14. Korban Perasaan

648 86 6
                                    


"A-apa yang terjadi?"


KERINGAT dingin mengucur beriringan dengan air mata kesesakan Nayeon. Bisa Jinyoung pastikan jika Nayeon sedang bermimpi sekarang, dan apapun itu sepertinya ini adalah mimpi yang buruk.

Jinyoung yang sedang bertelut dihadapan Nayeon itupun mengangkat tangannya kearah puncak kepala Nayeon. Ia mengelusnya lembut, memberikan sentuhan hangat agar yeoja itu bisa sedikit tenang. Benar saja, berkat elusan tangan Jinyoung kini Nayeon menjadi lebih tenang, air matanya berangsur mengering, sudah tidak ada lagi isakan atau keringat yang ia keluarkan.

"Gwencanha..gwencanha" gumam Jinyoung lirih.

Namja berambut cokelat itu kemudian mendekatkan wajahnya. Ia mengecup singkat kening Nayeon, seusai kecupan itu ia memandangi wajah sembab Nayeon dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Hatinya menderu, bohong jika ia tidak tertarik dengan bibir ranum Nayeon. Dengan penuh pertimbangan, akhirnya Jinyoung memberanikan diri mencium bibir Nayeon yang tengah tertidur itu. Kelopak Jinyoung turut memejam seiring tautan hangat diantara keduanya.

Sudah bertahun-tahun sejak Jinyoung mengenal Nayeon, bertahun-tahun pula sejak pria itu mulai menyayangi dan mencintai Nayeon. Ingin rasanya Jinyoung mengakui perasaannya dan memiliki Nayeon, namun ia tidak bisa. Tugasnya hanyalah sebatas menjaga dan melindungi Nayeon, tidak lebih.

Ingatan Jinyoung tentang perasaan yang selama ini ia pendam satu persatu bermunculan, bergantian ingatan itu menghujani pikiran Jinyoung. Jinyoung sadar, keselamatan Nayeon jauh lebih penting daripada perasaan namja itu sekarang.

Bertepatan dengan air mata yang tidak sengaja menetes, Jinyoung melepas tautan bibir mereka. Tanpa Jinyoung sadari, butir air matanya jatuh mengenai pipi kanan Nayeon.

"Mianhae Nay"

Jinyoung kembali mengusap sisi kiri rambut Nayeon, ia tersenyum miris sembari memandangi wajah cantik Nayeon. Mungkin hanya saat seperti inilah Jinyoung bisa puas memandangi bidadarinya, Jinyoung baru saja menyadari jika Nayeon begitu cantik ketika sedang tidur.

Tok..tok..tok..

Suara ketukan pintu itu berhasil membangunkan Jinyoung dari lamunannya.

Rupanya petugas kebersihan sengaja mengetuk pintu apartemen lumayan kuat. Karena pemadaman, bel apartemen tidak bisa berfungsi sehingga mengharuskan siapapun yang datang untuk mengetuk pintu kuat-kuat.

Sebelum Jinyoung beranjak pergi untuk membukakan pintu, ia terlebih dahulu menarik selimut putih diatas ranjang dan menutupkannya kebadan Nayeon.

•••••


WANGI bawang putih yang sengaja ditumis dengan margarin berhasil membangunkan Jinyoung dari tidurnya. Namja itu menggeliat diatas kasur putih polos kepunyaannya. Kasur itu memiliki ukuran yang cukup besar sehingga ia bebas tidur dengan berbagai gaya.

Sedikit demi sedikit kelopak mata Jinyoung terbuka. Ia masih mencoba menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk ke matanya, hal itu memang wajar dilakukan apalagi saat bangun tidur seperti ini.

Sembari bangkit untuk duduk, Jinyoung melenguh pelan. Matanya melirik jam analog yang tergantung di dinding kamar. Jika ia tidur jam tiga pagi maka ia hanya tidur selama enam jam terhitung dari sekarang.

Sekali lagi Jinyoung mencium wangi masakan berkuah dari arah dapur apartemen.

"Siapa yang memasak?"

ONE AND ONLY YOU [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang