u. (Second District)

132 20 0
                                    

Situasi lain di saat istirahat. Jimin dan teman-temannya tidak keluar kelas dan memilih duduk santai di meja belakang. "Kook, belikan aku minuman bersoda saja ya."

"Aku ingin minuman penambah ion."

"Aku air mineral saja."

Jungkook kembali duduk di atas kursi ketika teman-temannya mengira jika ia akan pergi ke kantin. "Cerdas sedikit bisa?" tanya Jungkook menatap satu persatu ketiga temannya. Tiga pria tersebut bagaikan anak kucing yang lucu, mereka membalas tatapan Jungkook dengan wajah berpikir tidak mengerti. "Tanyakan dulu, aku mau pergi ke mana, baru kalian bisa memutuskan memesan banyak makanan seperti tadi," jelas Jungkook pada akhirnya.

"Lalu kau mau ke mana?" tanya Heosok.

"Ke perpustakaan," jawab Jungkook berdiri dari duduknya. Ia mengambil ponsel miliknya di dalam tas dan memasukkan ke saku seragam

Seketika ledakan tawa mengisi ruang kelas. Jungkook menekuk bibir bawahnya seperti anak kecil yang sedang diledek oleh teman-temannya. "Kau percaya jika Jungkook pergi ke perpus?" tanya Jimin terus menepuk lengan Taehyung sembari tertawa tak henti-henti.

"Sudahlah, aku pergi dulu!" pamit Jungkook tidak mempedulikan cibiran teman-temannya.

Jungkook pergi ke perpustakaan untuk menanyakan tentang buku yang telah ia hilangkan. Belum pernah seumur hidup ia meminjam buku di perpustakaan, tapi sialnya sekali meminjam buku pelajaran, Jungkook langsung menghilangkan buku tersebut, sudah dicari di segala tempat tapi ia tidak menemukannya. Tidak mau pusing terlalu lama, ia pun memutuskan untuk bertanggung jawab.

"Semoga harga buku itu tidak mahal," gumam Jungkook setelah ia memasuki perpustakaan. Dilihatnya penjaga perpustakaan tidak ada di tempat. Rasa kecewa pun menggerayangi isi otaknya, lantas ia memutuskan untuk menunggu kedatangan penjaga perpus di meja baca. Tidak banyak orang di sana, hanya ada beberapa siswa yang terlihat menekuni kegiatan mereka.

"Aku seperti sedang menunggu kedatangan bis, jika hanya duduk tidak membawa apa-apa," pikir Jungkook kembali berdiri mengitari rak-rak buku sekedar menghabiskan waktu menunggu. Gerak jemarinya menyentuh deretan buku yang tersusun rapi layaknya seorang murid yang benar-benar membutuhkan sebuah buku. Pandangannya pun berpindah-pindah mencari keterangan buku yang mungkin menarik hati. Tak disangka arah pandangnya mendarat pada dua siswa-siswi yang ia kenal.

"Dahyun?" sebutnya kini berubah menjadi pengintai, dengan gaya detektif ia mencoba mencari tahu, sedang apa adik temannya di sana. Perlahan Jungkook mendekati Dahyun sembari mencari tahu siapa pria yang terlihat akrab dengannya.

"Hyun-jin?" dekte Jungkook ragu, ia berhenti melangkah bahkan mundur beberapa langkah. Firasat buruk mulai merajai otak manusianya. Kenapa Dahyun dan Hyunjin bisa saling mengenal, pikir Jungkook. Benar, Jungkook tahu siapa Hyunjin, mereka saling mengenal satu sama lain. Namun ada suatu kejadian yang membuat mereka memutuskan untuk berhenti berteman.

"Kenapa bisa? Dan kenapa harus Hyunjin?" pikir Jungkook heran. Rasa curiganya semakin membabi buta. Hingga ia memutuskan untuk menanyakan pada Jimin tentang bagaimana Dahyun bisa mengenal Hyunjin.

Jungkook merogoh saku seragamnya mengambil ponsel dan menelpon Jimin, tak perlu lama menunggu Jimin langsung menjawab panggilan daruratnya.

"Jimin, apa adikmu telah memiliki kekasih?" tanya Jungkook berbisik, mata bulatnya tetap fokus memperhatikan dua manusia yang masih belum mengetahui keberadaannya.

"Tidak ... setahuku dia tidak punya," jawab Jimin dari balik ponsel yang menempel di telinga Jungkook.

"Sekarang aku melihat Dahyun bersama Hyunjin," lapor Jungkook.

"Hyunjin? Siapa dia?" tanya Jimin masih dengan nada normal.

"Aku sempat dekat dengannya dulu, aku kenal betul siapa dia."

"Oh, jika kau kenal dia, aku tidak perlu khawatir."

"Masalahnya, sekarang aku berhenti berteman dengannya, karena dia memutuskan untuk bergabung dengan salah satu geng," ungkap Jungkook masih terus memperhatikan gerak-gerik Dahyun dan Hyunjin dari tempatnya bersembunyi.

"Aku tidak mengerti maksudmu."

"Aku akan jelaskan padamu di kelas, sekarang aku tutup telponnya."

"foto mereka, aku ingin tahu Hyunjin," titah Jimin layaknya seorang pemimpin.

"Oke," jawab Jungkook kemudian mengakhiri panggilan itu. Dengan hati-hati Jungkook mengambil moment kedua siswa yang berdiri di dekat jendela dengan posisi berdiri. Setelah di rasa foto yang diambil nampak jelas, Jungkook pun meninggalkan perpustakaan.

***

Semua kakak Dahyun berkumpul, mereka menunggu kedatangan adik gadisnya di rumah tanpa banyak bicara. Hanya ada suara detak jam di antara mereka, hingga suara pintu terbuka membuat mereka menatap ke arah pintu secara serempak.

"Aku pulang," seru Dahyun berjalan malas memasuki rumah. Tak ada yang menjawab semua masih terdiam, Mingyu dan Chanyeol saling melirik karena hanya mereka yang tidak begitu memahami alur cerita.

"Kenapa pulang telat?" tanya Jiwook, Dahyun melihat jam dinding sekilas, ia hanya telat sepuluh menit dari waktu biasanya. Dahyun menghela napas, sejak mengenal Rena, Dahyun merasa Jiwook selalu berpikiran yang tidak-tidak, dan mempermasalahkan hal kecil atau bahkan mencari masalah baru.

Dahyun tidak menggubris, ia melanjutkan langkahnya menuju kamar. "Dahyun-ah." Suara kali ini berhasil membuat Dahyun terpaku di tempatnya, dengan cepat ia memastikan apa benar Jimin yang memanggilnya dengan nada sedikit meninggi.

Jimin dengan raut kecewa terlihat sedang ingin menanyakan banyak hal pada Dahyun yang kini menatapnya tajam. "Siapa Hyunjin?" tanya Jimin tanpa basa-basi.

Dahyun mengerutkan kedua alisnya. Kenapa Jimin bisa mengenal Hyunji, pikirnya heran.

"Murid di sekolah kita 'kan? Berarti dia teman kita," terang Dahyun apa adanya.

"Kenapa kau bisa mengenalnya." Jiwook mengambil alih.

"Karena dia sekolah di tempat yang sama denganku, lalu apa masalahnya?" tanya Dahyun mulai lelah dengan keadaan seperti ini.

"Kau tahu siapa Hyunjin?" sambung Jimin dengan nada kecewa bercampur khawatir. Tadi di sekolah Jungkook menceritakan semua tentang hal Hyunjin. Mendengar kenyataan itu kini ia tidak memihak Dahyun seperti sediakala.

Dahyun menghela napas berusaha tenang agar tidak mengeluarkan perkataan yang tidak-tidak, "Yak Dahyun-ah, buka mulutmu, jelaskan pada kami seberapa dekat kau dengan Hyunjin," sentak Jimin, Dahyun menyipitkan mata melihat Jimin terlihat emosional.

"Aku baru mengenalnya beberapa hari yang lalu."

"Jangan bohong, kalian nampak dekat lebih dari teman, apa kau tahu siapa dia? Dia penjahat, Dahyun, kau tidak boleh berteman dengannya, dia punya dampak buruk untukmu. Kenapa sekarang kau semakin susah diatur," racau Jimin penuh dengan nada kecewa.

Dahyun menahan sesak dalam dadanya, ia merasa sendiri, benar-benar sendiri. Tidak ada yang memihaknya sekarang, rasanya Dahyun ingin menangis, tapi ia berjanji pada dirinya agar tidak lagi meneteskan air mata.

"Dengar! Kenapa kau semaumu Dahyun-ah, di sini aku yang menyekolahkanmu, tidak bisa kah kau melakukan apa yang dilakukan seorang adik ataupun murid pada umumnya, kenapa kau malah mengecewakan kami." Jiwook ikut berkomentar.

"Haisssh," desis Dahyun berlari menuju pintu rumah utama, ia membanting pintu rumah dari luar, tidak mempedulikan teriakan semua kakaknya yang meminta untuk kembali.

==============

To be continued

ViaPiper || (21/10/20 edited)

Stupid Brothers || ᴷᴰᴴ.ˢᴷᶻ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang