BAB 1 - Titik Awal

139 11 7
                                    


Bagian 1

"-baiklah, mungkin hanya itu saja yang bisa saya sampaikan, semoga kalian bisa mencapai apa yang kalian inginkan. Saya ucapkan sekali lagi, selamat pada kalian yang telah lulus dari Akademi Raizen ini."

Kata-kata penutup disambut oleh tepuk tangan seluruh siswa didalam aula.

Setelah penutup pidato pelepasan siswa tingkat 3, kepala sekolah turun dari panggung dan para siswa mulai berpelukan satu sama lain.

"Semoga kita bertemu lagi." , "Aku bakalan rindu dengan kalian-" , "jangan lupa untuk terua mengirim email-". Itulah yang sedang dikatakan oleh para siswa yang lulus, mereka memiliki suasana hati yang berbeda-beda.

Mungkin ada di beberapa dari mereka yang tidak akan bertemu kembali, mereka mulai menceritakan apa yang telah mereka alami bersama selama tiga tahun ini.

Sebuah perpisahan memang menjadi suatu momen atau hal yang menyedihkan, tapi itu adalah suatu sistem dari alam sendiri, pernahkah kalian mendengar sebuah pepatah 'Dimana ada pertemuan, disitu ada perpisahan' dan sekarang adalah kondisi dimana perpisahan bagi sebagian orang.

Saat ini Pascal juga menjadi salah satu dari para siswa tersebut, dan dia juga ikut merasakan apa yang mereka rasakan.

Hari ini adalah acara kelulusan untuk Pascal di Akademi Raizen. Seusai ia mengikuti upacara kelulusan yang dilakukan disekolah, berbicara dengan teman-teman dan kouhainya sebelum pulang, saat ini ia sedang dalam berjalanan menuju rumah keluarga Kusanagi.

Angin musim semi yang berhembus menerpa wajahnya terasa sangat segar, ia benar-benar menikmati dengan suasana ini, aroma dari bunga sakura. Sambil menghirup udara ia bersyukur bahwa ia bisa lulus dari akademi dengan nilai yang cukup bagus, walaupun itu cukup sedih mengingat bahwa ia akan berpisah dengan teman - temannya karena akan memasuki Akademi Divisi SMA yang berbeda.

"... Bukan berarti kami akan putus kontak. Aku harap liburan musim semi nanti banyak hal yang menyenangkan."

Karena Pascal baru saja lulus dari tingkat SMP, ia akan bebas selama beberapa minggu sebelum masuk Ke tingkat SMA. Walaupun begitu  ia juga harus melakukan persiapan ujian masuk sekolah nanti, meskipun sekolah yang ingin ia masuki nanti bukanlah sekolah unggulan, tapi tetap ia perlu nilai yang cukup untuk masuk ke sekolah itu.

Setelah sampai dirumah keluarga Kusanagi, Pascal segera menuju kamarnya di lantai dua. 

Saat ini tidak ada siapapun dirumahnya. Di jam-jam seperti ini, rumah keluarga Kusanagi memang selalu sepi kecuali ada momen tertentu, karena memang penghuni rumah ini memiliki kesibukan yang tidak normal. terutama orang tua dan kakeknya. 

"Apa yang harus aku katakan pada mereka?"

Pascal bergumam pelan saat melihat almamater miliknya. Almamater hitam dengan kancing emas -- Ya, seharusnya ada tiga kancing pada almamaternya ini, namun sekarang tidak ada, itulah yang membuatnya berbicara sendiri.

Sebelum berangkat ke sekolah, salah satu adiknya mengatakan "Pascal-nii, tolong berikan kancing almamater milikmu nanti, aku tahun depan ingin segera lulus-" dengan frasa yang sedikit memaksa.

Di jepang ada sebuah tradisi --  atau mungkin lebih tepat jika disebut dengan kebiasaan yang dilakukan anak-anak sekolah.

Biasanya ketika senpai atau ada angkatan yang akan lulus, pada saat upacara penutupan sekolah, para senpai akan dimintai kancing almamaternya oleh para juniornya, dengan harapan bahwa mereka juga bisa lulus tepat waktu seperti para senpai-nya dan untuk kenang-kenangan juga.

Walaupun Pascal tidak mempercayai hal itu, ia tidak bisa menolak dimana para juniornya meminta kancing almamaternya saat disekolah tadi, memengingat banyak sekali juniornya yang memintanya kancingnya padahal kancing almamaternya hanya tiga buah saja.

Gottmörder 1 - Manifestasi Dewa PerangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang