32 - Patah

5.3K 144 0
                                    

Kayla segera berlari menuju ruangan UGD untuk menangani pasien yang sama sekali bukan tugasnya. Karena ia merasa kasihan, ia memutuskan lembur malam ini

"CEPETAN DOKTER" Gertak Daniel yang sudah berdiri dari duduknya ketika Kayla melewatinya. Ia berusaha tak meladeni amarah setiap keluarga pasien yang sangat senggol bacok.

Diandra mengelus pundak Daniel penuh ketenangan. Ia berkali-kali menahan Daniel untuk tidak memberontak pada para dokter dan jajarannya "Ibunya gimana?" Tanya Diandra. Maksudnya, bagaimana dengan Ibu dari Ara jika mengetahui anaknya celaka

Daniel mendongakan kepalanya yang sedaritadi ia tenggelamkan seraya menepuk jidatnya dengan pelan "Ibunya kan, Dokter" Ucap Daniel penuh kekhawatiran

"Jadi----"

-

Perasaan Kayla sungguh tidak enak setelah memasuki ruangan UGD. Terbaring anak perempuan diatas brankar dengan malang. Setengah wajahnya ditutupi rambut hitam miliknya, selebihnya adalah darah segar yang masih mengalir dari kepalanya. Hingga tak heran jika orang tidak akan mengenalnya jika hanya melihat sekilas. Kayla semakin gemetar, tidak biasanya ia mengalami hal ini. Tangannya merogoh saku jasnya, bertujuan untuk mengambil ponsel. Tapi, hal itu sangat mustahil. Karena ia sudah meletakan ponselnya di dalam tas yang berada di ruangannya

"ARA" Pekik Kayla setelah berada tepat di depan brankar. Tangisnya kian meledak, ia tak menyangka jika pasien yang dimaksud atasannya adalah anaknya sendiri. Suster yang berada di dalamnya pun ikut keheranan. Tak tinggal diam, Kayla segera menangani Ara yang terkulai lemah diatas brankar. Setelahnya ia memerintahkan suster untuk membawa Ara ke ruang operasi.

Kayla keluar berlari dari ruangan UGD, seketika terhenti di depan dua manusia yang sedang berdiri panik seraya bertanya histeris padanya. "Jadi, kamu yang namanya Daniel?" Ucap Kayla dipenuhi airmata di pipinya. Sedetik setelah mengatakan, ia pergi menyusul Ara ke ruang operasi

Daniel bergeming di tempat. Ia menendang-nendang kursi tunggu yang berada di dekatnya. Diandra semakin kewalahan dibuatnya, ia juga merasa tak enak hati. Jika benar bahwa dokter tadi adalah ibu dari Ara, korban taruhan Daniel.

"Ada apa, gimana dengan keadaan sahabatku. Sahabatku yang namanya Ara? Gimana WOYY" Pekik Rey nyaris terpeleset karena sudah berlarian dari lantai bawah sampai atas ditemani Galih yang juga panik tak kepalang

Namun, pikiran Galih menjadi teralihkan. Matanya menuju ke seorang perempuan yang berada disamping Galih "Siapa dia?" Tanya Galih pelan, namun penuh waspada. Mata elangnya menampilkan percikan api kemarahan terhadap Daniel

Daniel menghela napas pelan. Ia sangat kacau saat ini. Wajahnya berubah menjadi pucat pasi, tak tahu harus menjelaskan apalagi. Karena ia sadar, ia sepenuhnya salah dalam kejadian ini. "Maafin gue, Gal"

Galih menggeleng samar. Wajahnya sudah berubah menjadi merah menyala. Rahangnya mengeras, seakan ia siap menerkam seorang singa yang sudah menganggu ketenangannya. Ia selangkah lebih maju dihadapan Daniel. Suasana semakin canggung dan penuh emosional. Galih menarik kerah baju Daniel dengan kasar, mereka beradu manik sepersekian detik lamanya,
"JANGAN BILANG KEJADIAN INI GARA-GARA ELO" Ucap Galih penuh penekanan. Ia juga tak lupa melirik sinis ke arah orang yang dicurigai sebagai pacar Daniel

Bughh. Sebuah bogem mentah meninju wajah tampan Daniel. Semua mata memekik histeris, begitupun Diandra dan Rey. Diandra yang berada di samping Daniel langsung menolongnya tak lupa sembari menangisinya. Rey bingung, ia harus membela siapa. Namun, kali ini ia berpikir jernih saat Daniel terjatuh segera ia menolongnya meskipun Daniel tak pernah mau menolong Rey. Hm, Rey jadi teringat kejadian waktu itu, Rey diompolin Galih dan Daniel tak mau mengantarnya pulang. Sakit memang.

"Ini ya, PACAR LO?" Tanya Galih dengan nada tinggi, telunjuknya mengarah dengan kasar di depan wajah Diandra. Tak habis pikir, Daniel tega menghianatinya. Ia pikir, Daniel akan benar-benar menjaga Ara

"OH, JADI INI ARA YANG LO MAKSUD. ARA YANG SERING DISEBUT-SEBUT. DAN ARA KESAYANGAN LO" Hardik Galih seraya terkekeh hambar

"Sini lo bangun!" Gertak Galih seraya menarik paksa lengan Daniel yang masih setia Daniel gunakan untuk mengusap sudut bibirnya yang robek

Daniel tak melawan Galih. Ia seratus persen sadar, ini adalah ulahnya. Biarkan Galih membalas segala perlakuan Daniel selama ini terhadap Ara. Ia meyakini, perasaan Ara lebih sakit dibanding dipukuli seperti ini. Pikir Daniel.

"MAKSUD KAMU APA" Teriak perempuan yang sudah bangkit menahan tangan Galih yang akan menampar keras wajah Daniel

Sontak, Galih menepis tangan Diandra yang menahannya. Ia segera memalingkan muka seraya berkata "Pahlawan lo nolongin" Ucap Galih seraya terkekeh pelan

"Gue mohon, jangan pukul dia---" Ucap Diandra penuh tangis, ia nyaris berlutut kepada Galih, namun Daniel mendorongnya ke kanan agar ia terjatuh dan tidak jadi berlutut

"Maksud kamu apasi, Ra! Jangan berlutut seperti itu. Lebih baik gue dipukulin sampai mati daripada ngeliat lo berlutut di depan lelaki yang tak tahu------"

"Tahu apa? Tak tahu perasaan? Tak tahu kesopanan? Atau tak tahu caranya menyayangi perempuan, HA?" Sambung Galih

"Jelas-jelas elo yang tidak tahu jaga perasaan orang. Lo yang nyakitin perasaan perempuan. Lo buaya Daniel. Ternyata selama ini gue tertipu dengan semua tingkah baik lo. Lo sama aja dengan berandalan-berandalan diluar sana. Lo lebih buruk dibanding Ardan. Manusia mac----"

"CUKUP. Jangan berantem di area rumah sakit. Nanti bisa mengganggu orang yang sedang sakit" Cegah Rey yang berada di tengah-tengah antara Galih dan Daniel

"Lepasin gue pak Satpam!" Ucap Galih meronta-ronta mencoba melepaskan cengkeraman kuat satpam di tangannya, setelah terkejut dengan kedatangan satpam yang terbilang cukup ghaib bagi Galih

#
Mulmed; Diandra Shefa

DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang