r. (Weird Feeling)

1.1K 112 39
                                    

Hyunjin merasa terbebani dengan tugas yang diberikannya sekarang, ia pun juga tidak mengerti, kenapa ia tak mampu menjalankan misi kali ini. Setiap mengingat wajah ketakutan Dahyun beberapa malam lalu, ia tidak tega menyakitinya lebih dari itu. Dan saat ini Hyunjin belum menemukan jawaban jelas, mengapa ia terlalu mencemaskan nasib targetnya.

"Apa aku sudah gila?" gumam Hyunjin memperhatikan benda kotak milik Dahyun yang tergeletak di atas mejanya. Beberapa murid sedang menghabiskan waktu istirahat di luar kelas, kecuali Hyunjin dan satu sampai tiga murid yang memilih menikmati waktu bersantai di dalam kelas.

Dengan mantap Hyunjin berdiri dan berjalan meninggalkan kelas menuju suatu tempat, ia mulai menaiki tangga gedung sekolah. Tak banyak kakak ataupun adik kelas yang histeris setiap Hyunjin melewatinya, hanya saja dia terlalu pendiam untuk di dekati bahkan sekedar bertegur sapa.

Hyunjin melirik sekilas papan kecil di atas pintu yang kini berada di depannya. Seingatnya gadis itu berada di kelas yang kini ia masuki. Berhasil membuat penduduk kelas mematung, Hyunjin lebih memilih diam tanpa mengatakan keperluannya selama menyelonong masuk ke dalam kelas lain.

"Dahyun?" Panggilnya.

Pemilik nama yang sedang bersenda gurau dengan beberapa teman pria itu menoleh. Hyunjin memberi tatapan seperti perintah untuk pergi meninggalkan tempatnya pada kedua pria yang duduk di samping Dahyun, dengan patuh kedua murid itu segera meninggalkan Dahyun yang kini keheranan.

"Loh, kalian mau kemana?" tanya Dahyun, tapi kedua temannya tersebut keluar kelas dengan langkah terburu-buru. Hyunjin memang termasuk preman di sekolah itu, tidak jarang Hyunjin membolos dan mendapat ancaman di keluarkan dari sekolah. Tak sedikit pula murid sekolah itu tahu, siapa Hyunjin sebenarnya.

"Kau sibuk?"

Dahyun melirik name tag pemuda yang duduk di sampingnya. Spontan saja Dahyun memundurkan kursi yang ia duduki untuk memberi jarak, dengan segera Hyunjin menyeretnya bahkan jarak mereka lebih dekat dari sebelumnya. "Apa kau takut denganku?" tanya Hyunjin.

"Terima kasih, kau sudah memberiku ini." Hyunjin menaruh kotak P3K di atas telapak tangan Dahyun. "Tapi aku belum menggunakannya, aku terlalu takut melihat wajahku sendiri di cermin. Bagaimana jika kau memakaikannya untukku sebagai rasa terima kasihmu?" tanya Hyunjin terus menatap lamat mata Dahyun hingga gadis di depannya itu salah tingkah.

Dahyun memantau situasi di dalam kelasnya, ternyata beberapa pasang mata memperhatikan dengan tatapan banyak arti, dari iri, takut, curiga, dan bertanya-tanya.

"Kenapa lama sekali?" tanya Hyunjin, Dahyun langsung menoleh kembali untuk menatap seseorang yang baru saja bersuara. Ia seakan terkejut, karena jarak wajah Hyunjin begitu dekat tak lebih dari 5 senti darinya. Bahkan hembusan napas teratur yang menenangkan dapat Dahyun dengar dan rasakan dalam satu waktu.

Hyunjin membuka kelopak mata yang sengaja ia pejamkan sejak beberapa detik lalu. "Kenapa kau lambat sekali!" oceh Hyunjin kecewa, pernyataan itu tentu saja membuat Dahyun mengerucutkan bibirnya kesal. Dalam hati, tak henti-hentinya Dahyun mengumpat. Andai ia tak punya hutang budi, pasti Dahyun sudah menendangnya keluar kelas.

Dengan malas Dahyun membersihkan luka yang mulai mengering di wajah Hyunjin. Kini Dahyun dapat mengamati lekuk wajah pria di depannya dengan lekat, tak dapat di pungkiri, tampan sangatlah cocok untuk mendiskripsikan secara singkat raut wajah pria di depannya. "Aku tidak mau bertanggung jawab jika kau jatuh cinta padaku karena kau menatapku tanpa berkedip," ucap Hyujin masih dengan terpejam. Tentu saja Dahyun langsung kalangkabut, bagaimana pria itu bisa tahu jika ia sedang menikmati wajah tampannya. Batin Dahyun menyesal.

Tidak ada obrolan selama Dahyun memberi pengobatan. Urusannya telah selesai setelah ia menempelkan plaster di atas luka Hyunjin. "Buka matamu, segera pergi dari kelasku," usir Dahyun dengan ketus. Alih-alih menuruti permintaan itu Hyunjin malah mengambil ponsel dan menyiapkan tombol angka yang siap untuk disentuh. "Berapa nomor ponselmu?"

Stupid Brothers || ᴷᴰᴴ.ˢᴷᶻ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang