•25•

311 15 6
                                    

Kalau misal aku bukan yang kamu inginkan, aku mundur perlahan tuk mulai melupakanmu. Terimakasih karena kamu sudah mau mengenalku. Setidaknya ada senyum dan sapa yang hanya bisa aku berikan untukmu.

---

Fiqi dan Alrez berjalan menyusuri koridor rumah sakit menuju kamar inap Julia. Aulia dan Aurel sudah pulang lebih dulu karena Radit yang tak henti menelpon Aurel.

"Fiq, lo bawa Julia gue ambil mobil." Ucap Alrez sambil merogoh saku celananya mencari kunci mobil miliknya.

Fiqi menahan tangan Alrez sebelum ia pergi ke basement Rumah Sakit itu untuk mengambil mobil. "Temuin Ibunya Julia dulu."

Alrez menatap Fiqi lalu tersenyum menuruti perkataan sahabatnya itu.

Mereka berdua pun kembali berjalan dengan terburu-buru menuju kamar inap Julia.

Krekkk!

Pintu kamar itu pun terbuka menunjukkan dua lelaki tampan lalu masuk menghampiri Melia.

"Apa yang bisa Alrez bawa, Tan?" Tanya Alrez bertanya kepada Melia.

Melia menatap Alrez. "Itu aja bawa tas-tasnya Julia."

"Yaudah, Fiq? Lo yang bawa Julia ke lobby ya, gue mau naro barang."

Tetapi ketika Alrez hendak mengambil tas-tas itu, Julia menahan tangan Alrez dan menatap lelaki itu.

"Rez? Aku mau kamu yang bawa aku ke lobby." Ucap Julia.

Mendengar perkataan Julia barusan, mampu membuat ruangan itu hening. Melia sudah pergi lebih dulu karena masih harus mengambil berkas di kantornya.

Fiqi terdiam, raut wajahnya terbilang datar. Ia pun menghampiri Alrez yang berjarak tidak jauh dengannya.

"Sini, gue yang bawa." Ucap Fiqi meminta tas yang ada pada Alrez.

Alrez terdiam dan memberi tas-tas itu kepada Fiqi. Ia bingung dan heran, mengapa semuanya menjadi seperti ini?

"Pake mobil gue aja." Ucap Fiqi kepada Alrez. "Gue tunggu di lobby." Lanjutnya.

Fiqi tersenyum kepada Alrez lalu pergi mendahului mereka. Saat ini tinggal Julia dan juga Alrez.

"Rez? Kenapa?" Tanya Julia yang menyadari Alrez terdiam memandang dirinya.

Alrez pun tersadar lalu tersenyum kepada Julia, lalu perlahan ia mendorong kursi roda Julia.

Sepanjang jalan menuju lobby, Julia dan Alrez selalu di baluti dengan canda dan tawa. Entah apa yang mereka berdua bicarakan. Tetapi di ujung sana ada seorang lelaki yang menatap mereka berdua, tersenyum.

"Oh iya, nanti mampir ke Warung Padang ya, Rez? Aku laper." Ucap Julia sambil memegang perutnya tanda ia kelaparan.

Alrez terkejut dengan perkataan Julia, ia menolak. Bukan karena apa, Julia baru saja keluar dari rumah sakit dan belum sembuh total. Dan harus pantang dari beberapa makanan, yang pedas, yang asam, dan tidak terlalu banyak makan makanan yang mengandung micin.

Cinta Bersemi Di Putih Abu - AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang