SEMERBAK aroma bawang putih yang ditumis diatas minyak nabati menyeruak keseluruh ruangan. Wangi masakan Nayeon sempat melemahkan indera penciuman Jinyoung, aroma masakan Nayeon memang tiada duanya.
"Jinyoung-ah, tolong cincangkan bawang lagi!" pinta Nayeon.
Yeoja itu sibuk menumis bawang, memasukkan beberapa bahan, menumisnya lagi, menambahkan garam, dan mencicipi apakah rasa masakannya sudah pas.
"Jika sudah, tolong siapkan piring untuk makanan-makanan ini" ujar Nayeon lagi.
Jinyoung hanya bisa menurut tanpa bisa protes ataupun membangkang. Tak butuh waktu lama, Jinyoung sudah selesai melakukan semua tugas yang Nayeon berikan. Sembari menunggu masakan yang Nayeon tumis matang, Jinyoung sengaja berdiri memandangi Nayeon. Namja itu terenyum manis kearah Nayeon sambil bersandar pada pantry, ia juga melipat kedua tangannya didepan dada.
Awalnya Nayeon tidak sadar dengan perlakuan Jinyoung, lama-kelamaan yeoja itu merasa seperti sedang diperhatikan. Benar saja, ketika Nayeon menoleh, ia mendapati Jinyoung tengah memandanginya dengan senyuman.
"Wae?"
"Aniyo"
"Kenapa kau memandangiku seperti itu?"
"Tidak boleh?"
"Tentu saja tidak. Kau harus meminta izinku dulu"
"Oh, baiklah" seketika Jinyoung berbalik dan mencari kesibukan lain.
Mendapat respon yang tak terduga dari Jinyoung, Nayeon kemudian berusaha mengambil atensi Jinyoung kembali. Entah mengapa, rasanya Nayeon sangat senang ketika Jinyoung memandanginya seperti itu, hanya saja debaran jantung Nayeon tidak bisa dikondisikan.
"Kya, jangan marah begitu Jinyoung-ah, aku hanya bercanda" Nayeon merajuk. Yeoja itu bergelayut manja di pinggang Jinyoung.
Jinyoung kembali menghadap Nayeon, ia menatap lamat netra cokelat Nayeon. Dalam beberapa detik, darah Nayeon seperti berdesir lembut membelai setiap dinding nadi-nadinya. Wajah yeoja yang baru saja berusia 25 tahun itu seketika bersemu merah.
Perlahan namun pasti wajah Jinyoung semakin mendekat. Entah karena efek halusinasi atau memang ini adalah kenyataan, Nayeon merasa jika Jinyoung sengaja mengunci pergerakannya dengan terus memajukan wajah tampan itu. Nayeon tidak bisa bergeming lagi, ia memilih diam dan mencoba untuk menetralisir detak jantungnya yang mulai tidak karuan.
Jari-jemarinya bahkan hanya bisa meremas ujung dress merah jambu yang ia kenakan. Semakin dekat, semakin kuat pula aroma maskulin tubuh Jinyoung yang sempat tercium hidung Nayeon.
Saat tinggal beberapa senti, Jinyoung menghentikan pergerakannya. Nayeon tampak gusar menanti kata yang akan terucap dari pita suara Jinyoung.
"Apa yang kau harapkan?" senyum miring timbul diwajah tampan Jinyoung. Senyuman itu seakan sedang mengejek Nayeon yang berkelakar dengan pikiran liarnya.
"Kya! Apa kau sedang mempermainkanku?"
Jinyoung mengendikkan bahunya lalu berdalih, "Entahlah"
"Dasar!"
Jinyoung tiba-tiba saja mengacak puncak rambut Nayeon dengan gemas, mungkin karena tingkah Nayeon itu terlihat sangat menggemaskan dimata Jinyoung.
Sentuhan itu rupanya berhasil menggetarkan hati Nayeon. Terbukti ketika Jinyoung asyik mengacak rambut perempuan cantik itu, Nayeon hanya bisa terdiam dengan mata membulat, ia juga terlihat salah tingkah ketika Jinyoung menatapnya dan memberikan senyuman kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE AND ONLY YOU [COMPLETED]
Fanfiction[PJY-INY] "Terlalu banyak yang kau rahasiakan dariku, tapi kenapa hati ini tetap mempercayaimu"-INY "Terlibat urusan denganmu memang membahayakan hidupku, tapi siapa sangka, kau malah semakin membuatku ingin selalu melindungimu"-PJY Δ Park Jinyoung...