Part 13. Rest In Peace

42 6 10
                                    

Sejatinya tidak ada yang abadi di dunia ini, baik aku, kau, kita, dan dia.

Ini bukan musim migrasi ataupun musim kawin, segerombol burung terbang mengitari sebuah pohon di taman dekat apartemen . Terbang tak tentu arah. Bersiul saling bersautan. Hendak menyampaikan pesan.

Cahaya matahari seperti bohlam yang redup, namun tetap hangat. Tidak ada awan mendung. Tidak juga langit yang cerah. Terasa ganjil.

Bibir tipis itu beberapa kali mengecap. Merapikan lipstik yang dipoles padanya. Sepasang mata menatap pasti kepada wanita cantik yang muncul di cermin. Sedikit blush on untuk menambah kesan tirus pada pipi. Helaian rambut rontok karena sering disisir. Mungkin juga terlalu banyak beban pikiran hingga akarnya tidak kuat.

Sweater abu dipadankan dengan blue jeans, cocok untuk bersantai di sore hari menjelang petang. Tangan mulusnya dengan luwes menata buku dan pakaian pada tempatnya. Membersihkan debu pada setiap ruangan tanpa rasa jijik.

Sore ini, ia hendak mengambil anjingnya yang dititipkan kepada sahabatnya.

"Good afternoon. " Sapa seseorang di belakangnya. Ia mengunci pintu sebelum menjawab.

"Good afternoon Sasha, long time no see. " Jawabnya ramah.

"Yeah, bagaimana kabarmu? "

"Aku baik, dan kau? " Tanyanya balik.
"Seperti biasa, Richard marah dan aku harus pergi beberapa hari untuk menenangkan pikiran. " Jawab Sasha lesu.

"Menurutku sebaiknya kau tidak boleh menghindar atas masalah yang tengah kau hadapi, jika terus seperti ini, kasihan juga bayi diperutmu itu. " Terkadang dia merasa iri dengan wanita seusianya yang telah membina rumah tangga.

"Ya kau benar, dan kau akan pergi ke mana serapi ini? "

"Bukankah aku selalu berpenampilan rapi? Aku akan menjemput Jack, sudah seminggu tidak bertemu dengannya. " Ia menghela napas. " Aku merindukannya. " Lanjutnya. Siapa yang ia rindukan? Jack atau yang lain?

"Baiklah, aku harus membersihkan tubuh, terasa lengket. Sampai jumpa. "

"Sampai jumpa. " Ingin rasanya ia bercakap sedikit lebih lama untuk sekedar mengulur waktu mengusir kesepian.

Kali ini ia memilih naik taksi karena malas mengemudi jarak jauh dalam kondisinya kini.

Sebuah ambulan melintas tepat sebelum taksi berhenti di hadapannya. Teringat Sang adik yang hingga kini masih dirawat. Teringat akan janjinya akan membawakan dua kotak es krim vanila dan sebuah balon kuda poni jika ia sembuh. Teringat tekad Sang adik untuk pulih agar dapat bermain peran. Mungkin kini gadis kecil itu tengah kecewa dan putus asa.

Jemarinya dengan lincah mengetik sebuah pesan.

To: Sheera

Hi! Aku pikir Jack masih akan bersamamu untuk beberapa hari ke depan, apa tak masalah?

Kurang dari 10 detik, ponselnya berdering.

From: Sheera

Yes, no problem, aku senang bisa lebih lama dengannya, sampaikan salamku untuk Bella.

TENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang