sewelas

121 19 7
                                    

Setelah acara kejar-kejaran tidak jelas, Melly yang tidak suka berolahraga khususnya olahraga lari pun langsung berhenti di depan toko. Ia memang memiliki sedikit gangguan pada jantungnya. Kalau dipaksakan ia bisa pingsan. Aluna yang sudah berada jauh didepan merasa tidak ada yang mengejarnya, lalu ia melihat dari kejauhan. Terlihat Melly yang sedang memegang dadanya sambil bersandar pada tembok sebuah toko roti. Melihat itu Aluna langsung berlari khawatir menuju Melly.

"Mel? Lo gapapa kan?" tanya Aluna sambil mengatur nafasnya yang tak karuan. Melly hanya mengangguk karena dadanya saat ini seperti ditimpa sebuah barang yang sangat berat. Melihat hal itu, muncul rasa bersalah pada hati Aluna. Seharusnya tadi ia tidak ceroboh seperti itu. Mengingat Melly pernah bercerita akan keadaan jantungnya yang jauh dari kata normal. Tetapi Aluna dan sahabatnya yang lain tidak mengetahui dengan pasti apa penyakit yang diderita Melly.

Abel dan Vera yang baru keluar dari gramedia melihat Melly yang sedang duduk dengan tangan berada di dada langsung ikut cemas, mereka berjalan menuju tempat Melly berada.

"Eh Mel lo kenapa?" tanya Abel cemas. Merasa tidak dijawab, Abel langsung mengalihkan perhatiannya pada Aluna dengan tatapan Dia kenapa?. Spontan Aluna menjawab dengan gelengan.

"Lo bawa obat gak Mel?" tanya Vera yang sudah paham akan situasi ini. Melly menggeleng lemah yang membuat ketiga temannya mendengus dan khawatir bila ada sesuatu yang terjadi dengan Melly.

"Kalo gitu kita gausah nonton ya? Ke rumah lo aja Mel, paling nggak nanti lo bisa minum obat terus nonton filmnya streaming aja," usul Vera yang dibalas anggukan setuju ketiganya.

Mereka pun bergegas mencari taxi yang bisa membawa mereka menuju rumah Melly.

"Gue sebenernya gak terlalu parah kok guys, kita nonton aja ya?" ucap Melly yang mendapat pelototan dari ketiga temannya.

"Gak!" seru mereka bebarengan.

🐣

Sesampainya di rumah Melly mereka langsung menyuruh Melly meminum obatnya agar tidak semakin parah. Setelah itu Melly mempersilahkan ketiga temannya untuk masuk ke kamarnya yang didominasi warna pastel.

"Yaudah yuk nonton, gue cari filmnya dulu," ucap Melly yang sudah fokus dengan laptopnya. Tiba-tiba ia mendesah keras karena wifi di rumahnya mati.

"Yah gimana nih? Masa wifi nya mati? Ini pasti Mang Didi belum bayar deh. Ah gimana dong?" keluh Melly dan meminta jawaban teman-temannya.

"Yah terus kita ngapain? Mana di rumah gabut lagi," Vera iku berkeluh kesah.

"Hm, mending kita girls time?" usul Abel.

"Hah? Beneran mau girls time? Gapapa sih, gue punya banyak masker kemaren abis dibeliin nyokap. Terus gue juga punya banyak make up, tenang aja punya gue yang teen semua make up nya. Jadi dijamin wajah kalian ga bakal ngelupas atau apapun itu. Terus gue juga ada macem-macem cream rambut gitu. Kalian juga bisa pake-" ucapan Melly terhenti karena dipotong Abel.

"Apaan sih Mel? Bukan girls time kaya gitu. Gue ogah kalo yang kaya gituan. Maksudnya kita kaya sharing-sharing aja gitu. Misal ada masalah biar kita bisa bantu. Gitu loh Melly kesayangan" terang Abel gemas pada Melly. Yang mendapat respon anggukan polos dan cengiran tanpa dosa dari Melly.

"Oke setuju!" ucap Vera. Ia mengalihkan pandangannya ke Melly meminta persetujuan tanpa kata-kata.

"Setuju!"

IF I CANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang