limo las

95 12 0
                                    

mulmed: Alex Lange as Fahri Aditya

Happy reading!
*

Perjalanan menuju coffee shop hanya memakan waktu sekitar 5 menit. Mengingat lokasi cafe itu sangat dekat dengan SMA Mahakam.

Aroma harum kopi menjadi penyambut yang baik saat Aluna dan Satya memasuki cafe.

Banyak muda mudi yang sedang menghabiskan waktunya di sana.

Ada yang sekedar nongkrong, ada yang berkumpul dengan keluarga, dan yang paling parah ada yang hanya memesan secangkir kopi tetapi menghabiskan banyak waktu untuk memanfaatkan wifi gratis yang disediakan.

Fahri segera mengedarkan pandangannya dan menemukan tempat yang pas bagi mereka berdua. Dua bangku saling berhadapan dengan satu meja di tengah-tengahnya. Meja yang ia pilih ada di sebelah jendela dan berada di sudut coffee shop.

Setelah sampai di meja yang diinginkan, mereka pun segera berunding ingin memesan apa dan akan segera berbincang.

"Mbak, mochaccino satu sama espresso satu ya," sebut Fahri pada pelayan di depannya yang mendapat anggukan dari si pelayan. Pelayan tadi segera pergi dari hadapan Aluna dan Fahri.

"Jadi lo mau bicara apa?" tanya Aluna.

"Jadi gini, Lun. Sebelumnya maafin gue ya, karena biasanya makanan sama hadiah apapun yang lo kasih ke Fahri itu gue yang nampung semuanya-" ucapan Fahri terpotong oleh jawaban Aluna.

"Gue udah tau," ucap Aluna santai. Berbeda dengan Fahri yang terkejut karena jawaban Aluna. Bayangan Fahri tadi Aluna akan memarahi nya habis habisan dan tidak mau sebangku dengannya lagi. Atau mungkin lebih menyeramkan dari itu?

Fahri yang masih tercengang dengan membuka mulutnya ia membuat Aluna terkekeh kecil.

"Terus mau ngobrolin apa lagi?" tanya Aluna membuat Fahri sadar atas ekspresi bodohnya itu.

"Sebenernya lo itu ngapain sih Lun ngirimin si Satya hadiah hampir tiap hari? Ya mungkin biasa buat penggemarnya tuh bocah kalo kasih hadiah terus, tapi ini elo, temen gue. Emang lo salah satu penggemar Satya? Atau lo kenal Satya?" tanya Satya berbelit belit.

"Maybe," ucap Aluna sambil menggedikkan bahunya. Jawaban itu membuat Fahri semakin bingung.

"Lah maksutnya? Hubungan lo itu apa sama Satya?" tanya Fahri semakin penasaran.

"Jadi gue itu punya sahabat kecil dulu, dia itu namanya Satya. Dan gue yakin kalo Satya temen lo itu lah sahabat kecil gue," jelas Aluna sambil tersenyum tipis.

Fahri yang mendengar hanya mengerutkan kening, tidak menyangka Satya punya sahabat masa kecil, cewe lagi.

"Tapi kan lo gapernah dianggep sama dia, Lun? Emang lo gak sedih gitu?" tanya Fahri.

"Gapapa, ntar dia juga pasti inget, entah kapan, hasil gak mungkin menghianati usaha kan?" ujar Aluna membuat Fahri sedikit terpaku padanya.

Fahri bisa merasakan kesedihan yang dirasakan Aluna, meskipun ia tak bisa membaca fikiran tapi mata Aluna menjelaskan semuanya. Banyak sekali hal-hal yang membuat hidup Aluna semakin sulit seperti saat ini.

"Iya juga sih, kalo gitu lo gak coba ngobrol langsung gitu sama dia?" tanya Fahri.

"Hmm, kayaknya sih-" ucapan Aluna terputus karena ia merasakan getaran di saku rok abu-abunya.

"Ya?"

"Oke"

"Iya pulang sekarang"

Aluna pun menyesap mochaccino nya yang belum habis.

"Gue balik duluan ya Ri," ucap Aluna berpamitan.

"Gue anter aja, mau?" tawar Fahri.

Aluna menimbang-nimbang keputusannya. Jika ia menunggu taksi pasti akan menghabiskan waktu lama, jadi tak apalah ia diantar Fahri. Lagi pula hemat ongkos.

"Yaudah deh," ucap Aluna.

Mendengar jawaban Aluna, Fahri segera membayar bill pada kasir. Setelahnya mereka berjalan keluar coffeshop dan segera menuju ke rumah Aluna.

Usai mengantar Aluna ke rumahnya Fahri langsung pulang dan bergegas ingin tidur karena sangat capek seharian ini.

Tanpa melihat ke arah ruang tamu, Fahri langsung melangkahkan kakinya menuju kamar seusai mengucap salam.

"Ri," panggil seseorang yang membuat Fahri menghentikan langkahnya.

"Eh lo, Sat. Ngapain?" tanya Fahri.

"Harusnya gue yang tanya lo tadi ngapain sama tuh cewek?" tanya Satya sambil tersenyum tipis. Tak pernah sekalipun ia melihat sahabat karibnya itu bergoncengan dengan perempuan.

"Oh, Aluna? Tadi gue ngomongin lo, hehe," ujar Fahri cengengesan.

"Gue? Ngapain bahas gue?" tanya Satya.

"Ada lah, pokonya," ucap Fahri dengan nada menjengkelkan.

"Oh iya, gue kesini mau ngomongin sesuatu," ucap Satya dengan nada serius.

"Apaan?"

"Gue mau ngambil surat-surat yang dikasih Aluna,"

Mendengar hal itu sontak membuat Fahri kebingungan. Sejak kapan temannya itu mau membaca surat dari penggemarnya. Dan ini Aluna? Mana mungkin.

"Buat apa?" tanya Fahri dengan nada menyelidik.

"Ada lah, pokonya," ucap Satya menirukan gaya bicara Fahri.

Mendengar itu Fahri langsung memukul keras bahu Satya, sebal karena ucapannya tadi dibalik oleh Satya saat ia benar-benar ingin tahu.

"Yang bener dong, Sat," sembur Fahri gemas dengan sahabatnya itu.

"Gue mau ngaku-ngaku jadi sahabat kecilnya dia, keren gak?"

*
*
*
*
*

IF I CANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang