"Lo mau disitu sampe kapan, Lun?" Ujar Devon. Aluna yang sedang melamun pun tidak mendengar apa yang diucapkan Devon dan terus duduk di belakang Devon sambil memegang sling bag-nya.
"Aluna?" Panggil Devon sekali lagi.
"Eh iya? Apa?" Ucap Aluna tersadar dari lamunannya.
"Ini udah sampe, kan lo mau ke cafe itu tuh! Gue mau ke gramedia dulu" Terang Devon yang membuat Aluna mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan baru menyadari kalau ia sudah sampai.
"Eh iya, makasih ya, Von" Ucap Aluna berterima kasih dan tanpa menunggu jawaban dari Devon, ia sudah berjalan ke arah cafe yang terlihat ramai didominasi anak SMA dan Mahasiswa. Aluna melihat ke arah jam tangan silver-nya dan melihat kira-kira ia terlambat berapa menit. Mengingat dalam perjalanan tadi lumayan macet karena weekend.
Jam 10.10
Aluna terlambat 10 menit, ia pun menghela nafas lega karena tidak terlalu terlambat. Tetapi yang menjadi masalah adalah Melly yang sudah menunggu sejak berpuluh-puluh menit yang lalu. Aluna membuka pintu cafe dan langsung ada bunyi nyaring karena ada lonceng yang terletak tepat di bagian atas pintu masuk cafe. Ia pun mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru cafe untuk mencari ketiga sahabatnya. Nuansa zaman dahulu langsung masuk ke dalam indra penglihatan Aluna, karena cafe yang sedang ia pijak saat ini adalah jenis cafe vintage.
Aluna menemukan ketiga sahabatnya di sebuah meja yang memang disediakan untuk empat orang. Ia bergegas menuju ke tempat ketiga sahabatnya duduk dan melihat ekspresi Melly yang cemberut."Eh maaf gue terlambat, macet banget tadi," Ucap Aluna.
"Masa terlambat sampe berjam-jam, kalian ih!" Seru Melly kesal.
"Ya lo nya sendiri, janjian jam berapa dateng jam berapa," Ucap Vera ikutan kesal.
"Udah deh, kita kan mau have fun." Ucapan Abel menyadarkan ketiganya kalau mereka ingin bersenang-senang di pagi hari ini.
"Yaudah, eh sebenernya kita mau kemana sih? Kan gaada tujuan." Tanya Melly mengedarkan pandangan kepada ketiga sahabatnya, yang ditatap hanya meringis kecil dan tidak tau juga mau kemana.
"Nyari novel yuk!" seru Vera karena ia sedang mencari novel yang diincarnya sejak minggu lalu. Ia sudah mengecek di Instagram penulisnya dan tertera novel yang diinginkannya sudah diperjual belikan di seluruh gramedia di Indonesia. Pendapat Vera disetujui anggukan penuh semangat dari Abel dan Aluna. Namun tidak dengan Melly.
"Yah, masa jauh-jauh dari rumah kesini cuman mau beli buku sih? Kita katanya mau have fun? Baca buku ga bikin gue fun, yang ada gue ngantuk!" Gerutu Melly karena ia tidak suka membaca, apalagi membaca novel yang digemari teman-temannya. Menurutnya novel itu membosankan karena tidak ada gambarnya.
"Ih ribet banget sih lo, yaudah nanti pulang dari beli novel kita jalan-jalan. Nonton mungkin?" Vera kembali memberi pendapat agar temannya yang sangat manja itu tidak semakin menjadi-jadi. Melly yang mendengar itu pun langsung mengangguk setuju dan langsung mengecek ponsel untuk memesan tiket film yang ia inginkan. Tanpa peduli teman-temannya, ia menundukkan kepalanya fokus pada ponsel sembari berjalan menuju gramedia mengikuti keinginan teman-temannya.
🐣
Sesampainya di gramedia, Vera, Abel, dan Aluna berpencar mencari novel keinginan mereka. Meski sama-sama hobi membaca novel, ketiganya memiliki novel kesukaan masing-masing. Aluna yang langsung menuju novel genre thriller, lain halnya dengan Vera yang menuju rak novel di sebrang rak yang dituju Aluna, ia langsung melihat kumpulan novel genre teen fiction. Untuk Abel pastinya ia menuju ke tumpukan novel genre science fiction. Melly yang melihat binar senang pada mata ketiga sahabatnya itu hanya terheran-heran. Apa enaknya sih baca novel? batin Melly dalam hati. Ia langsung menuju tempat duduk dan memanfaatkan wifi yang ada untuk stalk berbagai orang yang muncul di explore instagram-nya.
Hampir satu jam setengah Melly menunggu temannya dan akhirnya ia senang melihat Aluna yang sudah menuju kasir untuk antre. Melly memicingkan matanya melihat Aluna yang terlihat sedang berbicara dengan seorang lelaki yang membawa action figure di tangannya.
"Satya?" Sapa Aluna pada lelaki di hadapannya. Yang disapa hanya mengernyitkan dahinya dan memutar bola matanya malas. Dia lagi, dia lagi. Batin Satya jengkel. Ia tidak mengenal perempuan di hadapannya, tetapi ia rasa perempuan itu mengenalnya.
"Satya? Boleh ngobrol bentar?" Tanya Aluna penuh harap. Satya semakin risih berada di samping Aluna dan segera pergi. Ia sempat berpikir apakah itu teman SMP nya atau teman SD. Tapi ia rasa, ia tidak pernah punya teman seperti itu. Sehingga ia menepis pemikirannya dan beranggapan perempuan itu adalah salah satu dari sekian banyak penggemar Satya. Satya pun keluar dari gramedia tanpa menghiraukan teriakan Aluna. Sabar Lun, sabar. Batin Aluna memberi semangat pada dirinya.
Hai!
20 Mei 2018