•24•

244 16 0
                                    

Jika melihat kebahagian mereka karenaku itu alasanmu untuk memperhatikanku, aku akan berusaha untuk tidak membuat mereka terlihat sedih yang akan menjadi alasanmu untuk melupakanku.

---

Sudah hampir seminggu Julia masih berada di brankar kamarnya semenjak dirinya telah siuman dari waktu yang cukup lama ia mengalami koma. Namun, semenjak teman-teman yanpg selalu ada di sampingnya dan membuat Julia selalu tertawa itu mampu mengurangi rasa sedih yang dirasakan Melia semenjak dirinya diberitahu oleh dokter atas kesehatan Julia saat ini.

"Tante? Aku sama yang lainnya mau izin keluar buat nyari sarapan." Alrez menghampiri Melia diikuti oleh Fiqi, Aurel dan Aulia yang masih setia bersama.

Melia terdiam ia hanya menatap ke depan dengan pandangan yang kosong.

"Tante?" Panggil Alrez sekali lagi sambil menyentuh pelan tangan Melia.

"Eh iya? Ada apa, Rez?" Melia terkejut dan tersenyum, ia berusaha untuk ia tidak apa-apa dan semuanya berjalan normal.

"Tante kenapa?" Tanya Aurel mendekati Melia.

"Tante gak kenapa-napa kok, eh iya kalian mau kemana?" Tanya Melia berusaha mengalihkan pembicaraan Aurel.

"Kita mau keluar cari sarapan, tante mau titip apa?" Tanya Alrez sekali lagi.

"Ohh yaudah silahkan, tante gak nitip apa-apa kok." Ujar Melia.

"Yaudah tante, kalo gitu kami pergi dulu ya. Assalamualaikum." Alrez memimpin yang lainnya untuk pamit menyalami Melia.

"Wa'alaikumsalam... Hati-hati ya." Ucap Melia.

"Iya tante." Ucap mereka semua.

🍽🍽🍽

Terlihat 4 orang remaja sedang berjalan beriringan. Mereka semua sesekali tertawa, namun ada satu orang lelaki yang terlihat diam tidak seperti biasanya.

"Lo ngapa si, Fiq? Diem-diem bae." Rangkulan Alrez berhasil membuat Fiqi tersadar dari lamunannya.

"Gak, gua kagak kenapa-napa." Ujarnya.

"Serius?" Tanya Alrez.

"Iya serius." Ujarnya sekali lagi.

"Yaudah, btw mau makan apa?" Tanya Aulia, "perut gue udah bunyi dari tadi nih." Lanjutnya.

"Makan mulu pikiran lu, Ul." Ucap Alrez.

"Bodo."

"Udah-udah kenapa jadi pada ribut coba. Disitu tuh ada warung makan, kita makan disitu aja." Ucap Aurel dengan tegas.

Keributan mereka pun terhenti ketika mendengar ucapan dari Aurel barusan.

Tidak ada percakapan lagi di antara mereka, Fiqi berjalan memimpin mereka memasuki warung makan yang tak jauh dari mereka ketika bertengkar tadi.

"Mau makan apa biar gue pesenin." Ucap Fiqi.

"Gue ngikut yang lain aja." Ucap Aurel tanpa sedikit pun untuk menatap Fiqi.

Cinta Bersemi Di Putih Abu - AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang