truth

51 12 1
                                    

Aku melangkahkan kakiku memasuki apartemen. Sudah lama aku meninggalkan tempat ini.

Setelah mandi dan mengeluarkan semua barang dari koper, aku merebahkan badanku di kasur. Betapa rindunya aku dengan benda ini.

Ponselku bergetar di dalam kantong celanaku. Aku segera mengambilnya.

'Jungkook is Calling...'

Aku mengangkat panggilan itu ragu.

"Ne? Ada apa?"

"Apa kau sudah di rumah?" Suara Jungkook memenuhi gendang telingaku.

"Ya. Kenapa kau menelponku?"

"Tidak, aku hanya merindukanmu" Pengakuan Jungkook tadi berhasil membuatku mengernyit.

Aku hanya diam dan tidak tau harus menjawab apa.

"Kenapa diam saja? Kau tidak merindukanku?" Suara Jungkook kedengaran kecewa.

"Kita baru saja berpisah beberapa jam Jungkook-ssi" Aku mengubah posisiku menjadi duduk.

"Bagaimana lagi, aku tidak bisa mengatur perasaan ini"

"Perasaan apa yang kau maksud? Dari kemarin aku belum memahaminya" Aku berusaha jujur tanpa menyakiti hati lelaki ini.

"Aku menyukaimu Sara-ssi"

Aku tersedak air liurku sendiri saat itu juga. Entah kenapa saat Jungkook mengatakan itu aku mengingat wajah Jimin saat kejadian tadi.

"Kau tidak apa-apa?" Jungkook memastikan keadaanku karena mendengarku batuk.

"Lalu, apa yang harus kulakukan?" Aku kembali ke dunia nyata.

"Tetaplah menjadi Sara yang sekarang aku kenal dan aku sukai. Jangan karena aku jujur seperti ini kau menjauhiku"

Suara Jungkook yang kedengaran agak serak berhasil menggema di otakku. Aku hanya bisa terdiam dan mendengar hembusan nafas Jungkook di seberang sana.

"Berjanjilah" Aku hanya diam dan mengangguk pelan. Lelaki itu selalu berhasil membuatku terhipnotis hanya karena suaranya.

"Jaljayo Sara-ssi, Saranghaeyo"

Sambungan telpon mati begitu saja. Mungkin aku akan ikut mati jika tidak mendengar sambungan telpon yang terputus.

Apa yang harus kulakukan sekarang? Apa ini nyata? Apa aku gila? Apa ini hanya halusinasiku saja?

Aku terus memikirkan hal-hal yang tidak mungkin terjadi.

Siapa yang bisa menyangka, aku yang tidak punya apa-apa ini sudah merasakan bibir Jimin dan bisikan Jungkook yang mematikan.

Aku memijat keningku berharap agar semua ini keluar dari otakku. Betapa bodohnya dirimu Saralee.

♡'・ᴗ・'♡

Ruangan ini ada di gedung Bighit. Semacam ruang meeting. Aku sudah duduk dengan manis di sebelah Jimin, semuanya sudah berkumpul di ruangan.

Tidak terkecuali Yoongi dan Ryujin yang duduk berhadapan. Ryujin terus menundukan kepalanya saat Yoongi sibuk memperhatikan gadis itu dengan tatapan penuh penyesalan.

"Kita mulai saja, sebenarnya aku hanya ingin menemui Ryujin dan Yoongi secara personal" Manajer Sejin berdiri di hadapan kami.

"Tapi tidak ada salahnya jika aku mengadakan meeting seperti ini karena semuanya berhubungan dengan kalian" Manajer Sejin menatap semua yang ada di ruangan satu persatu.

Kami semua masih diam memperhatikan.

"Aku sangat bersyukur karena foto yang diambil oleh orang itu belum tersebar sampai saat ini. Aku sendiri tidak tau kenapa dia mengambil foto itu" Manajer Sejin menarik nafas dalam.

"Untuk saat ini, aku akan membiarkan kalian bekerja seperti biasa dan lupakan masalah ini"

"Jika ada yang melihat foto itu di internet, beritahu aku segera" Manajer Sejin ingin keluar ruangan bertepatan saat Dogum bangkit berdiri.

"Maafkan aku" Dogum membungkuk lama sekali.

Manajer Sejin berbalik dan melihat Dogum dengan wajah penuh tanya.

"Akulah yang memotret Yoongi dan Ryujin" Dogum masih membungkuk.

Tentu saja semua yang ada di sana terkejut. Aku sendiri berpandangan dengan Jimin dengan mata melebar.

Yoongi bangkit berdiri dan langsung menarik Dogum dengan kasar keluar ruangan.

Semua member Bangtan yang melihat itu segera berlari keluar menyusul Yoongi yang dipenuhi amarah.

Aku tanpa sadar juga ikut menyusul keluar sendirian. Hanya aku asisten yang menyusul keluar.

"Ya! Kau pikir lucu mengambil foto orang seperti itu?!" Yoongi memojokkan Dogum ke dinding.

Dogum hanya bisa menunduk dan terus mengucapkan kata maaf berkali-kali.

"Apa yang kau pikirkan?! Hah?! Jawab aku!!" Yoongi menarik kerah baju Dogum dengan kasar.

"Maafkan aku" Sekali lagi Dogum hanya bisa menjawab dengan kata maaf.

"Ryujin menangis semalaman karenamu! Dia tidak bisa makan dan tidur karena orang gila sepertimu!!" Yoongi berteriak di depan wajah Dogum.

Setelah mengatur nafasnya kembali, Yoongi melepaskan genggamannya pada kerah Dogum dan menjauhi lelaki itu.

Biar aku beritahu, semua member Bangtan hanya diam menyaksikan perkelahian tadi. Mereka seperti menunggu Yoongi memukul Dogum.

Yoongi berjongkok dan mengacak rambutnya. Kami semua masih diam dan tidak tau harus melakukan apa. Dogum masih menunduk, tidak bergerak dari posisinya.

"Yoongi, mari kita pergi dari sini" Namjoon akhirnya menyeret Yoongi pergi. Seokjin dan Hoseok Oppa juga ikut menyusul.

Taehyung akhirnya ikut pergi. Meninggalkan aku, Jungkook, Jimin, dan Dogum.

Jungkook mendekati Dogum yang masih diam tak bergerak. Lelaki itu memeluk Dogum sebentar sebelum meninggalkan ruangan.

Perhatianku teralihkan pada Jimin yang melihat Dogum dengan tatapan tajam.

"Ya, jangan marah padanya. Setidaknya dia sudah mengaku" Aku menyentuh lengan Jimin, berusaha meredakan emosi lelaki itu.

Perhatian Jimin teralihkan padaku. Pandangannya berubah menjadi lembut dan hangat.

"Aku tidak marah" Jimin memautkan jarinya ke jariku. Mengenggam tanganku hangat.

"Kau masih disini bersamaku. Bagaimana aku bisa marah?" Jimin tersenyum manis. Matanya menatap mataku, lalu ke hidungku.

Tatapan Jimin berhenti di bibirku. Aku segera mengalihkan pandangan agar Jimin berhenti. Aku tau ini akan mengarah kemana.

"Tidak boleh ya? Kau mau di tempat sepi?" Jimin berbisik pelan di telingaku.

"Apa kau lupa dihadapan kita ada Dogum?" Aku ikut berbisik dan melihat sekeliling.

"Kau mau ke dorm?"

♡'・ᴗ・'♡

©'arthemela

26 April 2018, 9:43 AM

조수  -; assistant [pjm]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang