18 - Penyelidikan [Revisi]

5.6K 160 2
                                    

Sahabat adalah mereka yang bersama kita dalam keadaan suka dan duka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sahabat adalah mereka yang bersama kita dalam keadaan suka dan duka.
-Ara (kanan) dan Imel (kiri)

****

Surga kelas, bagi kelas IX MIPA 4 yang sedang dilanda kenikmatan yang tiada tara. Apa lagi jika bukan Free class di jam terakhir.
Melihat-lihat seantero kelas semua penghuni menampakan wajah sumringahnya, kecuali di pojok sana.

"Pulang sekolah ke bioskop, yuk. Jarang-jarang lho kita kayak gitu" Ajak Salsa

"Duh Sal. Kalo sekarang, gue ga bisa" tolak Imel

"Alasan terus lo, mah. Capek gue dengernya" kesal Salsa

"Ini beneran kok. Gue mau anterin barang ke pelanggannya Ibu gue" Jawab Imel

"Lo gimana Ra, Re?" Tanya Salsa

"Gue si Oke aja. Kalo lo mau bayarin ongkosnya. Habisnya gue lagi bokek" jawab Reyna

Salsa terus-terusan mengeluh perihal sahabatnya yang susah diajak quality time. Ada saja alasan untuk menolak. Terutama Imel, dia selalu menolak keras dan alasannya cuma itu-itu aja, bosen. Pikir Salsa, seneng-seneng pas SMA itu indah. Habis itu kita kan pada kerja semua, lupa. Tapi sayangnya yang mendukung pemikiran Salsa cuma Ara, satu.
Ara jadi tidak terlalu berharap perihal gengnya jalan bareng. Soalnya pasti ga jadi, pikir Ara. Mereka berdua mendengus kesal, selalu saja seperti ini

-
"SMA ngajak lagi" papar Galih tanpa memandang. Ia sibuk menerawang jauh ke arah es teh yang baru ia pesa
"Kita harus ngadain rapat lagi" lanjutnya

"Gue udah capek sama masalah kayak ginian" tutur Daniel

Kedua pasang mata langsung mengarah pada wajah Daniel. Tak habis pikir, Daniel bicara begitu. Padahal dialah yang memulai segalanya. Maksudnya, Daniel yang mengajak paksa Rey dan Galih agar ikut gabung, tapi nyatanya?

Galih memutar bola matanya malas. Menjauh dari arah pandang yang menampakkan Daniel Alexander Chelsea "Jangan ngaco lo" ketus Galih

"Gue berniat ngundurin diri"

Sontak, Galih langsung menoleh pada Daniel. Apa maksud Daniel sebenarnya, dan apa yang menyebabkan Daniel berubah drastis dari sebelumnya

Galih terkekeh hambar. Sedangkan Rey hanya diam membeku. Jelas saja, Rey memang tidak mengerti apapun tentang tawuran. Selama ini Rey hanya menurut apa kata Daniel tanpa memperdalam ilmu tawuran terlebih dahulu. Maka dari itu, jika tawuran berlangsung, tugas Rey hanyalah menjadi pelayan untuk anak-anak yang sedang berjuang, sungguh terlalu.

Daniel langsung bangun dari duduknya. Respon Galih sungguh menyebalkan bagi Daniel. Sebelum memutuskan pergi dari kantin Daniel berkata pada mereka berdua
"Masalah rapat. Sori, gue ga bisa hadir"

"Ada janji lagi ya, hayoo" Rey angkat bicara tanpa interupsi dengan nada seperti mengejek anak kecil disertai jari telunjuknya agar tidak hambar.

"Kenyang sama janji manis akutu"

---

Waktu berlalu begitu cepat. Datang saatnya para siswa bubar untuk pulang.
Salsa dan Reyna sudah berjalan jauh menunggu di tempat yang sudah mereka tempati untuk menunggu jemputan, menuju rumahnya masing-masing. Mereka berdua yang selaku anak disayang. Tiap hari sekolah antar-jemput oleh kedua orangtuanya

"Lau udah ga main lagi?" Tanya Imel memecah keheningan dalam perjalanan

Ara mengangguk lesuh dengan kepala menunduk. Imel tahu apa yang sedang dirasakan Ara.

Imel menepuk bahu Ara "Ini yang terbaik" ucap Imel berusaha menguatkan

"Nyokap gue, kapan ga sibuknya. Kapan punya waktu luangnya. Gue dirumah sendiri, untung aja ada Bibi yang selalu ngertiin gue. Gue kangen keluarga gue, Me" lirih Ara sambil berjalan menuju gerbang

Imel berhenti sejenak. Kemudian mengelus pundak Ara. Merasa kasihan sekaligus beruntung. Setidaknya, Imel lebih beruntung dari Ara karena keluarganya masih utuh. Jauh berbeda dengan Ara yang sudah terpecah belah.

"Mel, kenapa sepedanya ga lo naikin aja?" Tanya Ara kemudian

Imel memang kadang membawa sepeda, kalo Imel merasa uang jajannya kurang, atau mau mengantar pesanan pelanggan

Belum Imel menjawab, Ara sudah pergi menuju angkot yang akan ia tumpangi
"Mel, udah ada angkot. Gue duluan ya? lo hati-hati" pamit Ara

Imel mengangguk mantap disertai senyuman setelah menunjukan jempolnya.
Ara meninggalkan senyumnya, Imelpun ikut senang melihat Ara tersenyum kembali.

Imel pun tetap melanjutkan perjalanannya, menuju pelanggan. Sampai kakinya terasa lelah mengayuh, Imel berhenti sejenak di depan toko es krim.

Tak disangka
"Siapa dia" Imel bergumam sendiri

"Bukannya dia Daniel" Imel masih menyelidiki gerak gerik mereka yang sedang berada di toko es krim.

Merasa tertantang, Imel langsung menyelidiki apa yang sedang mereka lakukan.  Imel langsung bersembunyi di balik pagar beton di samping toko es krim, pagarnya cukup rusak, hingga terlihat beberapa lubang kecil yang mampu memanjakan mata kalo sedang menyelidiki sesuatu.
"Ada apa ini sebenarnya, dan siapa seorang yang--?" Gumam Imel penuh selidik

"Neng" Reflek Imel langsung berteriak karena baru saja ada menepuk pundaknya. Tak hentinya Imel beristighfar dan meminta perlindungan pada Yang Maha Kuasa

Imel mencoba memberanikan diri untuk menoleh ke sumber suara
Sial. Ibu-ibu itu mengageti saja. Sudah tau ini misi rahasia pake tepuk-tepuk segala.
Sudah tahu Imel suka latah, masih saja dikageti. Menyebalkan.

Sial. Objek yang sedang diamati mendengar teriakan Imel. Merasa aneh, mereka berdua langsung beranjak keluar toko es krim dan Daniel lekas menghidupkan motos ninja hitamnya itu.
"Sial. Kabur dia" gumam Imel

"Neng, kalo ngomong jangan sendirian. Nanti disangka orang gila" ucap Ibu-ibu itu

"Yee, Ibu kali yang jangan ngagetin orang sembarangan. Sok kenal banget sih. Menyebalkan" umpat Imel dalam hati

Sial. Yang keluar dari mulut Imel hanya kata 'iya' dan kekehan kikuk menyebalkan

"Lagi ngeliat apaan sih" tanya ibu itu

'Pengen tau banget ya sama urusan orang' batin Imel

"Enggak, kok. Enggak ngapa-ngapain. Guee-- eh maksudnya, aku cuma liat tembok disini nih bu, kirain ada ulatnya" gugup Imel berbohong

"Oh, Saya kesana dulu, Neng" katanya

Sono pergi yang jauh. Hempas sekalian. Gagalin penyelidikan orang aja sih. Astagfirullah, ampuni hamba Ya Allah. Ucap Imel dalam hati, tapi kepalanya sibuk bergeleng-geleng miris.

"Ini sepeda milik siapa?" Teriak lelaki paruh baya di seberang sana

Ya Ampun. Apalagi ini, batin Imel tertekan.
"Itu sepeda saya pak. Tadi niatnya mau beli es krim makanya saya parkir disitu" bohong Imel, lagi.

"Cepat bawa sepedamu, Neng. Ini tempat mau buat parkir mobil"

"Iya-iya pak. Saya kesitu, saya bakalan hempas dari parkiran bapak. Makasih banget loh ya" kesal Imel

Menyebalkan sekali hari ini, cuaca yang panas dan suasana yang memanas. Payah.
"Siapa dia" tak henti-hentinya Imel bergumam sepanjang jalan dengan pertanyaan yang sama

-

Gimana nih ceritanya? Jangan lupa vote & comment ya, karena 1 comment dari kalian sangat berharga.
Follow ig penulis @nadianrynt

Thankyou!

DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang