limo

191 29 7
                                    

Hari kedua MOS berjalan dengan baik sekaligus ditutup dengan sambutan kepala sekolah dan Ketua OSIS SMA Mahakam. Kesan pesan pun terlontar dari mulut Ketua OSIS dengan lantang. Setelah acara penutupan MOS selesai, siswa-siswi baru pun segera menuju ke mading untuk melihat kelas apa yang mereka dapatkan, jurusan, dan siapa yang akan mereka jadikan teman sebangku untuk setahun kedepan. Aluna yang melihat pemandangan berdesak-desakan hanya mendesah malas dan menyuruh ketiga sahabatnya saja agar melihat ia akan ditempatkan di kelas mana.

"Lo pasti mager kesana kan?" Ucap Melly yang sudah sering melihat ekspresi Aluna dengan muka tertekuk dan datar yang menandakan ia sangat malas untuk melakukan sesuatu. Pertanyaan Melly pun hanya ditanggapi Aluna dengan anggukan kepala malas.

Mereka bertiga segera menuju ke arah mading yang terletak diantara ruang guru dan ruang Kepala Sekolah. Mereka pun melihat-lihat ke deretan jurusan IPA terlebih dahulu. Vera dan Abel menjerit senang karena berada di kelas yang sama. Mereka berdua juga satu kelas dengan Aluna. Yaitu kelas X IPA 1. Saat mereka berdua berlonjak kegirangan sambil tos, Melly hanya meluruhkan bahunya karena tidak satu kelas dengan ketiga sahabatnya. Yang membuat ia kembali mencari namanya diantara banyaknya siswa-siswi yang semakin ramai. Banyak sekali kata-kata yang terlontar. Ada yang senang bisa sekelas dengan teman semasa SMP, Abel dan Vera contohnya. Ada yang bisa sekelas dengan orang yang diincar selama masa MOS. Bahkan ada yang sudah syukur bisa diterima di jurusan yang diinginkan. Parahnya lagi, ada yang tidak mau melihat ke arah mading. Karena menurutnya bisa diterima di SMA swasta Favorit seperti SMA Mahakam adalah suatu kebahagiaan yang tiada duanya.

"Yah gue masuk IPS 1" Ucap Melly sedih. Abel dan Vera yang awalnya kegirangan langsung mengalihkan pandangannya ke arah Melly yang sedang sedih.

"Gapapa kali Mel, kita kan juga masih bisa barengan. Berangkat bareng, pulang bareng, ke kantin bareng, atau main bareng gitu!" Seru Vera ceria memberi semangat kepada Melly. Abel yang melihat ekspresi Melly pun ikut memberi semangat padanya.

"Betul tuh kata Vera, udah ah ga masalah juga kan?" ucap Abel.

"Apa gue ngerjain tesnya dulu ga bener ya? Apa gue kurang belajar?" Ucap Melly menyalahkan dirinya.

"Ga gitu, mungkin lo kurang beruntung aja Mel! Lagian kalo masuk IPS lo juga bisa wujudin mimpi lo jadi psikolog itu. Kan lebih gampang." Ucap Aluna saat mendengar keluhan Melly yang berjalan kearahnya dengan wajah murung. Perkataan Aluna menjadi semangat sendiri bagi Melly. Ia pun kembali semangat dan mengajak ketiga temannya untuk mengantarnya ke kelas barunya. Setelah Melly sampai kelas X IPS 1, Aluna dan kedua temannya berjalan ke arah kelas X jurusan IPA dan menemukan kelasnya.

"Eh gue duduk sama Abel ya Lun? Lo di depan kita aja gapapa kan?" Ucap Vera pada Aluna.

"Iya gapapa." ucap Aluna menyetujui. Ia pun menuju mejanya dan menemukan dua orang yang saling mengobrol akrab. Dan yang membuat Aluna terkejut adalah saat ia menemukan lelaki yang kemarin ia temui di kantin.

"Satya?" Ucap Aluna refleks sambil menatap kearah dua lelaki yang mengobrol itu. Yang membuat keduanya menoleh dengan kerutan di dahi. Orang yang disebut Aluna dengan panggilan Satya pun langsung meninggalkan tempatnya mengobrol dan membuat teman lelakinya bingung. ini cewe kenal Satya? ucap lelaki itu di dalam hati.

Hai!
Sorry typo!

25 April 2018

IF I CANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang