honest pt.2

55 11 0
                                    

Darahku mendesir dari ujung kaki sampai ujung kepala. Kalimat Jimin tadi berhasil membuatku merinding tak karuan.

Otakku mengatakan untuk melepaskan pelukan ini dan menampar Jimin, tapi entah kenapa hatiku terus menyuruhku agar diam dan menunggu hal selajutnya yang akan dilakukan Jimin.

Aku yang masih berargumen dengan hati dan otak yang tidak sinkron saat ini membeku saat akhirnya aku merasakan kecupan lembut di puncak kepalaku.

Diam, aku hanya bisa diam dan mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Jimin mengecup puncak kepalaku cukup lama, sampai akhirnya melepasku dari pelukannya.

Aku hanya bisa menatap Jimin dengan perasaan campur aduk. Lelaki itu hanya berdiri di depanku tanpa sepatah katapun dan senyuman kecil yang aku sendiri tidak tau apa artinya.

"Terimakasih karena telah menjadi pendengar yang baik malam ini" Jimin mengusap rambutku pelan lalu berjalan masuk ke kamarnya.

Meninggalkanku sendirian di lorong hotel ini dengan beribu pikiran dan perasaan yang bercampur menjadi satu.

Baru kali ini aku mendapat perlakuan manis dari seorang lelaki. Jadi jangan salahkan aku jika aku terlalu berlebihan.

♡'・ᴗ・'♡

Hari ini tidak ada jadwal apapun. Bangtan dan semua staff diperbolehkan berjalan-jalan seharian penuh sebelum pulang besok.

Aku baru saja selesai mandi saat ponselku berdering. Menunjukan nama Yoojung yang terlihat di layarnya.

Aku segera mengangkat telpon itu. Sudah lama aku tidak bicara dengannya.

"Hey, apa kabar?" Aku segera menanyakan kabar Yoojung tanpa basa-basi.

"Aku baik-baik saja. Bagaimana di sana? Apakah menyenangkan menjadi asisten artis?"

"Begitulah, biasa saja. Mereka tampan. Aku hanya bisa mengatakan itu" Aku tersenyum sendiri saat mengingat wajah semua member Bangtan.

"Aku dan Alicia kesusahan di sini. Tidak ada yang mengajariku choreo dengan detail lagi" Terdengar nada kesedihan dari suara Yoojung.

"Hahaha, kau lebih baik dariku. Berhentilah menjadi orang yang pesimis"

"Cepatlah ke Korea. Aku dan Alicia merindukanmu" Aku hanya bisa meng-iya-kan keinginan Yoojung sebelum menutup sambungan telpon.

"Apa sudah selesai?" Aku terkejut saat mendengar suara lelaki yang sangat kukenali. Park Jimin.

"Bagaimana kau bisa masuk?" Aku segera protes kepada Jimin yang seenaknya masuk ke kamarku.

"Ryujin?" Jimin duduk di ranjang milik Ryujin yang memang sudah kosong dan rapi.

Pemiliknya sudah pergi sejak tadi bersama Yoongi. Entah kemana.

"Kau mau kemana?" Aku mulai mengeringkan rambutku dengan handuk.

"Aku lelah tapi ingin jalan-jalan" Jimin merebahkan badannya di kasur.

"Aku akan menemanimu" Aku mengambil sisir dari koperku.

"Kemanapun aku pergi?" Jimin segera bangun dan menatapku penuh keraguan.

"Ya, kemanapun kau pergi" Aku menjawab dengan lengkap agar Jimin yakin.

"Pantai"

조수  -; assistant [pjm]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang