Untuk malam itu, Johnny tertidur bersama Karin dan Johan yang memeluknya erat.
Johnny berharap saat membuka mata pagi nanti, Lily ada di sebelahnya. Namun kenyataannya ia tak bisa terlelap sedikitpun.
Beberapa menit sekali, Johnny akan mengecupi kepala kedua buah hatinya.
...
"Kalian mau sarapan apa?"
Tanya Johnny lembut, tapi sebelum Karin mengatakan 'mau masakan mama' ia langsung kembali bicara.
"Ayah akan membelikan makanan apapun yang kalian mau! Okay untuk hari ini saja, sekali-sekali makan yang tidak sehat tidak apa-apa haha. Apa? Pizza? Burger? Mie?"
Dan untuk pertamakalinya sejak kemarin, mereka bersorak senang sementara.
"Kalau ada mama, kita tidak boleh sarapan ini."
Ujar Karin sambil melahap potongan pizzanya, Johnny terkekeh lalu mengambil tisu dan mengelap saus di sekitar mulut Karin.
"Hari ini bagaimana kalau kita jalan-jalan?"
Johnny sudah merencanakan ini sejak tadi malam, ia tahu mungkin tubuhnya masih lelah dan beberapa bagian tubuhnya juga masih terasa sakit.
Tapi Johnny tak mau dengan berdiam diri di rumah, menjadikannya, Johan dan Karin mengingat lebih ibunya, dan jadi sedih berlarut-larut.
"Tapi mobil ayah..."
Johnny tersenyum mendengar penuturan anak sulungnya.
"Naik kendaraan umum, tidak masalah."
...
"Kepala ayah benar-benar sudah tidak apa-apa?" Tanya Johan dengan kening mengerenyit. Jujur ia tak begitu setuju dengan acara jalan-jalan ini.
"Tidak apa-apa, ayahkan kuat! Haha." Johan mendecih kecil mengundang tawa Johnny dan usakan lembut pada pucuk kepala Johan.
...
"Ayaah, capek."
Johan berjalan linglung lalu meraih lengan ayahnya agar tetap bisa berdiri tegak.
"Biasanya Johan bisa main sampai malam.."
Ujar Johnny lalu membungkuk, mengecek keadaannya.
"Kak Johan kenapa?" Karin bertanya polos, permen kapas besar berada di genggamannya.
"Kelelahan, ayo kita pulang saja."
Tidak peduli tubuh anaknya sudah besar, sudah tidak cukup pantas untuk digendong, Johnny juga mengabaikan penolakan kecil dari Johan.
Sedangkan tangan kirinya menggengam tangan Karin, untunglah Johnny memang cekatan.
...
Johnny bisa merasakan tubuh Johan perlahan namun cepat, memanas di gendongannya.
Membuatnya panik sekaligus bingung harus membawanya pulang ke rumah, atau pergi ke rumah sakit.
"Kita pergi ke rumah sakit." Gumam Johnny, tapi tentu masih bisa didengar jelas oleh Johan.
"Tidak! Aku mau pulang ke rumah saja!" Elak Johan,
"Uh baiklah..."
...
"Turun..."
Johnny tadinya tak ingin menurunkan Johan, karena tanggung sekali di depan rumah, sekalian saja saat di dalam kamar bukan.
Baru berjalan tiga langkah, sangat tidak disangka tubuh Johan ambruk seketika.
...
Bisa memang karena kelelahan, ditambah faktor sedih yang mendalam. Johnny ingat betul kata dokter yang mengunjungi rumahnya 3 hari yang lalu. (Gaes aku ngarang tpi biasanya keluargaku gitu, kalo terlalu sedih jdi lari ke sakit.)
Sudah 3 hari tapi tidak ada tanda-tanda keadaan Johan membaik, sedikit saja tidak.
Karin jadi lebih sering rewel, karena rumah semakin sepi.
Bahkan hingga Karin sendiri yang minta kembali sekolah, Johnny menyetujui saja, itu jauh lebih baik daripada melihat Karin kesepian.
"Ayah..."
Panggil Johan, suaranya amat pelan.
Johnny yang sedang berkutat dengan pekerjaannya langsung menaruh laptopnya dan memusatkan seluruh perhatiannya pada Johan.
"Ada apa?" Tanya Johnny sigap, sedikit terkejut tatkala Johan tersenyum ke arahnya.
"Ayah sayang akukan?"
"Ck, kenapa masih bertanya, tentu saja!"
"Kalau begitu, ayah pasti akan mengizinkan aku ketemu mama kan?"
Johnny terdiam agak lama, lalu menggeleng diiringi helaan nafas panjang.
"Tidak. Tidak boleh." Johnny mengerti sangat ke mana arah pembiracaan ini.
"Sakiiit! Ayaah sakit!" Johan memekik, dan berbicara tak jelas.
Johnny hendak berdiri untuk mencari ponsel tapi tangannya digenggam erat oleh Johan.
Telapak satunya ikut menggenggam tangan Johan yang jauh lebih kecil darinya, menciumnya berkali-kali, membuat permohonan agar semua baik-baik saja.
Dan saat genggaman Johan semakin melemah lalu lepas pada akhirnya, juga lambat laun tangan yang terasa panas sebelumnya beralih dingin.
"Tidak Johan... tidak boleh pergi, ayah mohon."
Posisinya berlutut di pinggir kasur, menangis sambil masih menggenggam erat tangan anak laki-laki yang ia pikir suatu saat nanti pasti akan lebih besar dari tangannya.
.
.
.
TBC~
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Day - NCT Johnny
FanfictionHati kuatnya yang rapuh perlahan, akankah ada seseorang yang dapat menguatkannya kembali di lain hari?