A Thing at His Place

539 67 1
                                    


Februari 2018

Sungguh, Oscar tidak meninggalkannya untuk lega berkepanjangan. Semua itu masuk akal. Elna yang kehilangan potongan ingatan, Oscar yang tak ada dan tak beri kabar, Oscar yang bersikap tak biasa.

Bukan tipe lelaki itu ingin menyusahkan Elna atau membebani pikiran Elna.

Oscar sungguh menghilang.

Dia tidak cuti.

Berarti, Audrey bohong?

Sikap perempuan berambut sepinggang itu kerap dipertanyakan Elna. Khususnya senyum miring yang sering tercetak di bibirnya.

Apakah Audrey punya masalah dengan Oscar?

Cerita masa lalu?

Namun, Elna kesulitan membayangkan dua sosok itu pernah bersama. Audrey menyibakkan rambut superpanjangnya sembari tersenyum miring, sementara Oscar merapikan asal poni birunya dan tersenyum lembut.

Sulit membayangkan Oscar menyukai Audrey.Mungkinkah perempuan itu menyukai Oscar sepihak? Dan mungkin penolakan Oscar membuatnya tersinggung?

Tentu saja semua itu mungkin. Termasuk mereka yang pernah saling suka. Elna terlalu naif bila berpikir Audrey dan Oscar tidak mungkin pernah dekat. Dia hanya terlalu egois. Dia menginginkan perasaan Oscar hanya padanya. Dahulu, sekarang, dan barangkali hingga nanti.

Elna tahu, terlalu polos jika mengharapkan Oscar hanya menyukainya. Semua itu telah terbukti lewat kenyataan kebersamaan Oscar dan Lila, seperti yang dulu pernah mereka bahas.

Elna membuka ponselnya dan melihat kotak masuk.

Cari gue, please.

Kemarin, entah berapa lama dia memandangi pesan itu. Nomornya memang seketika tak bisa dihubungi, seperti sebelumnya. Namun, sebaris pesan tersebut sanggup mengubah segalanya.

Oscar mungkin disekap seseorang. Dua kali, dia bisa menggunakan ponselnya. Pertama, menelepon Elna tapi tak terangkat. Kemudian, mengirim pesan. Selebihnya, dia tak bisa menggunakan ponselnya. Mungkin penyekapnya telah mengambil ponsel itu sejak awal. Suatu ketika, Oscar bisa merebutnya kembali, tapi tak berhasil lama.

Elna tahu Oscar tidak bergaul dengan banyak orang. Tak mengherankan dialah yang dituju Oscar ketika bisa mengakses ponsel. Namun, mungkin saja Oscar tak langsung yakin untuk menghubunginya. Mungkin saja Oscar tak ingin menempatkan Elna pada bahaya. Itu sudah sifatnya.

Namun, mungkin Oscar sudah buntu dan sangat terdesak. Hanya Elna harapannya.

Gue merasakan kehilangan yang teramat besar. Gue mengkhawatirkan lo, sementara gue nggak tahu mesti menghubungi siapa. Lo nggak dekat dengan siapa-siapa. Orang kantor, orang kosan, keluarga.

Apa di sana lo takut?

Apa di sana lo berusaha mencari jalan keluar? Jendela yang terbuka, pintu yang tak berpenjaga?

Apa tangan dan kaki lo diikat? Mulut lo dilakban?

Apa orang itu mukulin lo? Membuat lo berdarah dan memar di mana-mana tanpa lo punya kesempatan buat membalas?

Apa lo kelaparan, Car? Haus? Panas? Dingin?

Air mata Elna mulai jatuh. Turun melewati pipi, hingga ke rahang.

Saat itu, beberapa bulan setelah kita dari Tahura, waktu kita pisah karena kesadaran gue, gue kehilangan lo, Car. Dan ternyata kita ketemu lagi di kantor, terus kita ngomongin hal yang sama, gue kehilangan lo untuk kedua kali.

Saat ini, Car, gue kehilangan lo lagi. Gue nggak mau ini kembali terjadi. Tapi kayaknya itulah yang akan terus berulang, kalau kita dekat.

Tapi gue nggak mau kita nggak dekat, Car. Gue nggak mau kehilangan lo lagi. Gue akan mencari lo, menemukan lo, dan menjaga lo tetap di sisi gue, seperti yang selama ini ingin lo lakukan.

Elna membersihkan wajahnya di kamar mandi, lalu menuju lemari pakaian. Dia harus melakukan apa pun yang terpikirkan.

***

Berada di kawasan Cisitu Baru lagi membuat Elna menajamkan inderanya. Indera penglihatan, pendengaran, hingga penciuman. Tak jauh dari kosan Oscar, dia berdiri di pinggir jalan dan memejamkan mata.

Dia berusaha memutar ulang kejadian hari itu. Bila dia memang berada di daerah sini, barangkali dia bisa ingat.

Mata Elna terpejam, dan berkelana. Saat itu dia merasakan hangat di lengan, tidak dingin, tidak tersengat matahari. Di kejauhan, dia mencium aroma..., Elna mencoba mengetahui lebih dalam, aroma seperti jajajan gorengan. Suara..., tidak ada suara yang didengarnya. Ada. Ada suara. Namun, terdengar begitu jauh. Segerombolan anak yang mungkin sedang main bola.

Perlahan, Elna membuka mata. Dia merasa memang ke sini hari itu. Dan mungkin saja saat sore. Tetapi, bagaimana bisa dia tak ingat dia menuju ke sini?

Dia berbincang dengan Oscar di kafe dekat apartemennya di Pasteur pada siang hari. Kemudian, entah apa yang terjadi.

Elna menatap bangunan kosan Oscar, tidak melihat siapa-siapa di teras, lalu mendekat. Kaitan pagar terpasang, tapi tidak bergembok. Elna melirik sekeliling lagi, kemudian membuka pagar pelan-pelan. Dia berusaha cepat, tapi juga menjaga agar tidak menimbulkan suara.

Dia sampai di pintu, dalam hitungan singkat memikirkan alasan yang akan dia lontarkan bila tepergok.Ketemu Oscar. Hanya itu yang terlintas.

Dibukanya pintu depan kosan, pelan-pelan tapi juga berusaha cepat, serta menahan napas. Tak ada orang.

Salah. Elna melihat ada orang di dapur, bagian belakang kosan, dan Elna segera berlari ke tangga. Di lantai dua, tak mau melihat orang lagi dan membuat sport jantung, dia langsung menuju kamar Oscar dan membukanya.

Kamar itu bisa dibuka. []

[URBAN THRILLER] Jacq - Every Wrong Thing (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang