ALUNAN lagu ballad milik solois terkenal Korea mengiringi setiap ruang dengar Nayeon. Yeoja itu sedang duduk menghadap rekan sekerjanya, laptop. Ya, Nayeon sedang duduk diruangan yang memang sengaja dikhususkan sebagai ruang untuk Nayeon menuliskan semua ide-ide ceritanya.
Setelah buku 'When I Kiss the Rain' terbit beberapa bulan lalu, Nayeon memang memutuskan untuk hiatus sementara sembari menyelesaikan kuliahnya.
Kini Nayeon akan kembali lagi ke dunia tulis menulis setelah lama beristirahat. Ia yakin semua penggemarnya sudah menantikan karya terbarunya.
Nayeon menggeliat, ia merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku. Sedikit pemanasan kecil sebelum menulis adalah ritual wajib yang harus Nayeon lakukan.
Tiba-tiba saja ketika ia hendak mengetik, pikirannya melayang pada perkataan Jinyoung tempo hari.
"Kau belum mengenalku, tapi kau sangat mempercayaiku?"
Terbesit sebuah ide cemerlang diotak Nayeon, ia bermaksud menulis cerita tentang kehidupannya dengan Jinyoung. Entahlah, Nayeon hanya merasa ada yang berbeda dari Jinyoung dan belum ada satupun laki-laki yang pernah ditemuinya memiliki kharisma seperti yang dimiliki Jinyoung.
Namja itu sangat berbeda.
Bagaimana bisa dengan mudahnya Jinyoung membuat seorang Im Nayeon, gadis tertutup yang bahkan selalu tidak percaya diri berubah menjadi gadis yang sangat terbuka ketika bersama Jinyoung. Benar, Nayeon sudah menceritakan semua rahasianya pada Jinyoung, termasuk semua aib kakak nya, Im Jaebum.
Nayeon tidak tahu kenapa dia bisa sepercaya itu pada tetangga barunya. Ia hanya merasa Jinyoung bukan orang asing.
Ting..tong..
Bunyi bel apartemen menyadarkan Nayeon dari lamunan panjangnya. Ia segera mengembalikan fokusnya pada dunia nyata, hampir sepuluh menit sudah Nayeon melamunkan Jinyoung tadi.
Ting..tong..
Sekali lagi bunyi bel itu menggelegar keseisi ruang apartemen. Sebelum bel itu berbunyi lagi, Nayeon cepat-cepat beranjak dari kursi untuk membukakan pintu apartemen.
Ia tidak melihat layar intercom, ia hanya berfikir siapa yang akan bertamu selain Jinyoung.
Bahkan tidak ada yang tahu dimana Nayeon tinggal selain orang tuanya, Jaebum, dan Mark. Jika itu kedua orang tuanya mustahil, mereka sedang ada di Amerika sekarang. Begitu juga dengan Jaebum, kakak kesayangannya itu menetap di Jepang sejak beberapa tahun lalu. Mark, manusia workholic itu tidak mungkin meninggalkan kursi kerjanya walaupun sudah petang sekalipun. Jika pekerjaannya sudah selesai, mungkin Mark akan langsung pulang. Dan yang paling mungkin bertamu adalah Jinyoung, tetangganya.
Dan itu benar.
"Annyeong"
"Ahh Jinyoung-ah, masuklah" pinta Nayeon sedikit canggung. Setelah hari itu, Nayeon memang selalu merasa canggung didepan Jinyoung.
Sebenarnya sudah berkali-kali Jinyoung mengatakan jika dirinya tidak apa-apa, lagi pula dia tidak memiliki pacar ataupun isteri jadi Nayeon tidak perlu sesungkan itu.
"Apa kau sedang sibuk?" tanya Jinyoung sembari berjalan ke ruang makan.
Sepertinya hal ini sudah menjadi rutinitas bagi keduanya, makan malam bersama di apartemen Nayeon.
"A-aniya"
"Lalu kenapa kau lama sekali membukakan pintu untukku?"
"Eumm" Nayeon memutar bola matanya bermaksud mencari alasan yang tepat, "Tadi aku sedang ada ditoilet ketika kau menekan bel"
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE AND ONLY YOU [COMPLETED]
Fanfiction[PJY-INY] "Terlalu banyak yang kau rahasiakan dariku, tapi kenapa hati ini tetap mempercayaimu"-INY "Terlibat urusan denganmu memang membahayakan hidupku, tapi siapa sangka, kau malah semakin membuatku ingin selalu melindungimu"-PJY Δ Park Jinyoung...