Februari 2018
GLENNA Darmadi terkunci di kamar kos Oscar Octavianus.
Tanpa Oscar.
Dan, tanpa ingatan.
Elna tak bisa mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Apa yang membawanya ke sini.
Putus asa, perempuan itu mencoba membuka pintu lagi. Mustahil pintu terbuka. Seseorang menguncinya. Memerangkapnya dalam kegelapan tanpa celah untuk keluar.
Siapa, siapa, siapa.
Serta, di mana Oscar?
Dua pertanyaan itu terus menari-nari di benaknya. Mengusik dirinya yang penuh ketidaktahuan.
Untuk satu detik, jantung Elna berhenti berdetak.
Pintu di hadapannya bisa dibuka.
Pintu yang sedari tadi berusaha dia buka tetapi tak bisa-bisa. Kini, tiba-tiba bisa dibuka.
Mengeluarkan suara berkeriut pelan dan membuat jantungnya berdebar lebih kencang. Dia menarik sedikit lagi, agar terbuka lebih lebar.
Sesuai ingatannya yang pernah datang ke sini beberapa tahun lalu, kamar Oscar berada di ujung dari lantai dua. Koridor di depan kamar cukup lebar serta panjang, dan kini lengang. Seluruh pintu tertutup dan entah apakah penghuninya di dalam atau di luar.
Sayup-sayup, terdengar suara tawa. Bersusulan.
Membuat Elna membeku sesaat. Dia menarik napas pelan dan memerhatikan. Mungkin memang sedang mati listrik karena tak ada lampu menyala. Hanya kecupan samar sinar bulan yang masuk lewat jendela besar di ujung lain lorong.
Elna ingat, setelah deretan kamar ini, ada area duduk dengan jendela besar tersebut. Dan benar saja, di sana Elna melihat beberapa nyala dari layar ponsel. Beberapa orang duduk mengobrol. Elna berjalan cepat menuju tangga ke lantai satu, berharap tak ada yang menyadari ada siluet bergerak.
Tapi, memangnya mereka peduli? Siapa yang begitu tak sopan menanyai seseorang yang bisa hampir dipastikan adalah tamu teman kos mereka?
Perempuan itu berhasil turun tanpa tercegat. Untungnya, area duduk lantai 1 kosong. Barangkali karena area duduk lantai dua lebih besar, para penghuni memilih nongkrong bersama di atas. Dia segera membuka pintu depan dan terkesiap kaget.
Seorang wanita dan pria duduk di teras. Memandangnya.
Sepertinya mereka adalah pengurus kosan ini. Elna merasakan mereka memerhatikannya. Mungkin berpikir. Menilai. Mengira-ngira.
Sang wanita berdiri dan tersenyum. "Pulang, Mbak?"
"Iya," sahut Elna, agak terlalu lama berjeda.
"Habis dari siapa?" Wanita berambut ikal pendek itu memang masih tersenyum. Matanya yang agak berkilau terkena cahaya bulan pun terlihat ramah. Namun, Elna tak bisa memastikan. Apakah sungguh orang-orang ini tak mencurigainya. Apakah sungguh mereka hanya beramah-tamah.
"Oscar."
"Oooh, temannya Oscar. Eh, atau pacarnya?" Lalu, wanita itu tertawa sendiri.
"Hehe." Elna memaksudkan itu sebagai tawa kecil, tapi malah terdengar seperti mengejanya. "Mari." Langkahnya buru-buru. Dia tak ingin pengurus tersebut memanggilnya saat baru terpikir untuk menguak lebih jauh. Atau, seseorang berbahaya menemukannya.
Namun, Elna sempat mendengar wanita tersebut bicara pada pria di sebelahnya, "Sudah lama juga nggak lihat Oscar."
Benar, bisa saja itu hanya kebetulan. Kebetulan Oscar berangkat ke kantor tanpa berpapasan dengan pengurus kosan. Kebetulan Oscar pulang tanpa bertemu pengurus kosan. Kebetulan Oscar nyaris tak pernah di luar kamar.
Namun, pikiran lain mengusik Elna.
Ada satu kemungkinan lain mengapa pengurus kosan tidak bertemu Oscar.
Dan kemungkinan itu, lebih menakuti Elna dibandingkan ketika dia terkunci tadi.
***
Bulan lalu, Elna mulai bekerja di Fraweb Indonesia, perusahaan yang menerima permintaan klien untuk membuat website atau aplikasi. Elna menjadi bagian divisi Account Executive.Menjembatani klien dengandeveloper serta designer Fraweb adalah salah satu tugasnya.
Elna memang merasa dunia baru ini akan memberinya banyak kisah menarik.
Namun, tak disangka, hal menarik itu terlalu ekstrem.
Dimulai dari menyadari dia berada dalam satu kantor bersama lelaki yang dulu pernah dekat dengannya, Oscar Octavianus.
Kemudian, mengetahui beberapa hal dari obrolan dengan lelaki tersebut. Obrolan yang awalnya dia hindari tapi terjadi juga.
Dan baru tadi, sempat terkunci di kamar Oscar. Namun, tanpa jejak Oscar. Dan, tanpa ingatan apa yang membawanya ke sana.
Pertanyaan demi pertanyaan terus memenuhi benak Elna. Belum satu terjawab, bertambah satu lagi.
Apakah seseorang benar menguncinya di sana? Berarti, orang tersebut, entah mengapa, kemudian membuka kuncinya?
Ataukah pintu itu hanya macet dan akhirnya berhasil dibuka Elna?
Setibanya di apartemen, dia memastikan beberapa kali bahwa dirinya aman. Pintu terkunci, jendela masih terkunci—bukannya ada yang bisa mengganggu karena dia di lantai 7; hanya memastikan—dan tak ada penyusup.
Dia mengernyit melihat ponsel di atas nakas samping tempat tidur.
Ponselnya ada di sini.
Dompetnya ada bersamanya sehingga tadi dia bisa membayar ongkos angkutan umum.
Dua benda itu selalu dia bawa bila keluar kamar apartemen.
Tetapi, ponselnya ada di sini.
Elna segera mengeceknya. Tidak ada yang aneh. Dia lalu menghubungi nomor Oscar.
"The number you are calling is not answering...."
Elna merasa semakin tak nyaman. Dia berganti pakaian menjadi baju tidur, berharap pikirannya bisa lebih relaks. Kembali dihubunginya Oscar, sembari duduk gelisah di kasur berseprai hijau muda.
Dia mengenal Oscar ketika mereka satu SMA. Dan saat kuliah di tempat berbeda, mereka malah mulai dekat.
Kedekatan itu membahagiakan. Juga menghancurkan.
Suatu hal yang besar, membuat Elna memutuskan untuk mengakhiri kedekatan mereka tahun lalu. Sejak itu, Oscar masih beberapa kali mencoba bicara dengannya, tetapi tak ditanggapi. Dan begitu mereka satu kantor, Oscar terus mencoba bicara.
Satu hal yang Elna tahu, Oscar belum berubah.
Baik itu apa yang membuat Elna mengakhiri mereka, bagaimana perasaan Oscar terhadapnya, bagaimana Oscar memperlakukannya, semua itu belum berubah.
Masih seperti Oscar yang dulu.
Elna tahu, bukan Oscar yang menguncinya di kamar Oscar. Bukan lelaki itu yang membawanya ke sana dan membuatnya kehilangan bagian ingatannya.
Oscar tidak akan melakukan itu.
Oscar selalu menghargai pilihannya. Oscar tidak akan mengganggunya seperti itu.
Ada orang lain di balik ini semua.
Oscar, lo di mana? []
KAMU SEDANG MEMBACA
[URBAN THRILLER] Jacq - Every Wrong Thing (SUDAH TERBIT)
Mystère / ThrillerElna mendadak bangun di ruangan Oscar, lelaki yang dahulu disukainya. Ruangan gelap, sunyi, dan semua pintu terkunci. Elna tidak ingat, bagaimana dia bisa sampai di sana. Apa yang sebenarnya terjadi?