"Kenapa lagi dia" gumam Ara setelah menghembuskan napas kasar. Merasa lelah akan sikap Daniel yang sangat labil.
Tubuh Ara diam tak berkutik dihadapan ruangan sempit yang sedang ia tempati sekarang ini, Bimbingan Konseling. Sudah berkali-kali ia berdecak dan menghela napas dengan cara yang kasar dihadapan Bu Ila, guru BK yang sedang menceramahinya berkat Bu Dewi. Seumur-umur ia bersekolah, tak pernah rasanya menapakan kakinya di ruangan ini, kecuali untuk menyerahkan tugas khusus dari guru yang mengajar pelajaran BK.
Tangan Ara menopang dagu. Matanya yang sayu karena kurang tidur pun ia paksa melek. Ruangannya yang bikin ati kesemsem karena adem dan kata mutiara yang Bu Ila keluarkan pun membuat Ara seperti berada di taman yang sunyi dan tenteram. Rasanya, ia ingin tidur saja.
Rasa kantuk yang berton-ton pun lenyap begitu saja. Rasa ingin tidur pun seperti hangus terbakar api yang menyala, setelah Bu Ila menggebrak meja tepat di depan mata kepala Ara. Tidak usah penasaran. Penyebabnya sudah pasti Ara ketahuan tidur disaat Bu Ila belum selesai berkhutbah di hadapan muridnya.
Ara berdecak pelan. Kelakuan Bu Ila hampir membuat jantungnya lompat begitu saja
"Kamu bisa pilih. Bersihin toilet atau pulang lagi dan saya skors tiga hari"
Deg. Jantung Ara hampir berhenti berdetak. Hampir dibuat lompat lagi untuk kesekian kalinya oleh orang yang sama
"Ya mendingan saya tidur lah, Bu" celetuk Ara yang masih setengah sadar. Ucapannya kini sudah membuat Bu Ila naik pitam
Sontak. Ara menutup rapat mulutnya dan mulai meringis tanpa dosa. Watados memang.
*
Daniel kini sudah terlentang diatas bangku panjang yang ia sejajarkan sedemikian rupa. Sesekali ia meregangkan ototnya sembari menguap dan memejamkan mata. Ia begitu bahagia saat ini.Ia menidurkan otaknya sebentar sebelum berdecak kesal karena sinar matahari yang begitu sangat menyengat. Ia bangun dari posisi tidurnya, duduk sebentar berniat untuk memulihkan nyawanya yang masih kurang. Setelah lelah duduk, Daniel mulai berdiri dan mulai mengangkat kedua lengannya berniat untuk meregangkan ototnya kembali. Setelah itu ia bergegas untuk tidur lagi. Kelakuan.
Setelah beberapa menit ia menengok jam yang melingkar di tangan kirinya. Tak disangka, ia sudah tidur hampir dua jam lebih. Dan artinya, ia sudah terbebas dari pelajaran yang butuh tenaga ekstra, matematika.
Ia bergegas menuruni tangga untuk menuju ke toilet laki-laki. Ia bermaksud untuk menyegarkan wajah dan pikirannya karena sudah lelah kepanasan. Untungnya, panas tidak terlalu membara karena Daniel berhasil bolos pelajaran matematika yang selalu membuat dirinya naik pitam, akibat tidak bisa menemukan keberadaan X yang baru saja diculik oleh Y.
"Bolos mulu, cita-citanya apaan si" Celetuk seorang lelaki yang baru saja menepuk bahunya setelah ia berhasil menuruni tangga dengan sehat jiwa raga.
Daniel lekas menoleh ke arahnya. Dijumpainya wajah asem Rey yang sedang menyeret lengan Galih dengan paksa.
"Hai bro" Suara manjah milik Rey keluar lagi. Kali ini Rey berucap sembari tangannya yang ia gerakkan dengan penuh penghayatan. Galih yang menyaksikan hanya bergidik ngeri. Sedangkan Daniel, ia tetap bungkam. Tak ingin menjawab segala celoteh yang Rey keluarkan.
"Diem aja si. Mau kemana" celetuk Rey yang saat ini sudah berjalan di sebelah Daniel. Sedangkan tangan kanannya, masih menarik tubuh Galih yang saat ini merasa risih dengan kelakuan Rey.
"Lepasin gue" Galih menepis dengan kasar. Rey menekuk wajahnya yang sedang merona karena sudah berpapasan dengan Reyna
"Ngapain kalian ikutin gue" ucap Daniel tanpa memandang. Langkah kakinya pun masih tetap berjalan ke depan menuju tempat tujuan
Rey menarik napas panjang. Kedua matanya membentuk sabit yang indah karena senyumnya baru saja ia lemparkan setelah mendengar perkataan Daniel "Kangen" celetuk Rey
Galih yang berjalan di samping Rey lekas mendelik dengan gerakan cepat. Mulutnya ia tutup rapat-rapat. Tak disangka, si Rey makin kesini makin menjadi. Rasanya Galih ingin muntah mendengar celetukan Rey yang sembarangan.
Daniel tidak perduli. Ia malah mempercepat langkahnya untuk ke toilet. Bukan karena sudah terlalu kebelet dan sudah ada di ujung. Tapi saat ini Daniel sedang malas menanggapi segala bacotan kedua sahabat errornya. Terutama Rey, rasanya Daniel ingin mengikat mulut Rey dengan ikat rambut anak perempuan atau sekedar karet jepang agar tidak nyerocos mulu bawaannya. Sukar.
"Yahh dia kabur" Rey berujar setelah menghembuskan napas beratnya sembari menatap lekat manik milik Galih. Galih merinding seketika karenanya.
Tak ingin tinggal diam, Galih menoyor kepala Rey sekuat tenaga yang ada.
"Aduh" Rey mengaduh kesakitan
"Bacot mulu. Kalo lagi jalan tuh diem" Ketus Galih dengan tatapan tajamnya ke arah Rey. Rey bergidik ngeri melihatnya. Takut mata Galih menggelinding karena pelototannya yang begitu tajam dan menyeramkan
"ADUH" Rey mengaduh lagi setelah tersandung meja yang malang di tengah koridor. Entah itu perbuatan 'niat' siapa. Ia merintih kesakitan sembari memegangi kakinya yang terlapisi sepatu vans berwarna abu-abu.
Tak ingin ketinggalan moment. Galih langsung mendorong tubuh Rey secara liar, hingga Rey terjungkal di saluran air yang kebetulan sedang kekeringan dan sepi siswa. Untung saja. "Rasain lo" ketus Galih disertai kekehan pelan
"Sialan lo"
#
Gimana nih ceritanya? Jangan lupa vote & comment ya, karena 1 comment dari kalian sangat berharga.
Follow ig penulis @nadianryntThankyou!
KAMU SEDANG MEMBACA
Daniel
Teen Fiction[FOLLOW ME SEBELUM MEMBACA] #1 teenromance (16/01/2019) #3 fiksiremaja (06/01/2019) #1 ceritasma (14/01/2019) #3 wattpadindonesia (18/01/2019) #2 taruhan (10/06/2019) # Cerita lengkap, NEW VERSI Part 8 dan Extra Part saya PRIVAT "Kemaren lo ngotorin...