25 - Bagaimana

4.4K 143 2
                                    

"Obatin dong luka gue. Sakit tau" Ucap Rey penuh rintihan setelah berhasil menjatuhkan bokongnya di atas brankar UKS. Kelakuan Rey memang lebay. Aslinya ia tidak terluka apalagi cedera karena kejadian tadi. Galih merasa malas menemani. Ia aslinya tidak ingin berada disini, tidak ingin menuruti kemauan Rey. Sayang, Rey terus-terusan mengancam Galih akan melaporkan perbuatannya ke bokapnya jika Galih tidak mau menemaninya ke UKS. Galih yang mendapat ancaman lantas segan. Karena Ayah Rey merupakan anggota TNI yang sudah pastinya galak dan menyeramkan. Beda jauh sekali dengan sifat Rey yang menyebalkan.

"Luka pala lo. Lutut segitu bersihnya minta diobatin. Sini gue sayat-sayat dulu pakek pisau, kalo lo mau diobatin" ucap Galih seraya menepuk-nepuk lutut Rey yang sedari tadi Rey elus-elus dan merasakan nyeri berlebihan. Padahal tidak sama sekali

"Tega banget si, lo"

Galih mendengus kesal. Rasanya ingin merobek mulut Rey yang kebanyakan ini itu. Sontak, ia membanting kotak P3K yang sedari tadi berada disampingnya untuk ikut duduk. Alhasil, semua benda yang bersemayam di dalam kotak tersebut jatuh berkeliaran sampai ada yang tumpah. Galih berani melakukan itu karena tak ada satupun PMR yang bertugas disini. Bagaimana dengan pasien bawel macam Rey ini?

Kontan. Rey langsung meringis ketakutan seraya mengelus kembali lutut yang selalu ia manjah dari tadi. Galih muak melihatnya.

"Gue keluar" Galih berujar setelah berdecak kesal. Tak perduli Rey berteriak sekencang apapun, Galih tak ingin mendengarkannya. Dan jika ia diadukan ke bokapnya Rey, Galih tak usah pusing. Manusia diciptakan mempunyai otak untuk berpikir, gunain lah. Lagian, Rey yang sekarat saja, minta yang aneh-aneh.

"Jangan tinggalin akuhh" lirih Rey dari atas brankar sembari mengangkat tangan kanannya. Khas orang yang ingin ditunggu sekali.

*
Galih menyusuri koridor untuk mendatangi kelas XI MIPA 4. Ia sudah berjanji pada Ara bahwa hari ini ia akan pulang bersamanya. Kelas mereka memang berjauhan, akibat jarak yang dilahirkan oleh 'jurusan'.

"Sal. Ara ada di kelas kan" Galih berujar sopan menanyakan keberadaan Ara pada sahabat Ara yang setahu Galih, ia bernama Salsa. Salsa yang sedang membereskan tali pada tasnya yang mulai kendor pun segera menengok ke sumber suara. Dijumpainya seorang lelaki yang lumayan menjadi selera Agatha Salsabilla seorang.

"Dia gamasuk" Ucap Salsa tanpa ekspresi alias datar. Memang Salsa sebelas duabelas dengan Ara yang judesnya kebangetan, terutama kepada orang yang belum ia kenal sepenuhnya.

Galih mengerutkan keningnya hingga kedua alisnya saling bertautan. Rasa heran pun muncul di benaknya. Ingin rasanya Galih bertanya lagi, namun ia urungkan, mengingat respon yang Salsa berikan kurang dari kata cukup.

Galih menghela napas beratnya.
"Oke. Makasih" ucap Galih yang mendapat anggukan samar dari Salsa. Galih segera pamit setelah tidak mendapat jawaban yang ia inginkan. Nampak sekali raut wajah kecewa muncul pada dirinya.

Tak ingin berlama-lama, Galih langsung berbalik arah untuk menuju parkiran yang masih dipenuhi lautan motor beserta penumpangnya yang masih nangkring diatas jok motor akibat gerbang sekolah tak kunjung dibuka. Semua mulut berdecak kesal dan mengeluarkan semua kata-kata kasar.

Galih menyipitkan kedua matanya khas orang yang sedang menyelidiki sesuatu. Nampak aneh di atas motornya. Motor ninja berwarna biru itu dinaiki oleh seorang perempuan berambut ombre masa kini. Galih lekas menghampiri dengan cepat.

"Ara" ucap Galih dengan ragu setelah perempuan itu menoleh ke arahnya disertai senyum simpul yang begitu indah.

"Hei" sapa Ara dengan nada manja seperti sedang berbicara dengan anak kecil

Percakapan berlangsung lama dan sangat panjang kali lebar. Galih pun menanggapi secara detail dan rinci terhadap apa yang semua Ara katakan, begitupun sebaliknya. Sesekali onrolan mereka diiringi tawa renyah dari keduanya. Sangat menggemaskan bagi sebagian mata yanb melihat ke arah mereka. Tak sedikit pula yang mencibir adegan alay mereka. Mungkin mereka hanya iri saja. Makanya mereka hanya bisa mencibir Ara dan Galih yang malahan tidak tahu apa-apa kesalahan mereka dimata oranglain. Bukan bermaksud tidak sadar diri akan dosa. Namun, kalian pasti tahu sendiri lah kelakuan orang jaman now itu kayak gimana.

"Lo masih sama Daniel?" Tanya Galih setelah berusaha menetralkan rasa tawanya. Kini, pertanyaannya lebih serius. Terhilat jelas di wajahnya yang menampilkan ekspresi tersebut sedemikian rupa

Terpatri kerutan di kening Ara. Nampak heran kepada lawan bicaranya yang sudah menyelewengkan topik yang sedang mereka bahas terlampau jauh dari yang sebelumnya
"Iya. Kenapa emang?" Ara menjawab kata 'iya' begitu ragu, karena sikap labil milik Daniel lah yang selalu membuat Ara tidak yakin tentang cinta Daniel yang diberikan untuknya

Galih menghembuskan napasnya perlahan. Kemudian menatap jalanan yang sedetik kemudian ia alihkan untuk menatap lekat manik milik Ara yang penuh rasa kekesalan di dalamnya
"Sebenernya gue ragu----"

Ara terkekeh pelan sebelum Galih melanjutkan perkataan yang baru saja ia potong tanpa izin. Sedetik kemudian Ara berdecak kasar sembari menatap lekat manik Galih dengan tajam. Seakan tatapannya mampu menghunus retina milik Galih "Lo adalah orang yang kesekian kalinya yang bilang RAGU sama Daniel" ujar Ara penuh penekanan disertai tatapan penuh kebencian

"Plis. Yang ngejalanin hubungan cuma gue sama Daniel. Orang lain ga berhak ngurusin, termasuk LO" Ara menunjuk ke arah Galih tepat di depan dada bidang Galih. Ara sudah kepalang kesal padanya, pada semua orang yang bilang bahwa mereka ragu.

Galih mulai gelagapan sendiri jadinya. Ia mencoba menjelaskan maksudnya kepada Ara tetapi Ara tidak mau mendengar hingga keheningan pun datang menghampiri mereka berdua

"Kalo gue cinta sama lo, gimana?"

#

Gimana nih ceritanya? Jangan lupa vote & comment ya, karena 1 comment dari kalian sangat berharga.
Follow ig penulis @nadianrynt

Thankyou!

YEAH GANTUNG. ASYIK WKWK

DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang