5 - Pemaksaan [Revisi]

10.2K 327 1
                                    

Di kantin yang ramai. Namun, Daniel and the gangs bersembunyi di balik tembok kantin, tepatnya di belakang kantin. Menurut mereka, itu adalah Surga-nya sekolah setelah rooftop.

Suasana hening sekalih. Galih berusaha memecahkannya, dengan berbagai cara. Namun, tak berhasil "Kapan lo ngungkapin perasaan, Dan?"

"Gue gasuka perkataan lo" Ucap Daniel dengan pandangan yang masih sama, lurus-lurus ke depan

"Maksud lo apa?" Tanya Galih mengangkat kedua bahunya kuat-kuat

"Ini cuma konsekuensi dari taruhan. Bukan murni dari perasaan" Ucap Daniel. Nada suaranya kian memelan

Galih diam menyimak, dan meralat pertanyaannya, jam 10 pas istirahat kata Daniel dengan datarnya, yang membuat Galih berkeinginan untuk menampolnya dengan parutan kelapa

"Ardannya gimana?" Tanya Rey dengan wajah yang kepanasan. Padahal ini suasana menyejukan, mendung.

"Dia kesini" kata Daniel

"Lo tau orangnya?" Tanya Rey

Daniel langsung menaikan sebelah alisnya. Heran rasanya, siapa yang dimaksud Rey? Ardan kah? Ya jelas dia tahu lah. Lalu siapa, kini pikiran Daniel sangat tidak konsentrasi "Siapa?"

"Korban taruhan" Timpal Galih cepat dengan suara lantang dan datar, meremehkan

Daniel spontan mendelik ke arahnya, tanpa menjawab, dan langsung beralih pandangan ke pagar kumuh di depannya sambil mencari posisi yang cukup santai untuk dirinya

"Dan?!!" Seru Rey menatap lekat manik Daniel yang indah wujudnya

"Apalagi sih Rey?" Daniel berdecak malas

"Lo kan belum jawab pertanyaan gue" Rey mendengus sebal. Kenapa temannya ini jadi tambah sensi semenjak kejadian tadi

"Ga tau"

Ponsel di saku celana milik Daniel bergetar kencang. Menampilkan sebuah notifikasi pesan singkat dari seseorang muncul di layar hape-nya.

Rupanya, Daniel membacanya setelah merogoh saku celananya. Daniel Langsung beranjak pergi setelah menaruh ponselnya lagi. Ia pergi dengan hadangan segudang pertanyaan dari Rey yang unfaedah

"Dan lo mau kemana? Gimana Ardan? Gimana juga sama ceweknya?"

Merasa dihujani berbagai pertanyaan oleh Rey, Daniel hanya berdecak pelan, kemudian berlalu tanpa sepatah katapun. Tanpa memandang

"Sial" umpat Galih

Sekarang hanya hening, Galih dan Rey memilih duduk menyerah, tidak usah mengejar Daniel. Keheningan terpecah ketika mendengar sebuah pengeras suara di sebelah ruang Tata Usaha

"Ada apaan tuh" ucap Galih dengan keringetan yang melanda sekujur tubuhnya. Sebegitu panasnya kah hari itu?

"Bukannya guru-guru pada pergi ke hajatan ibu Kiki ya?" Celetuk Rey

"Bukan itu bego! Maksud gue, ada pengumuman apa?" Jelas Galih

Rey berdecak kagum setelah mendengar sorakan yang begitu ramai "Ke sana yuk"

"Males gue"

"Saudara Angela Ralline saya tunggu kehadirannya di sumber suara, Terimakasih."

"LAH! Itukan suara Ardan?" Ucap Galih
Kemudian langsung berlari menuju sumber suara diikuti oleh langkah kaki Reyhan.

----------

Kelas XI MIPA 4 sedang asyik nobar film horror di laptop milik Tasya, orang kaya di kelas soalnya dia punya tipe-X, maklumlah barang mahal tapi cepet ilang. Tak terkecuali Ara yang ikutan nonton pun tersentak kaget, lantaran dirinya merasa terpanggil oleh pengeras suara. Tetapi, dia mencoba meyakinkan bahwa itu hanya perasaan semata, dan halusinasi di siang bolong.

DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang