Brum! Brum!
Motor Dhirga telah sampai di depan pagar putih yang sudah sedikit kekuningan. Dhirga melepaskan helmnya kemudian mengacak rambutnya. Ia memandang rumah seseorang. Rumah gadis yang ia sayang yang kini sudah menjadi mantannya.
Orang yang ditunggu Dhirga akhirnya keluar dari rumah dan berjalan menghampiri gerbang dengan raut wajah bingung sekaligus tidak percaya.
Ya, tidak percaya bahwa yang berada di depan gerbang rumahnya saat ini adalah Dhirga, bukan Jacky yang seperti biasa menjemputnya ke sekolah.
"Dhirga?" Alexa bersuara seraya membuka pintu gerbang itu kemudian menutupnya kembali.
Gadis itu kini menatap cowok di hadapannya. "Ngapain di sini?"
"Ya, mau jemput lo lah. Emang mau ngapain lagi?"
"Kan seharusnya Jacky yang jemput. Kok jadi kamu?" tanya Alexa bingung.
"Mulai sekarang yang jemput lo itu gue. Bukan cowok lain."
"Dhirga. Udah berapa kali aku bilang ke kamu, kamu harus bisa move on. Kalau gini terus, gimana kamu bisa lupain aku, Dhirga!"
Dhirga menatap gadis itu lekat-lekat namun tetap dengan wajah datarnya. "Kalau mantan lo masih sayang sama lo, coba lo jawab, mantan lo harus gimana?"
"Kok jadi aku yang jawab?"
"Kan lo yang gue tanya."
"Kenapa harus tanya ke aku?"
Dhirga tersenyum kecil. "Lo aja nggak bisa jawab, kan? Apalagi gue, Xa."
"Ih, nyebelin. Sana pergi. Aku berangkat sendiri aja."
Alexa bergegas melewati motor Dhirga namun ucapan Dhirga membuatnya berhenti dan menoleh ke samping.
"Lo cupu kalau nggak mau bicara lagi sama mantan."
Mata Alexa membulat. Semakin lama Dhirga semakin berbeda menurut Alexa. Entah mengapa, Dhirga semakin menjadi orang yang menyebalkan saat mereka sudah tidak bersama lagi.
"Seharusnya kalau udah jadi mantan itu temenan, bukan musuhan. Dulu aja pernah sayang-sayangan, masa udah putus jadi benci-bencian."
Alexa berkacak pinggang menatap cowok itu. "Kayaknya kita temenan deh, nggak musuhan."
"Yakin kita temenan? Buktinya lo ngejauhin gue terus."
"Dhirga ... kalau kita musuhan, ngapain aku bicara sama kamu di sini sekarang?"
"Ya, udah. Kalau emang kita masih jadi teman, ayo naik."
Alexa menggeleng. "Nggak. Aku pergi sendiri."
"Oh, jadi kita musuhan, nih?"
Alexa menggeram di tempatnya. Bisa-bisanya Dhirga membuatnya kesal di pagi hari. Gadis itu mengambil helm dari tangan Dhirga kemudian memakainya. Kini ia menaiki motor Dhirga dan cowok itu melajukan motornya dengan perasaan bahagia.
Sesampainya di parkiran sekolah, Dhirga memarkirkan motornya dengan Alexa yang masih duduk di belakangnya. Dhirga melepaskan helmnya kemudian menyisir rambutnya ke atas. Alexa belum turun juga membuat Dhirga ingin menjahilinya.
"Nggak mau turun?" tanya Dhirga dengan kekehan.
"Gimana mau turun kalau motornya nggak kamu miringin ke kiri."
"Ya, ampun, Xa. Kan, bisa pegang bahu gue kalau mau turun. Apa susahnya, sih."
"Miringin nggak?!" Alexa memerintah dengan galaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DHIRGA [TELAH TERBIT]
Teen Fiction[Telah Diterbitkan Oleh GRASINDO. Tersedia di toko buku GRAMEDIA seluruh Indonesia. Beberapa Part Telah Dihapus] Dibaca 5,6 juta kali [31 Desember 2018] 一 Sang Berlian SMA Angkasa. Sekiranya itulah julukan untuk si Ketua OSIS SMA Angkasa yang selalu...