8. Bintang Jatuh

814 85 4
                                    

Serial SHALIH SQUAD – 8. Bintang Jatuh

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2017, 1 Januari

-::-

Queen bersyukur malam ini langit cerah. Sebab ia dan Bima sudah merencanakan kegiatan bersantai di atas loteng rumah mungil mereka, memandangi langit sembari menikmati kacang rebus sebagai camilan.

"Asin banget ngga, Mas?" tanya Queen saat Bima membuka satu kacang kulit yang sudah direbus dan diberi garam agar ada rasanya.

Bima menggeleng, mengunyah kacang rebus tersebut. "Enak kok."

"Alhamdulillaah... " desis Queen. Dia menekuk kedua kakinya sebelum mengambil kacang rebus lainnya. Tapi Bima keburu menyodorkan kacang yang sudah siap dimakan. "Makasih," ucap Queen pada suaminya.

Taburan bintang di langit terlihat begitu cantik. Pilihan menghabiskan Sabtu malam kali ini adalah permintaan Queen, selaku nyonya rumah. Tanggal tua juga sih, jadi sebaiknya menghemat pengeluaran.

Usai ijab qabul, Bima memboyong Queen ke rumah mungil yang dibeli oleh Bima dengan cara diangsur. Dibantu oleh Hamas sebagai sahabat baiknya, rumah mungil itu bisa ditempati Bima dan Queen usai prosesi akad nikah.

Dan Queen menerima apa pun yang diberikan Bima sebagai nafkah. Dia sudah dengar dari Nora seberapa banyak pemasukan Bima, dan sedikit banyak tentang gaya hidup pemuda asal Makassar itu.

Bagi Queen, itu bukan masalah. Sebab yang terpenting adalah bahwa Bima mengutamakan Allah di atas segalanya.

Pernikahan mereka juga terbilang sederhana, meski Qalbi meminta agar pernikahan Bima dan Queen dihelat sedemikian rupa.

Namun Queen menghormati keputusan Bima yang sangat berprinsip.

"Bintang jatuh kayaknya tuh, Mas!" Queen heboh. Dia paling suka dengan benda-benda langit. Pendaran cahaya yang tertampil begitu memikat. Cantik.

Setidaknya, demikian menurut pendapat Queen.

"Eh, Bintang Jatuh atau Meteor ya?" Queen bergumam seorang diri, sebab Bima sibuk mengupas kacang untuk dirinya dan sang istri.

"Memang ada bedanya?" tanya Bima yang tidak tahu menahu tentang langit dan asesorisnya.

"Ngga sih, Mas, hehehe. Sama aja keduanya," kata Queen. "Tapi katanya kalau ada bintang jatuh gitu, bisa bikin permintaan. Aku sih ngga tahu. Ngga pernah juga. Tapi tadi itu bintang jatuh bukan sih?"

Queen nyerocos sendiri, membuat Bima terkekeh geli.

"Meteor atau bintang jatuh itu bukan buat mengajukan permintaan, Ta..." kata Bima, melepas tawa juga akhirnya. "Kamu kebanyakan nonton film Taiwan ya?"

Queen memberengut. Mengalihkan wajah dan menarik napas panjang. Kepalanya yang terdongak kini membuat pandangannya menangkap kilauan bintang di atas sana.

"Mau tahu ngga kenapa ada meteor jatuh?" tanya Bima seraya menggeser duduknya, mendekatkan diri pada sang istri.

Queen membiarkan pundaknya ditarik Bima ke arah kiri, dan karena pundak Bima lebih tinggi dari pundaknya, maka jadilah ia membiarkan kepalanya terkulai di sana. Jemari Bima mulai bergerak, merapikan geraian rambut Queen ke belakang telinga.

"Kenapa deh, Mas?"

"Jadi gini, menurut kajian Ustadz Khalid yang aku simak," ucap Bima, meneguk air minumnya pelan sebelum melanjutkan, "setiap hari tuh Allah Subhanahu wa Ta'ala menginformasikan kejadian-kejadian apa yang akan terjadi di Bumi, ke seluruh jajaran malaikat. Besok hujan di mana, siapa yang akan tiada, siapa yang akan bertemu jodohnya..."

Queen mengulum senyum, "Berarti kita pernah dibahas dong ya, Mas, di atas langit sana?"

"Pinter," Bima menjawil hidung istrinya, membuat Queen cengengesan. "Nah, saat masa pemberian informasi itu tuh, ada aja setan yang nyuri dengar. Setan-setan yang kerja sama dengan manusia, macam dukun gitu. Nanti mereka bocorin informasi ke manusia yang nyuruh mereka itu, biar seolah-olah si manusia itu tahu banyak hal tentang apa yang terjadi besok..."

"Klenik gitu tah, Mas?"

"Iya gitu," kata Bima tenang, "dan bintang-bintang yang jatuh kata kamu tadi itu sebenarnya alat pelempar setan. Buat ngusir setan yang nguping."

"Hah?" Queen menegakkan tubuhnya, menghadap Bima dengan raut terkejut. "Jadi barusan itu ada setan yang dilemparin gitu? Aigoo..."

Bima terkekeh mendengar respons sang istri.

"Lucu ya, Ta? Masa minta sama bintang jatuh? Minta ya sama Allah..."

Queen tersenyum malu-malu, memerhatikan Bima, dan dalam hati mengamini perkataan suaminya ini.

Kayak aku ya, Mas Bim... Minta sama Allah, dikasih kamu... batinnya sendirian.

"Jangan dilihatin mulu, Ta," goda Bima begitu mendapati sepasang mata Qanita Berlianca tengah menatapnya dengan tatapan cinta. "Nanti naksir lho," tambah Bima.

Queen menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Malu, ketahuan mandangin suami sendiri.

Namun dibiarkannya juga Bima meraihnya dalam pelukan.

Menghabiskan malam bersama. Bercengkrama.

[][][]



[✓] BIMAQUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang