Chapter 18

340 23 0
                                    

Seketika aku sangat panik. Posisi dudukku yang tadinya bersandar di kursi mobil menjadi tegang. Dion jadi ikut panik, padahal ia belum tau apa sebabnya.

"What's wrong, Ana?"

"Gue salah kirim foto itu ke Davin woy!" ujarku panik.

"Kok bisa sih?" tanya Dion ikut panik.

"Gak tau! Yah gimana dong! Mana fotonya gitu lagi!"

"Tenang, tenang. Lu minta maaf aja sama dia."

Aku menarik napas dan membuangnya secara perlahan. Setelah aku cukup tenang, baru aku mengirim pesan kepada Davin kalau itu salah kirim dan aku meminta maaf atas foto itu, tetapi belum dibaca karena di sana masih jam 3 pagi.

Malam harinya, kami makan malam lagi bersama Tante Pollie di apartemen lantai bawah. Di tengah-tengah suasana makan malam yang santai, tiba-tiba ponselku bergetar dari dalam tas. Saat aku mengambilnya, ternyata itu panggilan video dari Davin. Aku segera menelan makanan yang sedang dikunyah lalu minum. Aku izin kepada Tante Pollie untuk mengangkat telepon.

"Tante, permisi ya aku mau angkat telepon dari mama." ujarku berbohong.

"Oh okay, silakan."

Aku berlari ke dekat kamar mandi yang sepi, lalu aku mengangkat panggilan videonya.

"Ana, kamu di mana?"

"Aku lagi makan malam, maaf ya soal foto yang tadi, maaf banget."

"Iya, An. Gak papa."

"Ya udah, nanti malem aku telepon lagi ya. Gak enak lagi makan malem sama mamanya Dion."

"Iya."

Aku mematikan panggilan videonya lalu kembali ke meja untuk melanjutkan makan.

Setelah makan malam, kami kembali ke kamar apartemen. Aku duduk di ruang tamu sambil bermain ponsel, Dion datang dari kamarnya dan duduk di sampingku.

"Tadi mama lu telepon?"

"Enggak, itu tadi Davin."

"Oh." jawab Dion singkat.

Ekspresi Dion berubah jadi sedikit tidak suka, maaf, On. Aku masih mengobrol dengan Davin tentang masalah foto tadi, Davin masih marah kepadaku. Jawabannya singkat-singkat. Ya sudah lah mungkin memang ditakdirkan seperti itu, soalnya itu benar-benar tidak disengaja.

R "Davin I'm so so so so sorry about the photo."

· "Y."

R "Vin, I'm serious L."

· "Iya."

R "Davin please forgive me, I promise I won't do that again."

· "Iya, Na."

D "Vin...."

Yah dia tidak membacanya lagi.

Keesokan harinya adalah hari yang paling aku tunggu-tunggu! Hollywood!!! Aku tidak menyangka mimpiku bisa jadi nyata. Parah! Aku tak henti-hentinya membaca Alhamdulilah. Aku tidak pernah telat sholat, aku sangat bersyukur atas nikmat yang Allah kasih kepadaku. Sekarang jam 10 pagi, aku dan Dion sedang di perjalanan menuju Hollywood Hall of fame karena kata Dion kalau mau ke Hollywood Hills dan foto di Hollywood Sign jangan pas siang hari karena panas, jadi sore aja. Karena kami belum sarapan, jadi sebelum ke Hollywood Hall of Fame kami mencari makan di daerah sekitar Hollywood. Setelah itu, kami ke Hollywood Hall of Fame, di lantai itu banyak bintang dengan nama-nama aktor, aktris, penyanyi dan orang-orang berjasa lainnya. Kami berfoto lagi di situ. Kali ini di handphone Dion karena aku takut salah kirim lagi, haha. Setelah itu, kami keliling lagi untuk membeli oleh-oleh. Aku membeli tas untuk Davin, tas untuk mama, sepatu untuk Ka Elvi dan Ka Lia, baju untuk Gita dan Daffa. Aku juga membeli jajanan seperti coklat dan permen untuk teman-teman sekelas. Sebelum kami naik ke Hollywood Hills, aku menaruh semua barang belanjaannya di mobil, baru kami pergi ke Hollywood Hills.

The DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang