Axel Xaviro Fransesco. Adalah seorang Trillionaire di Mexíco. Ia memiliki reputasi besar sehingga mampu mengalahkan reputasi sang Daddy- Ernata Felix Fransesco. Selain reputasinya yang besar, Axel juga di kenal sebagai Trillionaire, Axel banyak di k...
Di sebuah kamar yang gelap Axel terdiam dengan gelas berukuran kecil yang berada di genggamanya. Gelas kecil yang berisikan vodka.
Valya wanita itu membuat Axel frustasi. Semua pertanyaan memenuhi pikirannya.
Apa Valya Mencintainya?
Apa Valya Tulus Dengannya?
Apa Valya Benar-Benar Menerima Lamarannya Dengan Tulus?
Entahlah. Semua pertanyaan itu membuat Axel pusing. Ia meneguk vodka itu hingga habis dan mengisinya lagi. Axel memejamkan matanya kepalanya mulai terasa berat dan pusing. Dia pun bersender pada kursi berukuran besar.
Suara ketukan kamar membuat Axel mau tidak mau membuka matanya. Pintu kamar terbuka seorang wanita berdiri di sana lampu menyalah membuat Axel mengerjapkan matanya karena silau.
Di depan pintu Valya berdiri menatap Axel. Matanya melirik kearah meja yang terdapat dua botol vodka. Valya melangkahkan kakinya meraih botol itu dan membuangnya ketempat sampah.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Axel datar.
"Membuang minuman terkutuk." jawab Valya ia menatap Axel setelah selesai membuang dua botol itu ke tempat sampah. "Apa kau selalu minum itu? Apa kau memiliki stok banyak? Katakan padaku."
"Pergi dari kamarku."
"Beginikah sikapmu? Kau mengusir tunanganmu?" tanya Valya sendu. "Dengar. Semua yang kau------"
"Keluarlah Val, aku sedang pusing saat ini. Jangan di sini. Aku tidak ingin ambil resiko." sambar Axel.
Valya menggeleng ia berhamburan kedalam pelukan Axel, duduk di pangkuan Axel. memeluk pria itu dengan sangat erat.
Axel terdiam tidak menyangka jika Valya akan memeluknya seperti saat ini.
"Maafkan aku." lirih Valya. "Sungguh aku tidak berniat seperti itu. Bukan aku sengaja menerimamu demi harga dirimu bukan. Aku hanya sedikit takut jika kau tidak dapat menerimaku. Kau tau aku hanya orang biasa yang tidak memiliki apapun. Aku takut kau malu jika bersamaku. Aku takut jika semua orang mencemoohmu karena memilihku."
"Val------"
"Kau orang terpandang, lalu apa salahnya jika aku sedikit takut?"
Axel menghela nafas kasar. Ketika merasakan tubuh Valya bergetar menahan isakan nafas Valya juga terdengar tidak teratur.
"Istirahatlah. Besok kita bicarakan lagi."
Valya menggeleng di dada Axel. "Jangan diamkan aku, jangan salah paham pada perkataanku pada ibu Desi. Itu hanya ungkapan hatiku yang takut. Bukan meragukanmu."
Axel mengecup kening Valya cukup lama. Ia mengangkat tubuh Valya lalu membaringkannya di kasur. Axel ikut berbaring memeluk tubuh Valya dan kembali mengecup keningnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.