44. Kabar Buruk

83.5K 6.2K 1.1K
                                    

Buaghh!

"Arrgh.. "

Suara lenguhan lemas terdengar di satu ruangan gelap. Seorang cowok tengah diikat kedua tangannya di belakang. Cowok itu tampak lemah tak berdaya, tergeletak di lantai yang kotor dan dingin. Dengan pukulan bertubi-tubi pada tubuhnya membuat cowok itu merasakan sakit yang luar biasa.

Duaagghh!

Perut cowok itu ditendang untuk kesekian kalinya. Hanya ada suara erangan yang bisa terdengar dari cowok itu.

"Lo liat. Sekarang lo cupu."

"LO CUPU, DHIRGA!"

Dhirga yang terbaring di sana tidak mengubris amarah Jacky. Apapun ucapan yang terlontar dari mulut cowok itu tidak akan pernah Dhirga hiraukan walaupun ia mendengarnya. Yang Dhirga khawatirkan sedari tadi adalah bukan tentang bagaimana ia harus keluar dari tempat itu tapi, apakah Redo dan Luis baik-baik saja sekarang? Apakah Redo sudah merasa baikan dari traumanya?

Jacky membanting balok kayu panjang itu ke tubuh Dhirga dengan kuat.

"Apa perlu lo mati sekarang?"

Dhirga sempat tertawa kecil dan itu ditangkap oleh Jacky. "Apa yang lo ketawain, hah?!"

Dhirga tidak menjawab pertanyaan Jacky, malah melanjutkan tawa kecilnya kemudian terbatuk dan meludahkan darah dari mulutnya ke sembarang arah.

"Udah gue bilang, kan, jangan cari masalah sama gue. Udah gue ingetin juga untuk serahin Alexa ke gue kalau lo mau selamat."

"Mimpi lo ... ketinggian." Dhirga berujar dengan lemahnya.

"Begitu sayangnya lo sama Alexa? Lo juga gak bakalan bisa jadi pedampingnya. Ingat itu."

"Ba.. cot.."

Jacky berjongkok di dekat Dhirga. "Daripada lo benar-benar hancur, mendingan lo putusin cewek lo. Karena bagaimanapun, bokap kalian nggak akan setuju dengan hubungan kalian."

Dhirga menoleh ke arah Jacky, menatapnya tegas namun lemah. "Apa ... maksud ... lo?"

"Lo belum tahu? Bokap kalian dua itu musuh bebuyutan dalam hubungan bisnis. Mana mungkin mereka restuin hubungan kalian dua. Jangan kebanyakan mimpi, Ga."

Dhirga tidak menyangka dengan ucapan Jacky. Sesungguhnya juga ia baru mengetahui hal itu.

"Kayaknya, sih, bakalan gue yang jadi pedamping Alexa. Asal lo tahu, Ga. Bokap gue sama bokap Alexa itu rekan bisnis. Deket banget, dan lo bakalan kalah saing sama gue."

"Alexa ... milik gue ... bukan milik ... lo."

Jacky marah, ia mencengkeram dagu Dhirga kuat, menatapnya tajam. "Dia gak akan jadi milik lo lagi." Dilepaskannya dagu Dhirga dengan kasar.

Lagi-lagi Dhriga tertawa. "Lo .. gak ... akan ngerti."

Jacky bangkit berdiri. "Hendra. Ambil lagi air esnya. Kali ini gue mau esnya lebih banyak."

"Oke, bos!"

Tampak anggotanya Jacky melangkah dengan hati-hati dan menyerahkan seember air es penuh. Jacky menerima ember itu kemudian ia siram ke tubuh Dhirga bersamaan dengan jatuhnya bongkahan es yang sangat menusuk tubuh Dhirga.

Hanya suara lenguhan pasrah yang dikeluarkan Dhirga. Ia berusaha untuk menahan rasa dingin itu menjalar ke tubuhnya yang kini sudah basah kuyup.

Jangan nangis, Alexa. Tunggu gue. Dhirga membatin. Ia tahu gadis yang ia sayangi pasti sedang menangis karenanya. Ia tidak ingin air mata itu jatuh dari mata Alexa. Ia harus bisa membuat Alexa tersenyum kembali secepat mungkin.


DHIRGA [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang