v. (Our District)

928 116 24
                                    

Isak tangis mengiringi langkah seorang siswi yang masih menggunakan atribut sekolah. Tanpa balutan jaket tebal ia melawan hawa dingin di malam hari. Tak peduli dengan hawa dingin itu, Dahyun lebih merasakan nyeri dan sesak di dalam dadanya. Kenapa semua kakaknya semakin membuat ia tersudut; menuduh tanpa bukti dan yang paling membuatnya sakit, tidak ada yang percaya lagi dengannya. Padahal satu kali pun, Dahyun tidak pernah berbohong, bukankah rasa tidak percaya muncul karena adanya kebohongan?

Helaan napas kasar Dahyun lakukan untuk melonggarkan penyempitan di dalam rongga dadanya. Sesakit itu rasanya ketika orang terdekat tidak lagi percaya dengan semua ucapannya. Bertingkah semau mereka dengan mengatasnamakan kepedulian terhadap dirinya, bukan seperti itu cara yang tepat, batin Dahyun kesal.

Dahyun mengehentak-hentakkan kakinya penuh emosi hingga kekehan pelan membuat Dahyun menoleh cepat ke arah belakang. Ia menyipitkan mata berairnya melihat sosok pria bermantel tebal berdiri tegak di balik punggungnya. "Kau mengikutiku," sergah Dahyun dengan nada menuduh.

"Aku ... hanya kebetulan lewat sini," jawab pria itu dengan sepasang manik yang terus berpindah tempat. Dahyun tahu jika pria itu pasti sedang berbohong. "Kenapa kau malam-malam di sini? Bukankah jam segini kau selalu pamit tidur?"

Dahyun terdiam saat pria itu mendekatinya. Ia sibuk mengusap air mata yang terus membasahi pipi. "Sudah kubilang, jangan menangis, itu membuatku sakit juga," pinta pria itu dengan raut kecewa.

"Hyunjin-ah," sebut Dahyun kemudian meraung histeris. "Mereka tidak percaya lagi denganku," ungkap Dahyun membekap wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Tidak ada tanggapan dari Hyunjin, pria itu memilih membuka mantel tebalnya dan menyampirkannya di pundak Dahyun. Jelas itu membuat Dahyun membuka lebar matanya dan menatap Hyunjin dengan tanda tanya besar. "Jangan khawatir, aku akan selalu ada di sampingmu. Benar atau salah aku tidak akan meninggalkanmu," lirih Hyunjin dengan tulus.

Ucapan Hyunjin berhasil membuat air mata Dahyun membeku, telah lama ia tidak mendengar kalimat menenangkan seperti itu. ucapan yang menambah rasa yakin jika orang-orang selalu menyayanginya. Bahkan Dahyun saat ini lebih sering mendengar tuduhan-tuduhan yang belum tentu terbukti, dan itu benar-benar membuatnya kecewa.

"Uljima, sudah kutegaskan, cari aku jika kau sedih seperti ini. Aku rela jika hanya menjadi pelarianmu di saat sedih," papar Hyunjin dengan yakin. Mendengar kalimat seperti itu, Dahyun semakin tenggelam di dalam pikirannya dan kembali menangis sejadi-jadinya. Hyunjin menghela napas, ia berjalan mendekat dan menarik Dahyun ke dalam pelukan.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Dahyun tidak jelas karena bibirnya menempel di bagian dada bidang milik Hyunjin.  "Menenangkanmu," jawab Hyunjin masih memeluk Dahyun dengan mengusap lembut rambut gadis yang berada di dalam rengkuhannya.

Tidak melawan, Dahyun hanya diam menikmati kehangatan di malam yang semakin dingin. "Hyujin-ah," panggil Dahyun mulai berhenti dari tangisnya.

"Boleh aku menginap di rumahmu, hari ini saja."

"Kau pikir rumahku penginapan?" Ketus Hyunjin menahan tawa. Dahyun meronta kesal di dalam pelukan Hyunjin. Namun Hyunjin malah mempererat pelukannya. "Iya-iya, kau boleh menginap di rumahku, lebih dari satu hari juga boleh."

Dahyun tersenyum di dalam kesedihan, dalam hati ia merasa bersyukur, ada Hyujin yang membantunya di saat seperti ini, ia bahkan tidak memikirkan, apakah ucapan Jimin tentang Hyujin itu benar atau salah. "Tapi, itu bukan rumah, sejenis-- tempat berkumpul! Jangan khawatir, mereka sama dengan kita."

"Maksudnya?" tanya Dahyun menarik diri dari dekapan Hyunjin.

"Tidak usah banyak bertanya, langsung saja kita ke sana," ajak Hyujin menggandeng tangan Dahyun menuju tempat yang ia maksud.

Stupid Brothers || ᴷᴰᴴ.ˢᴷᶻ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang