Melly yang menyadari Aluna diabaikan oleh lelaki yang dilihatnya tadi pun langsung bergegas menuju tempat Aluna berdiri di depan kasir."Eh Lun, tadi itu siapa? Kok gue gak tau lo punya temen cowok?" tanya Melly pada Aluna dengan tingkat keingin tahuan yang tinggi. Karena selama berteman dengan Aluna tiga tahun pada masa SMP ia tidak pernah melihat Aluna berteman dengan lelaki. Dan untuk memastikannya ia bertanya langsung pada Aluna.
"Eh? Ntar aja gue ceritain," papar Aluna sedikit kaget karena Melly sepertinya mengetahui saat Aluna berbincang dengan Satya, ralat lebih tepatnya berbincang sendiri karena tidak ada satu pun respon dari Satya. Yang didapat Aluna hanya sebuah kerutan di dahi Satya dan ekspresi tidak suka Satya yang sangat ditunjukkan tadi saat Aluna berkata ingin mengobrol dengannya. Apa mungkin Satya hilang ingatan? Rasanya tidak mungkin. Memikirkan hal itu membuat Aluna melamun cukup lama hingga suara teman-temannya menyadarkannya.
"LUN!" teriak Melly tepat di wajah Aluna yang membuat Aluna langsung tersadar dari lamunannya tentang Satya. Aluna mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru gramedia dan mendapati hampir seluruh pengunjung menatap ke arah mereka dengan tatapan tidak suka dan risih. Aluna yang melihat itu langsung jengkel pada Melly.
"Lo ngapain sih Mel teriak-teriak? Gue denger kali," gerutu Aluna.
"Denger apaan? Dari tadi tuh mbaknya ngasih belanjaan buku lo yang seabrek itu. Dan lo gak ngerespon sama sekali. Gimana gue gak jengkel?" sembur Melly.
"Ya tapi kan gausah teriak-teriak Mel, semua orang ngelihatin tuh ke arah kita," terang Aluna sambil membayar belanjaan bukunya.
"Hehehe biarin deh, mereka juga gak kenal gue!" seru Melly cengengesan.
"Gue setuju kali ini sama lo, Mel. Ngapain mikirin kata orang? Mereka aja gak tau yang sebenernya. Kalo mikirin kata orang terus, bisa gila lama-lama. Gak tau faktanya aja udah nge-judge duluan. Dasar manusia," tambah Abel yang setuju pada pendapat Melly. Hal itu mendapat anggukan penuh semangat dari Vera yang menyetujuinya juga.
"Tumben lo sependapat sama gue, Abel Anastasya? Vera Fransiska?" tanya Melly heran.
"Ya karena gue juga sebel sama orang yang sok-sok an tau segalanya. Emang mereka Tuhan? Ya gak?" ujar Vera meminta pendapat.
"Betuuul!" ucap Aluna, Abel, dan Melly bebarengan.
"Btw tumben lo mikirin kata orang? Biasanya juga ga peduli," ucap Abel pada Aluna.
"Ya gapapa sih, gue lagi pengen peduli aja sama sekitar. Ntar dikira sombong," terang Aluna.
"Yee, lo juga kan udah dikira sombong dari jaman kita SMP!" seru Vera sambil tertawa yang membuat Abel dan Melly ikut tertawa karena untuk pertama kalinya mereka bisa mengejek Aluna.
"Masa?" tanya Aluna sambil mengerutkan dahinya pertanda tidak tahu.
"Iya, lo tuh pas kelas tujuh dianggep anak tersongong selama MOS. Pas kelas delapan dianggep adek kelas songong sama kakak kelas kita. Pas kelas sembilan dianggep sombong ke adek kelas karena lo gak pernah ngerespon kalo disapa adek kelas. Mantep gak tuh?" terang Melly panjang lebar. Aluna yang melihat itu pun tersenyum miring dan menjawab.
"BODO!" seru Aluna sambil tertawa terbahak-bahak dan berlari keluar toko buku yang sudah dikenal se Indonesia itu. Melly yang melihat itu langsung mengejar Aluna dengan perasaan sebal karena ia pikir Aluna benar-benar tidak tahu kalau Aluna dianggap sombong saat SMP.
Abel dan Vera yang masih berada di dalam pun hanya menggeleng-gelengkan kepala dan masih heran mengapa Aluna berubah secepat kilat. Merubah sikapnya kepada orang-orang sekitar dan sedikit jahil. Padahal Aluna yang mereka kenal dulu adalah Aluna yang masa bodo pada sekitarnya, Aluna yang tidak peduli apa kata orang, Aluna yang cuek akan penampilan.
Aluna sebenernya kenapa? batin Vera dan Abel secara bersamaan. Mereka akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Aluna.
*
*
*
*
*Hai! Vomments ya!
21 Mei 2018
