35 - EXTRA PART

10.8K 199 49
                                    

Perlahan, Ara menggerakan jemarinya yang masih terpasang infus. Matanya ia gerakan sedemikian rupa, ia ingin bangun sekarang juga.
"Mamah--" lirih Ara setelah membuka matanya yang disuguhi kehadiran Ibunya yang sedang duduk tertidur pulas disampingnya. Tangan kirinyapun merasakan kehangatan, ia bergegas mengecek ada apa di tangan kirinya. Ternyata, tangan Ibunya menggenggam kuat tangan miliknya. Ara terharu, sampai menitikan air mata

"Kamu sudah bangun, sayang" Ucap Kayla dengan wajah gembiranya. Ia segera menghapus air yang mengalir di pipi putri sulungnya.

"Mah, Ara kenapaaa?" Tangannya mengarah ke atas perban di kepalanya, lantas ia menyentuh dan meringis kesakitan  "Ish, jangan disentuh kalo sakit." Sergah Kayla

"Tap---tapi--- kenapa Ara bisa ada disini"  Tanya Ara dengan tangan yang masih memegangi kepalanya yang nyeri

Kayla tersenyum simpul ke arahnya. Kemudian bangun dari duduknya, membuat Ara menengadah untuk menata Kayla. "Ceritanya panjang, sayang" ucap Kayla "Mamah panggil dokter dulu ya"

Ara mengeryitkan dahinya yang terasa nyeri "Mamah kan dokter" gumamnya disertai ringisan. Perasaan Ara semakin tidak enak, kepalanya kini bertampah nyeri dan pusing sekaligus dibuatnya.

"Kamu tunggu disitu ya, jangan gerak-gerak" suruh Kayla pada anaknya yang masih terbaring diatas ranjang. Ara mengangguk walau tak mantap, terbentuk lengkungan samar di bibirnya. Ara bersyukur masih bisa diberi kesempatan untuk hidup, masih melihat dunia dan isinya terutama bidadari tanpa sayapnya, Kayla.

Kayla kembali dengan dokter spesialis. Mereka terlihat berbincang-bincang menggunakan bahasa Inggris. What? Ara jadi semakin sadar jika ini bukan di Indonesia. Namun, pikirannya ia coba untuk netralkan agar tidak terlalu memikirkan sesuatu yang kurang penting adanya. Karena jika terus dipikirkan, kepalanya akan semakin sakit.

"Hello Ara, are you OK?" Tanya seorang dokter yang kini sedang memeriksanya. Lantas Ara mengangguk samar dan lekas menjawab pertanyaan-pertanyaan selanjutnya

" What is the current condition, Doctor?" Tanya Kayla. Telapak tangannya Kayla kepalkan sedemikian rupa demi mengungari rasa khawatirnya

" Her Condition is stable. This is God's miracle, I think there is no chance for her anymore. But thanks to the power of God and prayer, Angela Ralline is fully recovered." Ucap Dokter bergender perempuan tersebut

"Alhamdulillah" decak Kayla dan Ara secara bersamaan. Kayla memeluk tubuh anaknya uang sudah bersandar ke kepala ranjang. Air matanya berjatuhan tanda bahagia

" When can she go home, Doct?" Tanya Kayla

"Actually tomorrow you can."
Kayla mengangguk mantap, senyuman dari bibirnya tak pernah pudar. Ia sangat menunggu adegan seperti ini, adegan Ara sadar dari ketidaksadarannya. "Thankyou, Dokter"

Dokter mengangguk samar, setelah pamit ia segera keluar dari ruangan ini. Sebelumnya ia menyentuh hidung mancung Ara "Cepat membaik, pretty girl" ucap Dokter tersebut kepada Ara seraya tersenyum simpul

"Thankyou, pretty Doctor"
-

Kayla mengemasi barang-barangnya setelah tinggal hampir satu bulan di Singapura sembari bercerita kejadian yang sudah alami sebelum berangkat ke Singapura

"Jadi, gitu ya Mah" ucap Ara seraya menganggukan kepalanya. Tak lupa, wafer yang digenggamnya pun harus ikut masuk ke dalam mulut "Kenapa, kok Mamah minta aku buat jauhin D----"

Drrt. Ponsel Kayla berdering kencang. Ia segera mengangkat telepon "Ya, dengan siapa?" Tanyanya ragu. Sedetik kemudian, ia terkekeh pelan dan mengangguk paham.

Ara bingung dengan kelakuan Ibunya. Kenapa saat menelepon ia menganggukan kepala, padahal orang diseberang sana tak akan pernah mampu bisa melihat jika itu hanya panggilan suara, pikir Ara.

DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang