first

65 11 1
                                    

Semuanya kembali berkumpul di gedung Bighit. Aku yang sudah sangat lelah merebahkan badanku ke lantai ruang latihan.

Beberapa staf lain juga merebahkan dirinya bahkan semua member Bangtan sudah tepar di tengah ruangan.

Aku memandangi langit-langit dengan pikiran berkecamuk. Lima hari di Jepang sungguh berat, banyak kejadian yang terjadi.

Pengakuan Jimin dan pengakuanku.

Kalimat Jungkook yang masih sekarang belum bisa kupahami sepenuhnya.

Yoongi dan Ryujin.

Pikiranku terus berkecamuk, memikirkannya hanya membuatku pusing.

Aku memejamkan mata dan mulai tertidur.

♡'・ᴗ・'♡

Aku membuka mataku yang masih terasa berat. Melihat sekeliling dan menemukan semua orang sudah menghilang.

Aku sendirian di ruang latihan ini. Kenapa tidak ada yang membangunkanku?

Aku sudah berpindah dari lantai ke sofa entah bagaimana caranya. Sontak, aku melirik ke arah jam. Pukul 8 malam.

Aku berdiri dan melihat bayanganku di cermin. Mengerikan dan menyedihkan. Mungkin dua kata itu cukup untuk menggambarkan penampilanku sekarang.

Aku masih berdiri dan melihat sekeliling. Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku akhirnya melangkahkan kakiku ke arah speaker.

Aku berpikir untuk menyalakan sedikit musik dan menari. Mungkin itu akan menenangkan hati dan pikiranku.

Musik mulai mengalun. Aku kembali ke tengah ruangan. Tubuhku bergerak mengikuti alunan musik. Aku melakukan freestyle. Aku memejamkan mataku, mencoba untuk menikmati musik dan menari dengan perasaan.

Aku membuka mataku saat merasakan seseorang memelukku dari belakang. Jimin.

Lelaki itu melepaskan pelukannya dan ikut menari di sebelahku.

Aku ketahuan. Aku terdiam dan memperhatikan lelaki itu menari. Dia hebat.

Jimin terus menggerakkan tubuhnya sesuai hentakan dan alunan musik terkadang dia melirik ku dan menyuruhku ikut menari bersamanya.

Tapi aku hanya diam dan memperhatikan lelaki itu bergerak.

Jimin berhenti saat musik berhenti.

"Kenapa kau berhenti?" Jimin protes karena aku hanya diam saja melihatnya menari.

"Lalu aku harus apa?" Aku berjalan ke arah speaker dan mengambil ponselku yang aku gunakan untuk menyalakan musik.

"Setidaknya lanjutkanlah tarianmu" Jimin menyusulku.

"Tapi kau seenaknya memelukku dari belakang seperti tadi" Aku ikut protes akan perlakuannya tadi.

Jimin menunduk dalam diam. Aku juga ikut diam dan tidak tau harus mengatakan apa lagi.

"Ceritakanlah tentang Ryujin dan Yoongi" Aku mengambil sebotol air mineral yang sudah disediakan.

"Ah..itu" Jimin kembali memperhatikanku yang meneguk minum.

"Yoongi mencium Ryujin di minimarket dekat hotel"

"Minimarket? Apa tidak ada tempat yang lebih baik?"

"Mana aku tau. Lalu, ada yang memotret mereka"

Aku hampir menyemburkan air yang baru saja ku minum.

"Dia memotret dengan suara kamera yang sangat keras. Yoongi tidak sempat melihat siapa orang itu. Dia langsung kabur"

Ini masalah yang besar. Bagaimana jika nanti foto itu tersebar? karir Bangtan akan hancur karena skandal ini.

"Apa Yoongi sudah mengatakannya pada Manajer-nim?"

"Sudah, Sejin Hyung akan mengumpulkan semua member Bangtan dan asisten besok pagi"

Aku terdiam. Pikiranku langsung di penuhi pikiran negatif.

"Jimin-ssi, bagaimana jika semua asisten dipecat karena masalah ini?" Aku menatap mata Jimin. Mungkin mataku sudah berkaca-kaca sekarang.

"Aku tidak tau apa yang dilakukan Sejin Hyung besok. Tapi, apapun yang terjadi besok kau harus tau satu hal" Jimin berbalik menghadapku.

Tangannya mengusap kepalaku pelan. Tidak, aku tidak akan menangis karena ini.

Aku hanya tidak siap meninggalkan Jimin dan member Bangtan. Aku tidak memiliki cukup uang untuk pulang ataupun kuliah lagi.

Jimin mendekat dan sedikit menunduk. Aku masih menahan air mataku yang akan terjatuh.

Sesakit inikah perpisahan? Aku bahkan belum mengenal Jimin lebih dari satu bulan.

Jimin memejamkan matanya. Pelan tapi pasti, Jimin semakin mendekat.

Aku tidak bisa menolak. Aku tidak akan jadi perempuan munafik kali ini.

Bibir Jimin menyentuh bibirku lembut. Kecupan itu semakin dalam bersamaan dengan jatuhnya air mataku.

Jimin melepaskan ciumannya dan menatap mataku. Ibu jarinya dengan lembut mengusap air mataku.

"Aku benar-benar jatuh padamu Sari-ssi"

♡'・ᴗ・'♡

Jimin mengantarkanku pulang dengan mobil yang dibawa staf lain. Sepanjang perjalanan, Jimin mengenggam tanganku erat dan kami hanya diam.

Hanyut dalam pikiran masing-masing atau takut staf di depan kami menyadari sesuatu.

Mobil berhenti di depan apartemenku. Aku segera turun disusul Jimin yang membantuku mengeluarkan koper dari bagasi.

"Sampai sini saja" Aku mengambil alih koperku di depan pintu utama gedung apartemen.

Jimin tersenyum.Dia menundukkan kepalanya dan terkekeh. Kenapa dia merasa malu?

"Tidurlah dengan nyenyak dan jangan terlalu larut. Jangan memikirkan hari esok. Pikirkan saja kejadian tadi" Jimin tersenyum malu-malu.

Oh Tuhan, kenapa dia sangat menggemaskan?

Aku ikut tersenyum. Aku ikut merasa malu karena Jimin.

"Jaljayo" Aku mengucapkan selamat malam sebelum masuk ke gedung apartemenku.

"Saranghaeyo" Jimin dengan segera berbalik dan masuk ke dalam mobil.

Meninggalkanku dengan jantung yang berdegup kencang hanya karena satu kata itu.

♡'・ᴗ・'♡

©'arthemela

25 April 2018, 10:14 AM

조수  -; assistant [pjm]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang