Alarm dari ponsel Galih berdering kencang. Selalu saja mengganggu ketenangan orang saat tidur. Hari ini ia harus pergi ke sekolah, namun ia sangat malas dan berniat untuk tidak berangkat sekolah saja. Galih meraih ponselnya yang menampilkan pop up pesan dari nomor tak dikenal. Lantas ia mengeryitkan dahinya setelah mengucek matanya tak santai
Gal gue ikut lo buat jenguk Ara,
- SalsaIa menepuk jidatnya yang tak bersalah dengan kasar. Ia bingung sekarang. Padahal ia sudah janji dengan Imel akan pergi ke rumah sakit bersama. Belum lagi dengan Rey, si kampret itu pasti memaksa ingin ikut kemanapun Galih pergi. Ia mendesah pelan, terduduk lesuh diatas kasur yang dilapisi sprei bermotif klub sepakbola terkenal di Eropa, Juventus
Brak. "APA-APAAN KAMU GALIH" Seru wanita yang masih memegang handle pintu kamar anaknya. Kontan, Galih gelagapan ia nyaris terpeleset karena sudah lompat ke sembarang arah dari atas kasurnya "BUKANNYA MANDI MALAH DUDUK NGELAMUN DIATAS KASUR"
"Eh---h iy---"
"CEPAT KE KAMAR MANDI, GALIAT APA INI JAM SETENGAH TUJUH? KAMU GA NGERTI JAM ATAU BAGAIMANA?" Sentak Lisa, Ibu Galih yang sudah mendekat ke arah Galih seraya berkacak pinggang
Sial. Sepagi ini Galih mendapat semprotan, walau setiap pagi selalu ada kegiatan marah-marah. Namun, Galih tak pernah merasa sekacau ini. Galih langsung melengang dari pandangan Ibunya yang masih berkacak pinggang dan siap meledakan amarahnya lagi jika Galih tak gerak cepat.
-
Motor Daniel memasuki kawasan SMA Pelita. Semua mata mendelik sinis ke arahnya. Tak disangka, kejadian semalam sudah tersebar luas di area sekolah ini. Bahkan, di kolom komentar instagram Daniel sudah dipenuhi ucapan-ucapan pedas dari warga sekolah ini sejak subuh tadi. Daniel menggeleng samar, ia berusaha tak memperdulikan semua apa yang dipikirkan oleh teman-temannya di sekolah. Daniel memandang lurus ke depan, pikirannya kosong hingga tak sadar di depan sana ada seorang perempuan yang sedang tersenyum genit ke arahnya. Menyangka jika Daniel memandangnya dari jauh. Daniel berdecih kasar memalingkan muka ke arah lain. Tak disangka matanya bertemu dengan manik karamel milik Galih. Ia berusaha tersenyum namun kaku "Ga----l"Sial. Galih melengos begitu saja. Jika bukan teman, ingin rasanya Daniel menghajarnya. Oh tidak, jika bukan salah Daniel karena kejadian semalam, Daniel pasti sudah memukulinya sejak tadi. Daniel berdecak kasar setelah menendang kaleng bekas minuman yang sudah kosong di depan kakinya sepagi ini
Ia terus melangkah tanpa arah. Ia juga melewati kelasnya yang berada di sebelah kanan tangga rooftop. Ia sama sekali tak berniat untuk memasuki kelas, apalagi belajar sebegitu beratnya. Sungkan. Ia mengikuti arah langkah kakinya, pikirannya kosong. Hingga terduduklah ia diatas kursi panjang yang berada di rooftop.
Pikiran Daniel sangat keruh saat ini, ia merasa jika semua ini adalah salahnya. Jika saja ia tak berjanji mengapeli Ara dan merubah niatnya menjadi pembongkaran rahasianya selama ini, Ara tak akan celaka. Jika saja Diandra tak mengajak pesta bbq dirumahnya, Daniel tak akan kesal dan berujung pada celakanya Ara. Atau bahkan jika saja Daniel tak menerima tantangan dari Ardan, dan jika saja Daniel tak menuruti permintaan konyol Ardan. Atau jika saja Daniel tidak menuruti kemauan Diandra agar segera memberi tahu apa yang sebenarnya pada Ara, Ara tak akan celaka. Atau, jika Ara tak mau menerima Daniel jadi pacarnya, Ara tak mungkin merasakan sakitnya kecewa, sakitnya patah hati dan sakitnya sekujur tubuhnya karena Daniel.Bughh. Daniel meninju kursi yang ia duduki. Ia meringis kesakitan namun tak sesakit apa yang sedang dialami Ara. Ia sangat menyesal, MENYESAL.
Ia membaringkan tubuhnya diatas kursi. Tangannya ia taruh dibelakang kepala bermaksud menjadikannya sebagai bantal. Matanya tertutup rapat, cahaya matahari membuat matanya malu untuk terbuka.
"Dor" Jahil Rey yang sedang berdiri disamping Daniel yang terbaring diatas kursi panjang sembari menampilkan deretan gigi putihnya yang rapih. Lantas Daniel membuka paksa matanya, melihat apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Daniel berdecak kasar setelah mengetahui ada Rey yang sudah mengganggu aktivitas rutinnya "Ada perlu apa lo"
"Aduh kok bahasanya jadi perlu-perluan sih, kayak orang kantoran aja" Ucap Rey setelah menggeser paksa kaki Daniel yang sangat serakah.
Daniel diam tak menjawab. Pandangannya jadi lurus ke depan. Lantas Rey mengeryitkan dahinya, "Kenapa tadi malem lo pulang duluan. Harusnya kan lo yang nung------"
"Gue sama cewek, gamungkin gue ngebiarin dia nginep di rumah sakit, Rey"
"Tapi kan---, lo bisa nganterin dia dulu terus balik lagi" Ucap Rey
Daniel mendesah pelan. Apa yang Rey katakan tidak sepenuhnya salah. Daniel memang egois. Ia tak pantas mendapatkan wanita semacam Ara
-
Galih menghampiri kelas sebelas Mipa 4 yang lumayan jauh dengan kelasnya. Bertujuan untuk mengajak Imel dan Salsa untuk menjenguk Ara. Benar saja, Rey terus-terusan mengekor di belakang Galih. Bedanya, kini Rey mau membawakan tas ransel milik Galih yang beratnya bagaikan membawa kapas satu plastik keresek, ringan pake banget.Mereka berlima, satunya Reyna, sampai pukul lima sore di rumah sakit. Tubuh Galih seketika menegang. Ia sampai di depan ruang ICU yang terlihat sepi. Hanya ada satu perempuan sebaya yang sedang merapikan barang-barang yang masih tertinggal. Nampaknya, Galih mengenalinya
"Bi, Ara kemana" Ucap Galih setengah berlari menghampiri wanita tersebut. Suasana jadi menegang, terbukti saat ini Rey sedang kebelet kencing dan meminta Salsa untuk menemaninya. Salsa menolak habis-habisan, meskipun takut, laki-laki harusnya berani. Muka mau ditaruh dimana, apalagi ada Reyna disini selaku gebetan Rey.
Bi Lela menghentikan kegiatan kemas-kemas barang ke dalam ransel besar berwarna hitam. Badannya yang berjongkok sekarang sudah berdiri tegap dan memandang ke arah Galih seraya menyipitkan sebelah matanya
"Ini Galih, Bi. Yang biasa dateng ke rumah" Ucap Galih seakan menjawab semua pertanyaan dari Bi Lela yang tak mampu Lela ucapkan.
Lela membulatkan mulutnya tanda paham. Kemudian tatapannya berubah menjadi sendu ke arah mereka, khususnya Galih
"Tadi subuh, Ara sudah pergi keluar negeri, semua dokter spesialis disini tidak mampu menanganinya. Jadi, Nyonya membawanya untuk berobat ke Singapura" Ucap LelaBertepatan dengan perkataan Lela, Daniel datang membawa sebuket mawar merah yang tiba-tiba mendarat ke lantai. Semua mata teralihkan menuju ke arahnya
"Ini semua gara-gara elo, Daniel"
#
Yah Alhamdulillah akhirnya selesai jugaaaa cerita ini. InshaAllah, selanjutnya adalah EXTRA PART, tapi nanti Extra part saya privat ya guys. Jadi, jumlah part yang saya privat cuma 2 kok, part 8 sama Extra part ini.
1. Boleh dong tulis di kolom komentar, selama ini cerita Daniel ini gimana menurut kalian?
2. Bagian mana yang paling disukai kalian?
3. Team mana? Daniel-Ara / Galih-Ara / Daniel-Diandra
Sudah.
Makasih ya untuk pembaca setiaku, loveyou so much! Jangan lupa follow ig @nadianrynt
KAMU SEDANG MEMBACA
Daniel
Teen Fiction[FOLLOW ME SEBELUM MEMBACA] #1 teenromance (16/01/2019) #3 fiksiremaja (06/01/2019) #1 ceritasma (14/01/2019) #3 wattpadindonesia (18/01/2019) #2 taruhan (10/06/2019) # Cerita lengkap, NEW VERSI Part 8 dan Extra Part saya PRIVAT "Kemaren lo ngotorin...