Chap. 9 : Tuduhan Dan Pesan

488 67 11
                                    

Dead Sisters

"KAK DEL! KAK DEL!" Goo berlari menaiki tangga ke lantai dua.

Delvian segera membuka pintu kamar. Dia melihat Goo yang ngos-ngosan, "Kenapa?"

"Ini," Goo menyodorkan selembaran kertas di tangannya.

Delvian mengambilnya, kemudian membaca.

Dead Sisters

Keningnya berkerut, "Apa ini?"

Goo menaikkan dua bahunya, "Entah."

"Kamu dapet ini darimana?"

"Di bawah bantal pas aku mau bersihin kasur."

Delvian mengangguk ragu, "Ya udah, Kakak ambil ya?"

Goo mengernyit, "Memangnya siapa yang nulis itu? Jangan-jangan Kakak jahil ya sama aku?"

"E--eh nggak kok. Kakak nggak tahu siapa yang nulis ini. Nanti Kakak cari tahu ya."

Goo mengangguk kemudian berbalik turun dari tangga. Begitu juga dengan Delvian yang kembali ke kamarnya. Setelah ia perhatikan, rasanya dia tidak asing dengan tulisan tangan bersambung itu.

Ah, jangan-jangan ... batin Delvian sembari beranjak mengambil kertas yang ia dapatkan di ranjang UGD.

Disejajarkannya dua kertas itu. Delvian terkejut. Ciri-ciri kertas dan tulisan tangan itu ditulis dengan orang yang sama. Tidak salah lagi, pasti Ardi ingin datang membalas dendam. Tapi kenapa, setelah tiga tahun lamanya pertemuannya yang terakhir dengan Ardi, pria itu baru datang sekarang. Sepertinya besok dia harus menagih asistennya tentang data pasien pengidap gagal jantung yang ia minta waktu itu.

"Bagaimana ini Bu?" Pak Fedra berbicara dengan suara parau di ruang tamu.

Delvian yang mendengar itu dari kamarnya segera turun. Ayahnya tak pernah sesedih itu sebelumnya. 

"Ayah, Ibu, ada apa?" Delvian berdiri di anak tangga terakhir.

Bu Lyra menoleh, "Del ..."

Delvian berjalan menghampiri kedua orang tuanya, "Ada apa?"

"Ayahmu dituduh makan suap, Nak," seru Bu Lyra.

"Apa?"

Pak Fedra menghela napas, "Sudahlah, tidak usah diperpanjang."

"Tapi nggak bisa begitu Yah. Siapa yang nuduh Ayah seperti itu?" tanya Delvian.

"Percuma, yang melaporkan Ayah itu adalah orang yang memiliki jabatan tinggi dan lebih berkuasa dari Ayah. Ayah sudah menjelaskan, tetapi Ayah malah dipecat."

Delvian kaget, "D--dipecat? Keterlaluan."

"Sekarang, hanya kamu satu-satunya sumber pemasukan Del. Ibu takut kamu jadi tidak bisa mencukupi kebutuhanmu," Bu Lyra cemas.

Delvian segera duduk di samping Ibunya, dan merangkul wanita yang melahirkannya itu, "Bu ... jangan berpikir begitu. Aku akan bantu sebisa mungkin untuk keluarga ini."

"Ah, bagaimana kalau Ayah nyaleg saja tahun ini?" Ayah melihat istri dan anaknya, meminta pendapat.

"Boleh saja. Tapi Yah, coba jelasin gimana kronologisnya kenapa Ayah bisa dipecat?"

Who's Next [H I A T U S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang