Sesampainya kami di rumah Gita, aku mengetuk pintu rumah Gita. Tak lama kemudian, Gita membuka pintu rumahnya. Aku dan Davin memasuki rumah Gita, kami bertiga duduk di sofa ruang tamu. Sambil menunggu Daffa datang, kami menyicil mengerjakan tugas. Gita menawarkan aku dan Davin untuk makan.
"Ehm, gak usah, Git. Kita udah makan kok tadi." tolakkan Davin dengan halus.
Sepertinya hari ini Davin sedang kesambet, daritadi halus mulu sama orang, kecuali kepadaku, sih.
"Oh gitu, ya udah deh nonton TV aja. By the way nanti jadi nonton kan?"
Tadi mama hanya memberikanku roti, ia tidak memberiku uang.
"Ya ampun, Git! Gue lupa bawa uang!"
"Yah, Na. Gue pengen banget nonton."
"Ya udah, lo sama Davin aja deh."
Ekspresi Davin seketika berubah.
"Et, kalo lu gak ikut gue juga lah."
"Yah."
Sedangkan ekspresi Gita menjadi murung, aduh maaf ya, Git.
Setelah Daffa datang, kamipun mengerjakan tugas kelompok di ruang tamu sambil memakan cemilan. Ketika pukul 11:45, tugasnya hampir selesai. Gita memohon untuk menemaninya menonton bioskop, lagi-lagi dengan ekspresi yang melas.
"Eh, nonton sekarang dong, please."
"Git, masalahnya gue gak bawa uang. Kalo bawa gue temenin deh."
"Gua ada uang kok, An. Mau minjem?" tawaran Daffa.
Daffa mengeluarkan dompetnya dan melihat isi dompetnya.
"Boleh?"
"Ya kalo gak boleh, gak akan ditawarin, Neng. Astaga." sambung Davin.
Tuh, dia bilang astaga kan.
"Hehe, ya udah deh."
Kami bersiap-siap untuk berangkat ke mall. Kebetulan Daffa juga membawa motor, jadi bisa berdua berdua. Daffa dan Davin sudah menaiki motornya masing-masing, sedangkan aku dan Gita masih berdiri di halaman rumah Gita.
"Gue sama Daffa atau Davin?" tanyaku bingung.
Davin menarik tanganku dari atas motornya.
"Sama gua lah. Ayo, Na."
Entah mengapa aku senang dan nyaman ketika Davin memegang tanganku. Dion maaf....
Sesampainya di mall, kami langsung menuju bioskop. Terakhir aku ke mall, saat aku bersama Dion. Ah Dion, mengapa kita tidak bisa seperti ini lagi? Cepat pulang ya, On. Supaya kita bisa jalan bersama lagi. Supaya kita bisa mengenang masa lalu dan melampiaskan 3 tahun tanpa kebersamaan kita.
Setelah membeli 4 tiket bioskop, kami segera masuk ke ruangan teater dan mencari bangku kami masing-masing.
"Fix, gue pojok! Gak ada yang boleh nempatin." pesan Gita sambil berlari ke arah pojok.
Aku berjalan santai melewati kursi-kursi bioskop.
"Gue terserah di mana aja."
"Gua samping lu." sambung Davin sambil menatap mataku.
Buat baper aja terus, Vin.
Di tengah-tengah film, sesuatu bergetar dari dalam tasku. Ternyata itu adalah ponselku yang menyala karena mendapat pesan baru dari Dion.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Difference
Teen Fiction[Part 1] [Part 2 sudah selesai] [Part 3 sudah selesai] Jadi, kamu lebih memilih yang beda agama atau beda negara?