•Chapter- 15•

49.9K 2.1K 52
                                    

Jam menunjukan pukul 7 malam Valda menatap kamar puterinya yang kosong masih ada barang-barang yang belum di ambil olehnya. Air matanya mengalir ia begitu merindukan Valya.

Allano yang melihat istrinya hanya diam. Beberapa hari yang lalu Alby sudah di bolehkan pulang. Dan saat ini Alby sedang berada di luar rumah.

"Jangan selalu menatapnya Val." ucap Allano dingin. "Dia tidak akan kembali. Meskipun dia menangis darah sekalipun."

"Ya. Kau benar. Kau baik sekali Allan. Membuang puterimu begitu saja. Bahkan binatang sekalipun tidak akan tega membuang puterinya senakal apapun puterinya."

Allano terdiam perkataan Valda bagaikan pisau yang menancap tepat di jantungnya menyakitkan dan menyesakkan.

"Apa aku salah Val?"

"Tidak. Bukankah itu sudah benar bagimu? Bahkan kau tidak mendengarkan penjelasan puterimu lebih dulu." ucap Valda dingin.

Allano terdiam.

"Sudah seminggu dia menghilang mengikuti keinginanmu. Apa kau sudah puas Allan?" sambung Valda berjalan pergi keluar rumah tanpa menoleh kearah Allano.

Tak lama kepergian Valda. Alby datang ia masuk kedalam melewatinya dan tidak bertanya kepada Allano.

"Alby?" panggil Allano menatap putranya.

"Jangan bicara Pah. Aku merindukan kakak." sahut Alby masuk ke dalam kamar.

Allano menghela nafas kasar ia mendaratkan bokongnya di sofa, tangannya terulur memijat pelipisnya yang mendadak pusing.

Semua merindukan puterinya. Bahkan dirinyapun merindukan puterinya itu. Namun Allano selalu menipis semua yang ia rasakan, Allano selalu bicara pada hatinya. Bahwa ia tidak merindukan puterinya itu.

Di tempat lain. Valda sedang berada di suatu warung. Beberapa dari ibu-ibu disana membisikan tentangnya dan Valda dapat mendengar itu.

"Eh buk. Diakan anaknya udah seminggu tidak pulang." bisik ibu-ibu yang duduk di paling ujung.

"Iya tuh. Seminggu tidak pulang. Tapi. Mereka biasa aja ya? Tidak khawatir." bisik ibu-ibu yang duduk di sebelah ibu pertama.

"Buk Valda. Anaknya kemana si Valya?" tanya ibu-ibu pertama.

"Valya. Dia sedang berada di luar kota bersama bosnya." jawab Valda tersenyum.

"Keluar kota kok sampe seminggu? Bersama bos lagi. Jangan-jangan ngejual diri ya?" celetuk ibu-ibu kedua.

Valda terdiam ia enggan membalas perkataan tetangganya yang selalu julid dan selalu ingin tahu tentang keluarganya.

"Kok diem buk? Jangan-jangan benar lagi." ucap ibu pertama.

"Tidak. Di luar kota anak saya tidak hanya berdua. Ada yang lainnya. Dia anak baik-baik tidak akan mungkin seperti itu." sahut Valda tenang.

Kedua ibu-ibu itu tertawa mengejek. Tangan Valda terasa geram tetapi ia menahannya.

Ibu warung menatap Valda sendu ia memegang lengan Valda. "Sabar ya nak. Jangan di dengarkan." ucap ibu warung.

"Iya buk." sahut Valda tersenyum, ia memberikan uang lima puluh ribuan.

"Tante Val?" pekik Arina berlari memeluk Valda. "Oh astaga. Tante aku merindukanmu."

"Arina. Kau mengejutkanku."

Arina menyengir. "Maafkan aku tante."

Ibu-ibu yang berada di pojokan menatap Arina dari atas hingga bawah. Begitupun dengan pria yang berada di samping Arina.

My Husband Trillionaire [SUDAH DI BUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang