16 - End

1.3K 91 2
                                    

/hello, ku kembali sambil mendengarkan Babylon-5sos, pas baca bisa sekalian sambil dengerin Valentine dari 5sos juga, klo bisa dengerin sealbum wkwk. Selamat membaca~

.
.
.

"Johnny..." bisik Avi, lantas menggeser kepalanya menghadap sebelah kanan.

Ia menghela nafas saat pandangannya hanya mendapat punggung lebar Johnny.

"Kenapa?" Avi hampir saja tersedak ludahnya sendiri mendengar suara Johnny. Juga kasur di sebelahnya terasa bergerak pelan.

"Uh.. tidak ada apa-apa sih... cuma... yah... aku minta maaf." Ujarnya entah sudah untuk yang keberapakalinya hari ini.

Johnny mengulas senyumnya, menelusuri helai rambut Avi dengan jarinya perlahan.

"Kau tahu aku sudah memaafkanmu kan."

Avi menggenggam pergelangan tangan Johnny, ibu jarinya bergerak mengusap lembut kulit tangan pria itu.

"Aku hanya teringat aku sangat-sangat menyusahkanmu selama empat tahun ini."

Johnny menghirup nafas dalam, tak menjawab apa-apa lalu mengecup kening Avi lama yang mau tak mau membuat Avi mengembangkan senyumnya.

Avi dengan agak ragu menautkan jemarinya pada jemari Johnny, seketika rasa hangat menjalar di rongga dadanya.

"Uhmm, boleh tahu apa yang terjadi dengan istri keduamu?"

Johnny mengangkat satu alisnya, mengangguk kemudian menumpukan satu tangan lainnya pada kepala.

"Dia yang menganjurkan pisah, karena ia tahu aku tidak punya perasaan apa-apa, ditambah... ia tak bisa memberi keturunan. Aku sudah susah payah mempertahankan hubungan kami, karena jika istriku tidak bisa memberi keturunan itu bukan kemauannya juga kan."

Giliran Avi yang mengangguk pelan, bisa ia lihat rasa bersalah memancar dari manik cokelat terang Johnny.

"Karena itu, aku tidak yakin hubungan kita juga akan bertahan. Aku tidak masalah jika tidak punya buah hati lagi, tapi orang tuaku yang mempermasalahkannya. Mungkin takdirku memang harus hidup sendiri? Aku merasa terlalu buruk untuk orang lain, aku tidak bisa menjaga orang yang kusayang dengan baik, aku-"

Avi dengan cepat menekan bibirnya pada bibir Johnny agar pria itu tidak kembali meracau hal yang sama sekali tidak benar.

"Setidak sukanya aku dengan mu Johnny sebelumnya, kau, benar-benar mempelakukanku dengan sangat baik, bahkan lebih dan bahkan aku tidak pantas mendapatkannya, perlakuan hangatmu. Dan aku sangat-sangat bertimakasih karena kau mengizinkanku merasakan perasaan hangat itu."

Avi menarik pelan tangan Johnny mendekat, otomatis lengan besar itu melingkar pada pinggang rampingnya.

"Jadi, ayo pertahankan. Orang sepertimu tidak pantas jika harus tinggal sendirian, mau membantuku?"

Johnny mengangguk, tersenyum kecil lalu meremas lengan Avi gugup karena sudah cukup lama dirinya tak menyentuh wanita.

"Kalaupun ini tidak berhasil... aku berjanji tidak akan meninggalkanmu, kecuali jika kau yang meminta." Avi berbisik membuat Johnny seketika menggeleng,

"Aku tidak akan pernah memintamu pergi."

Avi tersenyum sembari melingkarkan lengannya pada leher Johnny di atasnya.

Suatu hal yang sama sekali tak pernah terlintas di fikiran keduanya itu terjadi.

...

"Hei... sedang apa?"

Tanya Johnny membuat Avi memutar tubuhnya lalu mendengus.

"Memangnya kalau sedang mengahadap kompor dan menggenggam spatula kau kira sedang apa? Konser? Menjahit?"

Johnny terkekeh lalu mengusak kepala Avi, "Sinis sekali pagi-pagi."

"Lebih tepat kalau kau menanyakan aku sedang masak apa, begitu!"

"Okay-okay, sedang masak apa Avicena? Haha. Aneh sekali rasanya melihatmu seperti ini."

Avi menghela nafas panjang dan kembali mengaduk nasi gorengnya yang hampir selesai, kemudian mematikan kompor lalu mengecup pipi Johnny sebelum mengambil piring di dekatnya.

...

"Kau tahu? Rasanya juga aneh kita tidak bertengkar uhh lebih tepatnya berkurang selama beberapa waktu belakangan ini."

Johnny memutar bola matanya sedangkan Avi seketika terkikik, "Harusnya kau bersyukur bukannya merasa aneh."

Avi hanya menggidikkan bahunya dan mengangguk. Johnny berdehem pelan lalu menarik tangan Avi untuk digenggamnya.

"Bagaimana dengan perasaanmu?"

Avi terdiam, menatap Johnny dengan kening berkerut bingung.

"Maksudmu..?"

"Ekhem... kau tidak terpaksa melakukan semua ini kan? Atau bahkan lebih buruknya karena hanya ada ibuku di sini- eh maaf maksudku-"

"Ahh aku mengerti. Tentu tidak!" Pekik Avi mengundang ringisan Johnny.

"Lagipula aku tidak bisa berakting. Lalu bagaimana dengan perasaanmu sendiri padaku?"

Johnny tidak langsung menjawab, sedikit bingung harus menjawab bagaimana.

"Jujur, aku sudah menyukaimu dari... aku kurang ingat acara ulang tahun siapa itu, namun kau ada di sana, memakai gaun ungu pastel. Sangat cantik."

Johnny mengulas senyum manisnya yang terlihat polos kala mengingat-ingat memori itu, walau membuatnya sedikit sedih saat ia juga kembali teringat Anna.

Sedangkan Avi terbengong tak percaya, ia hampir tak mengingat sama sekali karena dirinya juga terpaksa mendatangi acara ulang tahun itu, namun Johnny mengingatkannya.

"Oohh... wow!"

Johnny terkekeh melihat reaksi terkejut Avi, dan membawa pada pelukan eratnya karena merasa gemas sendiri.

"Love you."

Ujar Avi lirih sembari membalas pelukan dan menenggelamkan wajah memerahnya pada pundak Johnny, semua terjadi jauh lebih cepat dari perkiraannya.

.
.
.

FIN.


gue ga tau ada apaan tiba2 orang baca ini but thanks, yg jelas semua tulisan gue malu2in diri sendiri

Another Day - NCT JohnnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang