Orang itu berjalan memasuki pasar hewan. Manusia di dunia ini terlalu banyak, sehingga di mana pun ia berhenti dengan mobilnya, wajah-wajah itu selalu tampak. Lagi, wanita sekitar umur tiga puluhan menjadi incarannya. Berbeda dengan dua wanita sebelumnya, wanita kali ini terlihat jauh lebih pendek darinya. Ditambah lagi tubuhnya yang kecil, adalah hal yang mudah untuk menghabisinya.
Dengan senapan yang dibawanya, Orang itu mengarahkan si mulut pistol ke salah satu kambing gemuk yang sedang memakan rumput. Cerdik, dia tak menggunakan peluru pistol pada umumnya. Jenisnya soft sells, ketika mengenai sasaran akan mematikan karena racun yang terkandung di dalamnya, namun akan segera melebur karena menguap ketika terkena udara, sinar matahari, atau pun air.
Jadi akan sulit mendeteksi sang pemilik senapan jika seperti itu. Kerumunan orang yang begitu banyak selayaknya pasar, membuatnya mudah tak dilihat orang. Sekarang, dia menekan pelatuk ke belakang, dan sebuah peluru 0,5 inchi meluncur gesit.
Dor!
Semua tampak kaget. Orang itu segera berpindah posisi, mendekati wanita incarannya. Pistol segera dikantonginya secepat mungkin.
"Ada yang menembak, ayo keluar!"
"Hati-hati!"
"Awas, ada yang membawa senjata!"
Saat semua lagi panik dan berjejal-jejalan ingin keluar pasar, Orang itu mengeluarkan alat pengintai bulat kecilnya. Sedikit susah mengenai target karena orang berlalu lalang dengan cepat. Tetapi akhirnya, wanita itu berdiri bersebelahan dengannya. Tentu tanpa menunggu apa pun lagi, tangan kanan Orang itu meletakkan si kecil pada bajunya yang kebetulan sama-sama berwarna hitam.
Setelah alat itu menempel bak magnet, Orang itu berhenti ikut berlari-larian. Dia diam sejenak disertai seringaian tak sabar bak srigala yang kelaparan. Sudah dapat diperkirakannya, nyawa wanita itu takkan lama lagi berada di dunia. Lihat, saja!
----------
Orang itu pulang setelah mendapat santapan baru untuk nanti malam. Ibunya menyambutnya.
"Kamu habis darimana?"
Orang itu tak peduli dan langsung duduk malas di atas sofa, "Kenapa sih?"
"Ibu tanya, kamu darimana?"
Orang itu tersenyum miring, "Apa urusan Ibu sama pekerjaanku?"
Mata Ibunya mulai berbinar, "Kamu sudah kerja lagi, Nak?" Sang Ibu kemudian duduk di samping anaknya.
Orang itu mengangguk.
"Kamu kerja apa?"
"Memangnya penting ya bagi Ibu?"
"Iya, aku ini kan Ibumu, jadi wajar dong kalau Ibu ingin tahu pekerjaanmu itu apa."
"Pekerjaanku ... mudah saja, hampir mirip seperti Ayah."
Mata Sang Ibu membulat disertai senyum, "Oh ya?
"Pekerjanku adalah membantu mengurangi beban Negara ini yang terlalu banyak penduduknya."
----------
Malam menjelang. Lave dan James mulai merasakan kantuk karena sejak siang tadi mereka terus terpaku pada handphone.
"Aku tidur duluan ya, udah lima watt nih," seru James sembari berjalan ke kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who's Next [H I A T U S]
Mystery / ThrillerHighest rank #22 in Thriller Rank #24 in Mistery Rank #21 in Psycho Rank #20 in Psikopat Rank #2 Menegangkan Siapa sangka, kehilangan semua saudara membuat seseorang depresi berat. Merasa tak memiliki penopang hidup, dan dihantui bayang-bayang kehad...