Mereka berempat pun hanya bisa pasrah dan sesekali menghela nafas melihat Melly yang begitu tidak mengerti dengan hal yang barusan terjadi. Menurutnya itu adalah hal yang wajar, karena ibu gurunya saat dia menempuh pendidikan tingkat sekolah dasar pernah mengatakan malu bertanya sesat di jalan. Tetapi, dulu saat Melly terus-terusan bertanya, Abel pun dengan ketus menjawab kebanyakan tanya gue srampang mulut lo pake sepatunya Bobi. Tentu saja Melly takut dibuatnya, karena Bobi teman SMP nya itu memiliki sepatu berukuran 44 dengan bau luar biasa sedap.
Melly pun dengan polosnya kembali bertanya kepada ketiga sahabatnya dengan berbisik-bisik agar seniornya yang galak melebihi anjing tetangga itu tidak kedengaran, jika kedengaran maka yang terjadi hukuman mereka pasti ditambah.
"Kenapa sih itu orang marah-marah? Kan gue tanya, kok gue malah dimarahin?" Bisik Melly kepada ketiga sahabatnya dengan suara sangat pelan tetapi masih terdengar polos. Yang membuat ketiga sahabatnya semakin geram.
"Udah lo diem aja" perintah Vera pada Melly yang membuat Melly seketika bungkam.
"KENAPA KALIAN MASIH DIAM? MAU DITAMBAH HUKUMANNYA?!" Sentak Kak Dira, senior OSIS yang ternyata merupakan Waketos (wakil ketua osis). Mereka pun mulai menjalankan hukumannya. Seluruh pasang mata di sekitar lapangan dan koridor menatap mereka. Banyak sekali kata-kata yang terlontar untuk mereka. Baik berupa memberikan semangat sampai yang memberikan cacian.
Duh kasian banget ya mereka
20 kali putaran? Gila aja tuh senior? Lapangan segede gaban gitu?
Rasain! Salah sendiri banyak bacot dari tadi!
Emang mereka pantes dapetin itu. Salah siapa dari tadi caper bikin keributan. Dasar sok cantik.
Dari segala kata-kata yang ada. Mereka berempat tak memusingkan itu. Karena sudah pernah menjadi sorotan selama menempuh pendidikan SMP. Bukan hanya pernah, melainkan sering. Segala yang berhubungan dengan Abel si cewek bermulut super pedas dan cerdas, Aluna gadis cuek dengan wajah sangat manis, Melly si lemot yang memiliki wajah imut, dan Vera si sekretaris OSIS yang friendly.
Sampai di putaran ke 15 mereka mulai merasa sangat kelelahan. Selain karena teriknya matahari mereka semua juga belum sarapan. Karena rencananya ingin membeli makanan di kantin sekolah baru mereka yang ternyata hanya menjadi wacana. Mereka berlari sembari membayangkan betapa segarnya es teh dipadu dengan bakso yang ditambah sedikit sambal, saos, dan kecap yang menambah kenikmatan makan siang.
Dari kejauhan nampak seorang lelaki memandang ke arah lapangan. Lebih tepatnya ke arah cewek berambut ombre yang berlari memimpin ketiga temannya. Dilihatnya ekspresi cewek itu cuek-cuek saja disaat ketiga temannya sudah mengusap-usap keringat di dahi berkali-kali. Cewek itu membiarkan keringatnya jatuh dengan sendirinya dan berlari dengan tampang datar yang entah mengapa justru menambah daya tarik untuk lelaki itu. Lelaki itu menarik sudut bibirnya untuk senyum tipis yang sangat jarang ia tunjukkan kepada orang lain.
"Huh, dasar senior laknat. Mending gue apalin rumus fisika daripada lari kaya gini!" Seru Abel karena sudah tidak kuat. Yang disetujui oleh Vera dan Melly. Mereka bertiga tidak menyadari bahwa Aluna lebih capek dari mereka. Karena perutnya tidak terisi makanan dari kemarin malam, sebab ia ketiduran hingga terbangun saat pagi hari.
Brakkk
Suara ambruk membuat Vera, Melly, dan Abel menghentikan keluh kesah mereka dan melihat Aluna sudah ambruk.
"ALUNAAA!" Teriak mereka bertiga bebarengan. Mereka bertiga kalang kabut mencari bantuan. Hingga menemukan seorang lelaki dibawah pohon yang melihat ke arah mereka. Abel pun dengan cepat menyuruh lelaki itu.
"EH COWOK DIBAWAH POHON! CEPET BANTUIN TEMEN GUE PLIS!" Teriak Abel memohon. Lelaki itu pun berlari sekuat tenaga dan membawa Aluna ke UKS SMA Mahakam dengan menggendongnya ala bridal style. Setelah penanganan oleh beberapa anggota PMR. Aluna pun tersadar dari pingsan dan menemukan mata seorang yang asing baginya.
"Lo siapa?" Tanya Aluna lirih.
Hai! Sorry typo!
20 April 2018