Delvian melepas alas kakinya di teras dan masuk ke rumah.
"IBU?" teriaknya memanggil.
Tetapi sepi, tak ada jawaban. Delvian berjalan ke dapur, namun Bu Lyra juga tak ada. Dia mencoba mengetuk pintu kamar orang tuanya.
"Ibu?"
Tetap tidak ada jawaban. Delvian segera berlari ke lantai dua, barangkali Bu Lyra ada di sana. Di lantai dua hanya ada kamarnya, satu kamar mandi, dan sebuah teras terbuka untuk menjemur pakaian.
"IBU?" teriaknya lagi.
Delvian menghela sambil berkacak pinggang. Kenapa Bu Lyra tak ada di rumah? Kenapa timenya pas sekali dengan kejadian pembunuhan di rumah Daniel, dan pria itu dalam masa pelariannya. Mengingat Goo dan Rayna pernah mengunjungi pria itu, bisa saja keluarga ini menjadi incarannya. Gawat, sekarang Bu Lyra kemana.
Delvian memutuskan turun ke lantai satu. Masih dengan suasana sepi. Dia berjalan ke luar rumah, dan bertemu dua orang tetangga yang tengah berjalan melewati rumahnya.
"Eh, Bu, Bu!" Delvian berlari menelusuri halaman rumah.
Kedua wanita itu berhenti dan menatap Delvian bingung.
Delvian berdiri di depan dua wanita itu, "Ada yang lihat Ibu saya kemana?"
"Bu Lyra? Oh, tadi dia keluar pakai motor sambil bawa tas belanja. Mungkin dia mau ke minimarket," balas salah satu wanita.
"Oh ..." Delvian merasa lega, "makasih banyak ya Bu. Permisi."
"Iya, silakan," balas keduanya.
Delvian berlari kembali ke rumah. Ternyata Bu Lyra pergi berbelanja. Dia bisa tenang dan akan bersiap-siap ke rumah sakit. Setelah mandi dan memakai baju putih khas dokter, dia ke dapur untuk mencari sarapan. Ada satu piring nasi goreng di meja makan, yang sepertinya memang disediakan untuknya. Delvian makan dengan lahap, hingga membuat dia tersedak. Dia segera berdiri dan membuka kulkas, mencari air dingin.
Tapi, dirinya disambut sebuah pemandangan menjijikan, "APA INI?"
Matanya melotot dan ia berlari menjauh dari kulkas. Pintu kulkas goyang kesana kemari karena belum ditutup. Delvian terbatuk-batuk, karena merasa ada yang menyangkut di kerongkongannya. Batuknya semakin lama semakin besar saja membuatnya susah bernapas. Sudah tersedak, ditambah sebuah kepala tanpa badan yang tiba-tiba ada di dalam kulkas membuatnya merasa mual. Dia segera menuju kamar mandi lantai satu, dan memuntahkan isi perutnya di sana.
Setelah merasa lega, dia berjalan linglung keluar dari kamar mandi. Diusapnya keningnya yang basah.
Bagaimana bisa ada kepala pria di sana. Menjijikan sekali ... batinnya.
Tetapi karena ingin menyelidiki, dia memaksakan diri untuk kembali ke dapur. Pintu kulkas masih terbuka dan memperlihatkan isinya.
Delvian merunduk di belakang kursi meja makan, dan mengintip, "Aduh, aku payah sekali. Dokter bedah takut beginian."
Delvian perlahan-lahan berdiri, dan mendekati kulkas agar terlihat jelas kepala siapa itu. Saat sedang tegang-tegangnya, tiba-tiba pintu luar rumah terbuka dan membuatnya kaget. Segera dia lompat kemudian berlari ke ruang tamu.
"Del?"
Delvian kaget, karena Sang Ibulah yang datang, "I--Ibu?"
"Kamu kenapa keringetan gitu?"
Mulut Delvian tergagap, "I--itu ... di ..."
Bu Lyra mengernyit, "Ada apa?"
"Di kulkas ..."
![](https://img.wattpad.com/cover/145042753-288-k41755.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Who's Next [H I A T U S]
Misterio / SuspensoHighest rank #22 in Thriller Rank #24 in Mistery Rank #21 in Psycho Rank #20 in Psikopat Rank #2 Menegangkan Siapa sangka, kehilangan semua saudara membuat seseorang depresi berat. Merasa tak memiliki penopang hidup, dan dihantui bayang-bayang kehad...