Chap. 13 : Jiwa Yang Hampa

522 61 18
                                    

Tiga hari setelah kematian Rayna

Sejak kepergian Rayna, Delvian tidak bekerja ke rumah sakit untuk menemui pasien-pasiennya. Polisi juga masih bolak-balik untuk meminta keterangan pada empat keluarga Rayna yang ditinggalkan. Tidak hanya keluarga kecil itu, tetapi tetangga sekitar juga ditanyai termasuk Bu Reta yang melihat orang asing masuk ke dalam rumah.

Menurut polisi, pelaku pembunuhan Rayna dengan tiga teman Daniel itu berbeda walau dalam jarak yang cukup dekat. Pelaku tiga teman Daniel adalah Daniel sendiri yang sudah menjadi buronan polisi selama dua tahun. Daniel pernah terlibat kasus serupa yang mengharuskannya mendapat hukuman penjara seumur hidup, tetapi ia berhasil kabur dari sel.

Sekarang yang tertuding sebagai pelaku pembunuhan Rayna dengan bukti sidik jari adalah Lusifa Erika. Setelah dicari informasinya, ternyata itu adik dari Ardi. Kecurigaan Delvian terhadap Ardi menjadi timbul. Di kepalanya terputar-putar bahwa sebenarnya orang yang waktu itu memang bukan Daniel, melainkan seseorang yang menyamar menjadi Daniel untuk dijadikan kambing hitam karena mereka memang memiliki masalah dengan psikopat gila itu.

"Rayna ..." gumam Delvian sambil melihat Rayna dalam foto dengan rambut panjangnya.

Duduk di kursi meja belajar di dalam kamarnya sendirian membuat keinginan mengakhiri hidupnya tumbuh. Tetapi, sesosok perempuan dengan rambut panjang yang terurai lewat persis di depan rumah Daniel. Delvian bisa melihatnya lewat jendela kamar. Delvian terus memperhatikan perempuan itu, dan dia berbelok ke kiri. Itu berarti dia akan melewati depan rumahnya.

Delvian segera turun ke lantai satu dengan langkah kaki terburu-buru. Dengan cepat dia membuka pintu rumah. Tepat seperti perkiraannya, seorang perempuan tadi baru saja melangkah di depan pagar rumah Delvian. Dalam pandangan Delvian, itu adalah Rayna. Dia segera keluar pagar dan memegang tangan kanan Rayna sambil menatapnya penuh arti.

"Hmm ... maaf--"

"Rayna?" seru Delvian.

Perempuan itu membuat raut takut, "Maaf sebelumnya, saya bukan Rayna. Saya anaknya Ibu Reta."

"Rayna?" lagi-lagi Delvian memanggil perempuan itu Rayna.

"Sekali lagi saya tegaskan, saya bukan Rayna," tutur perempuan itu dengan nada rendah

"Rayna, ayo kita pulang!" Delvian menarik tangan perempuan itu memasuki halaman rumah.

Perempuan itu langsung menarik tangannya, "Maaf ya, saya anaknya Ibu Reta. Saya tahu pasti sedih sekali kehilangan adik yang kita sayangi."

"Ray, kamu bicara apa sih?"

"KAK DEL!" Goo datang diantara mereka.

"Goo, lihat Rayna di sini," seru Delvian dengan senyum lebar.

Goo mengalihkan pandangan pada anak Bu Reta itu, "Ah, maaf Kakak. Sekarang Kakak boleh pulang."

Perempuan itu tersenyum, "Terima kasih." Ia beranjak pergi.

"Hei Rayna kamu mau ke mana? Goo kenapa kamu biarin Rayna pergi?" Delvian ingin menyusul.

Goo segera menahan Delvian, "Kak, dia bukan Kak Ray. Kakak, sadarlah! Kak Ray sudah pergi, dia tak ada di sini. Aku juga merasa sangat kehilangan Kak. Tapi Kakak  nggak bisa begini, Kakak harus bisa mengendalikan diri Kakak sendiri."

Who's Next [H I A T U S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang