16 jam dalam sehari kuhabiskan untuk berkutik dengan komputer.
Maka bukan perkara tak biasa jika mata ini berair, atau bahkan satu hingga dua bulan lagi akan divonis menderita mata minus, yang mengharuskan keduanya bersembunyi di balik frame kacamata berlapis kaca transparan. Hal itu tentu takkan terjadi padaku, karena sedari dulu aku yang notabenenya cucu dari dua orang spesialis mata telah dibekali kiat-kiat agar penglihatanku tetap normal."Yes, Sir. Aku akan menyelesaikannya dan membutuhkan tambahan waktu untuk itu. "
"Baiklah, jam 9 tepat saya telah berada di sana." Pria diseberang telepon semakin menambah bebanku di pagi buta seperti ini.
Tak ada waktu untuk tidur, tersisa 3 jam 20 menit dan 19 detik bagiku untuk menyusun bahan presentasi yang akan ditampilkan pada pertemuan dengan klien dari 7 negara berbeda.
Butuh tenaga ekstra serta pikiran jernih demi hasil yang sempurna. Terlebih lagi untuk perusahaan terbesar ketiga di Amerika.
Aku terbilang cukup beruntung dapat diterima sebagai seorang sekretaris di sebuah perusahaan properti tanpa melalui serangkaian interview atau tes lainnya. Mengapa demikian? Perlahan aku akan mengungkapnya.
Sebuah bola bulu menyentuh kaki-ku. Tidak lain dan tidak bukan, ia adalah Jack, anjing peliharaanku sekaligus penghuni apartemen berukuran cukup besar bagi kami berdua ini. Hanya sikap manjanya-lah yang menjadi alasanku untuk menggerakan jemari diantara bulu-bulu halusnya, dan berpaling dari seonggok materi yang sedang aku kerjakan.
"Selesai.. " Aku menghembuskan napas kasar.
Tak lupa, sebelum beranjak aku mengecek terlebih dahulu kata demi kata yang telah aku ketik selama kurang lebih 3 jam.
Buku yang tak tersusun rapi berhasil mengalihkan pandanganku. Pasalnya aku sangat menyukai kerapihan dan membenci hal sebaliknya. Sebuah kotak musik berbentuk hati tersembunyi di balik frame foto. Penuh debu. Sedikit berkarat. Sudah rusak. Dengan serius aku memerhatikan setiap detail darinya. Mengingatkanku pada seseorang di masa lalu.Dering ponsel menarikku dari alam bawah sadar. Terpampang jelas notifikasi bahwa pertemuan dimajukan, itu artinya aku memiliki waktu 1 jam untuk bersiap, sementara jarak dari apartemen ke kantor berkisar 10 km dan dapat ditempuh dalam waktu 30 menit. Tanpa macet tentunya. 10 menit aku gunakan untuk mandi. 20 menit selanjutnya untuk berhias. Dengan begitu tepat 30 menit setelahnya aku sampai di tempat tujuan.
Dengan napas yang tak beraturan aku berlari menaiki ratusan anak tangga. Ya, kini aku telah berada di depan sebuah kantor bergaya klasik. Sepasang mata menarikku ke dalam memori 10 tahun ke belakang. Pikiranku kosong. Fokusku hilang. Senyumnya. Sorot matanya.
"Kau harus lebih berhati-hati, Nona. " Ucapnya seraya membantuku membereskan dokumen yang berceceran.
"Maaf, aku harus pergi. " Tak ingin membuang waktu, kaki berbalut high heels ini dengan lincah melewati setiap anak tangga menuju ruang utama.
Sementara dirinya tetap pada posisi semula. Memandang diriku yang perlahan menghilang.
Hope you enjoy it guys ❤
Bantu read, vote, and comment juga guys 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
TEN
General FictionFakta bahwa cinta tak memandang usia diamini oleh seorang remaja pria bernama Cristopher Juanpa William atau akrab dipanggil Juan. Ia sempat memiliki kelainan yang mungkin dianggap wajar bagi segelintir orang, yaitu penyuka sesama jenis. Hingga seor...