17 - Hasbunallah...

763 51 3
                                    

Azrina terperanjat dari tidurnya. Napasnya tersengal, bulir-bulir keringat mengucur dari dahi, pelipis hingga lehernya.

Berulang kali ia beristighfar, mengatur napasnya sembari mengusapkan tangan ke dada. Lalu menyeka matanya yang juga basah.

Sejak keluar dari rumah sakit, ia selalu seperti ini. Mimpi buruk selalu mengisi malamnya. Mimpi yang sama, mimpi yang akhirnya lagi-lagi melelehkan bulir bening dari matanya.

Awalnya mimpi itu biasa saja.

Ia melihat sosok lelaki dengan tuksedo yang berdiri di ujung jalan yang menjurus ke padang ilalang, seperti menunggu seseorang. Tapi saat lelaki itu menoleh, wajahnya tidak jelas terlihat sampai Azrina terbangun dari mimpinya.

Di mimpi berikutnya, Azrina semakin mendekat ke arah lelaki yang kini mengulurkan tangannya dengan senyum simpul di bibirnya.

"Kau cantik sekali, Bidadariku," ujar lelaki itu saat Azrina hampir mencapainya. Mengenakan gaun pengantin muslimah yang sempurna membalut tubuhnya mungilnya. Berbahan satin berlapis brukat warna broken white, dengan sentuhan kristal swarovski sebagai hiasan. Kerudungnya yang dilapisi kain tutu berwarna senada dibiarkan menjuntai.

"Oppa ..." Azrina menyambut uluran tangan suaminya, dengan senyum yang lebar sekali.

"Oppa kemana saja? Aku menunggu lama sekali ... "

Jun Ki tersenyum sekali lagi, dengan lembut ia mengusap tangan istrinya, mengecupnya. Mengecup keningnya juga. Namun seketika ia melepas genggaman istrinya dari tangannya kemudian berbalik memasuki padang ilalang yang lebat dan tumbuh menjulang, sesekali bergoyang oleh hembusan angin segar. Ia meninggalkan istrinya sendirian.

Mimpi berikutnya, Azrina kebingungan. Suaminya pergi tanpa sepatah kata. Ia menyusulnya, tapi Lee Jun Ki seolah menghilang. Jilbabnya terkepak-kepak oleh angin yang semakin kencang.

"Oppaaaaaaaa..."
Azrina mulai berteriak memanggil-manggil suaminya sambil berlari kecil mencarinya. Beberapa kali ia mendapati sosok suaminya di kejauhan, namun tak kunjung ia menggapainya sebab Jun Ki terus melangkah pergi tanpa menoleh ke belakang lagi.

"Oppa, jangan pergi ... Aku takut ..."  tangis Azrina sudah pecah sejak tadi.

Ia mulai kelelahan, seluruh tubuhnya terasa perih. Ilalang yang ia lewati ternyata berduri tajam sekali. Entah bagaimana ilalang dalam mimpinya ini memiliki duri yang sanggup melukai dengan sekali goresan dan sayatan pada permukaan gaunnya. Sekujur tubuhnya terluka. Membuat gaun broken white nya kini berhias noda darah hampir di setiap bagian. Azrina terus berlari menahan rasa sakitnya, disingkapnya gaunnya agar bisa berlari lebih kencang, memperlihatkan kakinya yang entah dimana ia menanggalkan wedges nya. Hanya kaos kaki yang tidak lagi sempurna menutupi kakinya

Jeritnya kini menjadi rintih, jatuh bertumpu pada kedua lututnya, mengumpulkan sisa tenaga untuk sekali lagi meneriakkan nama suaminya. Namun lelaki yang mendengar sayup-sayup dari pantulan suara istrinya itu tak juga menghentikan langkahnya.

Azrina menolak untuk mempercayai mimpi itu sebagai isyarat terjadinya sesuatu yang buruk di dunia nyatanya. Bagaimanapun, mimpi hanyalah mimpi. Bunga tidur yang segera akan ia lupakan. Bahkan mimpi itu terlalu mengerikan untuk sebutan bunga.

Sayangnya, mimpi itu menyambanginya terus menerus. Seolah meyakinkan bahwa ia harus percaya--- sesuatu yang buruk terjadi dalam pernikahannya.
Puncaknya adalah malam ini, ketika ia terbangun dengan kondisi memprihatinkan. Wajahnya pucat, napasnya memburu. Suhu tubuhnya meningkat, detak jantungnya berpacu tak menentu. Dalam kesendirian, ia menangis tersedu.

Mimpinya berlanjut lagi, kali ini menayangkan dirinya dengan sisa-sisa daya, kembali bangkit dan melanjutkan langkah. Terseok, tersungkur, bangkit dan berjalan lagi. Begitu seterusnya hingga jaraknya dengan sosok Jun Ki tersisa hanya beberapa langkah.

For The Rest Of My Life [COMPLETED]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang