggu sebentar. Aku tidak bisa melihat jalannya dengan jelas ..."

Pascal mengeluh, karena sudah beberapa kali ia tersandung akar pohon atau batu yang hampir membuatnya jatuh. Beruntung ia memakai sepatu sport sehingga tidak membuat kakinya lecet.

"Tidak berguna! Bagaimana bisa kau memiliki penglihatan malam yang buruk, apakah kau tidak pernah melatihnya?!"

"Orang biasa tidak perlu latihan semacam itu! Jangan gunakan standar kalian para penyihir untuk mengukur orang biasa!"

Lokasi mereka saat ini berada di sebelah utara dari kota Oristano.

Melihat sekeliling tempat ini memang seperti hutan karena ditutupi pohon-pohon liar yang telah tumbuh sejak lama, tapi jika dilihat lebih jauh lagi hutan ini dulu sepertinya sebuah pemukiman penduduk. Melihat ada banyak bangunan-bangunan yang setengah hancur ditengah hutan, ini bisa dibilang kota yang ditinggalkan.

Menurut apa yang Pascal ingat, Clara sebelumnya mengatakan ini adalah reruntuhan kota Nuraghes.

Mengingat reruntuhan ini adalah salah satu tempat wisata, 'mengapa jalannya hanya sebuah jalan setapak?' Itulah yang beberapa saat lalu Pascal tanyakan pada Clara beberapa saat yang lalu sebelum mereka memasuki hutan ini.

"Ada, tapi itu bukan apa yang kita cari."

Itulah jawaban Clara, cepat, ambigu dan singkat, tanpa menolehkan kepalanya.

Pascal bertanya tentang 'jalan yang lain', tapi Clara menjawab 'itu bukan apa yang kita cari'. Memang itu bukan apa yang mereka cari, tapi bisakah menjawabnya dengan sedikit usaha? Bagi Pascal yang mendapatkan balasan seperti itu ia hanya bisa menghembuskan nafas kecil, sepertinya ia sudah mulai terbiasa dengan sikap Clara yang seperti itu. Dan karena ia sudah tahu apa yang mereka cari, Pascal menganggukan kepalanya mengerti.

"Tapi Clara, bukankah kota peradaban ini dibangun sebelum bangsa Fenisia tiba? Mengapa Melqart atau Dewa Pedang berada disini?"

Lelah karena mereka telah berdebat tentang latihan, teknologi dan penggunaan akal sehat. Pascal merubah topik untuk bertanya hal yang mengambang dalam pikirannya.

"Mungkin mereka tertarik dengan aura suci tempat ini-" Kata Clara sambil terus berjalan membelakangi Pascal.

Setelah dia melihat kekanan dan kekiri untuk memastika arah, Clara melanjutkan :

"-Kehadiran Nuraghes ini menunjukan sisa-sisa aura pemukiman kuno. Pemukiman ini bahkan lebih suci dari kuil atau makam. Karena tertarik pada kehadiran spiritual seperti itu, banyak kasus [Dewa Sesat] mengganggu tempat tinggal dewa lain yang tidak terkait dengannya."

"Hmm, jadi itu seperti rumput tetangga lebih hijau dari milik sendiri, ya .... Dan tentang aura suci, Aku tidak terlalu mengerti. jika itu kuil mungkin aku sedikit mengerti tapi mengapa pemukiman dan bahkan makam di anggap sebagai tempat suci. bukankah aura suci lebih identik dengan kuil? Kalau aku tidak salah, di Jepang orang-orang menganggapnya kuil pemujaan dewa tertentu akan mengeluarkan aura suci dari dewa tersebut, ya sesuatu seperti itu."

Gottmörder 1 - Manifestasi Dewa PerangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang