24. Markas Musuh

191 28 7
                                    

"Akhirnya kau datang juga, Park Jinyoung-sshi?"

Jinyoung tidak menjawab.

"Wah ternyata kau sangat tampan, sama seperti hyung" puji Tuan Choi namun tidak direspon dengan baik oleh Jinyoung.

Perlahan Jinyoung mendekat hingga jarak mereka hanya tersisa beberapa meter.

"Apa yang membuatmu datang kemari, keponakanku?"

"Kenapa kau melakukan ini?" sengit Jinyoung dengan mata penuh amarah.

"Melakukan apa?"

"Nayeon, kenapa kau terus menerus membuatnya dalam bahaya? Bukankah sejak awal aku yang kau inginkan, lalu kenapa kau membuat Nayeon terus dalam bahaya?"

Tuan Choi terdiam, ia sedikit menahan tawanya, entah apa yang lucu dari pernyataan Jinyoung barusan hingga membuatnya sedikit tergelitik.

Melihat tanggapan Tuan Choi yang terkesan meremehkannya, Jinyoung kemudian angkat suara, "Kau tidak perlu repot-repot menjadikan Nayeon sebagai umpan untuk menarik ku keluar. Jika kau memintanya, aku juga pasti memberikan harta sialan itu padamu!"

"Kya Jinyoung-ah, kenapa kau sangat kasar pada pamanmu ini? Jangan seperti itu Jinyoung-ah" tutur Tuan Choi dengan nada bercanda.

"Katakan saja, kau menginginkan harta itukan? Tolong bebaskan ahjushi itu maka akan kuberikan semua harta warisanku padamu"

Pecahlah tawa Tuan Choi, ia sudah tidak bisa menahan tawanya mendengar pernyataan Jinyoung, entah apa yang lucu dari ucapan Jinyoung, yang jelas tawa itu terdengar sebagai tawa yang merendahkan.

"Kya Jinyoung-ah, jika tahu akan semudah ini untuk apa aku menunggumu hingga dewasa"

Tuan Choi pun mengisyaratkan pada orang kepercayaannya untuk membawakan sebuah dokumen yang perlu Jinyoung tanda tangani sebagai surat perjanjian pengalihan harta warisan.

Tekad Jinyoung sudah bulat, baginya harta warisan itu tidak penting, baginya ada yang lebih penting daripada harta gono-gini warisan kakek dan itu adalah Nayeon, bagi Jinyoung keselamatan Nayeon jauh lebih penting.

"Bebaskan ahjushi itu terlebih dahulu, baru aku akan menandatangani dokumen sialan ini!"

Tuan Choi terdiam, ia sedikit menyeringai.

"Apa yang sedang kau rencanakan, Jinyoung-ah?"

"Tidak ada"

Tuan Choi tersenyum sinis.

"Kau tahu, sebenarnya gadis itu tidak akan mendapatkan sepeserpun harta ayahku" celetuk Tuan Choi.

"Apa?"

"Nayeon bukanlah pewaris sah dari kekayaan Choi Sooman, ayahku sekaligus kakekmu. Memang benar, sejak awal aku memang mengincarmu. Aku tahu semua isi surat wasiat itu, bahkan sebelum ayahku meninggal. Aku sudah tahu jika ia sudah mewariskan semua hartanya padamu, semuanya hingga tidak ada yang tersisa untukku"

Jinyoung hanya diam.

"Awalnya aku memang berencana menyingkirkanmu lewat kecelakaan di taman bermain saat kau masih kecil, tapi tanpa diduga kau malah keluar dari mobil dan pergi menghampiri seorang gadis. Dari situ aku sadar, kau tidak boleh terbunuh, lagi pula jika kau terbunuh semua harta itu akan lenyap jadi aku menunggumu sampai kau bersedia menyerahkan harta itu padaku"

"Tapi kenapa Nayeon? Kau menjadikan dia umpan atau apa, hah!"

"Ah gadis itu, sejak kecelakaan itu aku lihat kau sangat terikat padanya--"

Belum sempat Tuan Choi mengusaikan kalimatnya, Jinyoung lebih dulu memotong.

"Jadi kau sengaja membuat surat wasiat palsu dengan menjadikan Nayeon sebagai pewaris utama yang sah, karena itu kau pura-pura mengincarnya agar aku semakin terikat dengan gadis itu?!"

ONE AND ONLY YOU [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang