2

2.9K 279 21
                                    

Sang mentari datang dan membuat setiap manusia bersiap untuk hari yang akan mereka lewati. Sama seperti pemuda yang tengah bersiap untuk hari nya yang dia harap indah, pemuda itu menuruni tangga dan mendapati ke 10 saudaranya yang lain yang menatap nya datar dan dingin namun ada 1 orang yang tengah tersenyum manis pada nya, dia memilih tempat duduk paling pinggir di samping saudara nya yang tersenyum tadi.

"Yak, Neo Duduklah di dapur ini bukan tempat mu" Ujar Daehwi pada Woojin kasar

"Park Daehwi dia Hyung mu besikaplah lebih sopan." Ujar Jihoon kesal terhadap sikap saudara saudara nya pada adik kembar nya itu

"ck terus saja kau bela perbawa sial dan pembunuh itu hyung" ujar Daehwi sambil menatap Woojin dengan kebencian.

"Hyung, sudah lah aku makan di dapur saja" Ujar Woojin dan segera pergi dari meja itu, Jihoon hendak memberinya makanan namun Minhyun segera menahan nya

"Yak pembawa sial, makanan mu ada di dapur, jangan harap kau makan makanan ini" ujar Minhyun dengan menunjuk ke arah Dapur

"Hyung apa apaan ini? Dia memakan makanan bekas? Ini tidak benar dia bisa sakit perut jika memakan makanan bekas kemarin" ujar Jihoon tak terima

"Sudah untung aku memberinya makanan" ujar Minhyun dingin

"Tapi....." ucapan Jihoon di potong karena Woojin telah berbicara terlebih dahulu.

"Hyung aku baik baik saja percayalah" ujar Woojin lalu pergi ke dapur.

Di dapur dia tidak memakan semua makanan itu namun dia sisakan untuk dia bawa ke sekolah karena pasti para hyung nya tak akan memberinya uang bekal yang banyak hanya sedikit yang sering dia terima karena alasan'kita harus menghemat pengeluaran, jadi terima saja' ia tak pernah mengeluh dengan apa yang dia terima justru dia bersyukur masih bisa di beri uang walau tidak banyak. Selesai menyantap sarapan nya Woojin segera mendekati saudaranya dan berpamitan

"jangan harap kau mendapat uang bekal Woojin, karena kau selalu pulang larut jadi aku tak akan memberi uang sedikitpun" Ujar Seongwoo dingin. Woojin hanya membalas nya dengan senyuman dia mengerti dia telah mengecewakan para hyung nya dan juga menjadi contoh yang buruk untuk dongsaeng nya.

"aku pamit hyung" Ujar Woojin tak di dengar oleh hyung hyung nya dan juga dongsaeng nya

"Woojin-a Tunggu" suara seseorang menahan Woojin untuk pergi, Jihoon segera berlari mendekatinya.

"Ayo kita pergi lagi pula aku sudah selesai" ujar Jihoon tersenyum pada Woojin dan di sambut anggukan dari Woojin.

Setelah mereka pergi suasana sunyi berubah karena ada seseorang yang membuka suaranya.

"Hyung mengapa Jihoon Hyung sangat baik bahkan selalu membela si sialan itu" ujar Guanlin sebal

"Sudah lah biarkan mereka lebih baik kalian bersiap karena Hyung tak ingin adik hyung yang paling besar ini terlambat" ujar sungwoon tersenyum manis pada Guanlin, Guanlin hanya menurut dan segera bersiap pergi.

Tidak jauh dari mereka ada seseorang yang tengah berperang dengan pikiran nya

'Ada apa dengan mu Woojin-a, apa kau baik baik saja?mengapa wajah itu wajah pucat itu membuatku memikirkan bahkan mengkhawatirkan mu. Untuk apa aku memikirkan nya sadarlah Daniel' Batin Daniel di sertai gelengan dari kepalanya

"Niel-a kau baik baik saja?" Tanya Seongwoo pada Daniel

"ah aku baik baik saja hyung, aku akan bersiap pergi ke kampus" ujar Daniel segera pergi dari sana

Woojin dan Jihoon telah sampai di sekolah dan memasuki kelas mereka masing masing, Jihoon menatap adik nya dan tersenyum, membuat adik nya membalas senyuman nya

Mianhae Park Woojin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang